Beranda / Romansa / Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer / Bab 6 Bertemu lagi dengan Dosen Killer

Share

Bab 6 Bertemu lagi dengan Dosen Killer

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-01 16:00:21

“Ppfft … .”

Thea tak kuasa menahan tawa dan langsung suaranya meledak memenuhi kabin mobil Alvan. Sementara Alvan hanya diam sambil menatapnya dengan saksama.

“Pak, bukannya kita nikah kemarin hanya sandiwara. Jadi, saya pikir setelah satu minggu sudah selesai. Kenapa Bapak masih berpikir kalau jadi suami saya?”

Alvan tidak menjawab, tapi wajahnya terlihat kesal. Thea yang tadinya bersikap santai secepat kilat mengubah reaksinya.

“Maaf, Pak. Bukan maksud saya menertawakan ucapan Bapak. Hanya saja ---”

Thea tidak melanjutkan kalimatnya. Ia merasa serba salah. Bagaimanapun pernikahan siri yang mereka lakukan kemarin begitu sakral dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, meskipun sebenarnya hanya sebuah sandiwara.

“Turunlah!! Sudah malam. Aku juga mau istirahat.”

Thea mengangguk. Ia sudah berpamitan sambil mengucapkan terima kasih, kemudian langsung turun dari mobil Alvan.

Tanpa menunggu lama, Alvan langsung melajukan mobilnya pergi meninggalkan Thea. Thea hanya bengong sambil menatap mobil Alvan yang sudah menghilang.

“Aku salah ngomong, ya?” gumam Thea.

**

Senin pagi, Thea sudah beraktivitas seperti biasa. Ia berangkat ke kampus dengan ceria.

“Tumben, pagi banget kamu ke kampus, Thea?” sapa Irma, salah satu temannya.

Thea hanya cengengesan sambil berjalan menghampiri Irma.

“Udah ganti semester masa mau nelat terus.”

Irma tersenyum sambil menganggukkan kepala.

“Eh, tahu gak semester ini ada momoknya matkul, nih.”

Thea mengernyitkan alis. “Memangnya matkul apaan?”

“Dih, kamu gak baca emangnya?”

“Sudah, cuman apa mata kuliah yang kamu maksud tadi.”

Irma menghela napas sambil menatap Thea dengan tajam. “Apalagi kalau bukan matkul studio/lokakarya dan kamu tahu siapa dosennya?”

Thea menggeleng dengan spontan.

“Dosen kita yang paling ganteng di kampus ini. Pak Alvan Abbiya.”

Sontak mata Thea melotot mendengar penjelasan Irma. Thea adalah mahasiswi semester 6 jurusan Seni Rupa dan bagi mahasiswa Seni Rupa, mata kuliah tersebut adalah mata kuliah tersulit.

“Udah matkulnya susah, dosennya juga killer. Busyet, dah!!!” Irma kembali menambahkan kalimatnya.

Thea pikir, ia tidak akan bertemu lagi dengan Alvan. Ia sudah pernah diajar olehnya di semester sebelumnya, tapi mengapa harus bertemu lagi di semester ini.

“Beneran Pak Alvan yang ngajar?”

Belum sempat Irma menjawab, dari jauh Thea sudah melihat sosok yang tidak asing baginya. Sosok itu berjalan dengan santai menuju tempatnya berada.

“Gawat!! Pak Alvan sudah datang. Aku duduk di belakang saja.” Irma berlari masuk kelas lebih dulu meninggalkan Thea.

Thea hanya diam menatap Alvan dari jauh. Tanpa sadar sebuah senyuman terukir di wajahnya. Ia jadi ingat beberapa hari lalu saat bersama dengannya.

Bahkan ingatan Thea malah merekam saat mereka tidur berdua di kamar. Lagi-lagi sebuah senyuman menghiasi wajah Thea.

“Kamu gak ikut kelas saya?”

Sebuah suara menyeruak mengejutkan lamunan Thea. Thea mendongak dan melihat Alvan sudah berdiri di depannya.

“Eng … ikut, Pak. Ikut.”

“Ya sudah, buruan masuk!! Apa mau saya tulis alpa?”

Mata Thea melotot, kemudian dengan cepat melesat masuk ke dalam kelas. Ia sempat kebingungan mencari tempat duduk dan alhasil malah duduk manis tepat di depan, dekat meja Alvan.

“Mampus, dah,” batin Thea.

Alhasil sepanjang mata kuliah itu berlangsung, Thea hanya bisa duduk tegak dengan wajah tegang.

Sebenarnya cara mengajar Alvan sangat baik. Cara menjelaskannya mudah dimengerti. Hanya saja dia sering memberi tugas untuk mahasiswanya. Selain itu juga terkenal pelit nilai. Alvan menuntut perfeksionis dalam sebuah karya yang diciptakan mahasiswanya.

Pukul tiga sore, saat Thea baru saja menyelesaikan mata kuliah terakhirnya. Ia sangat lelah sekaligus lapar, rasanya untuk membawa tubuhnya saja ia tidak kuat.

Thea sedang berjalan sendiri menyusuri koridor kampus saat tiba-tiba sebuah tangan menariknya dengan keras.

Thea hampir berteriak kalau tidak melihat wajah si Pemilik tangan yang baru saja menariknya.

“Pak Alvan??” cicit Thea tertahan.

“Iya, kamu pikir aku hantu.”

Thea tidak menjawab hanya menelan saliva sambil celinggukan memperhatikan sekitar. Ia takut ada yang melihat interaksi mereka berdua saat ini.

“Di sini aman. Bukan tempat lalu lalang mahasiswa.”

Seolah tahu tanya di benak Thea, Alvan kembali bersuara. Thea mengangguk sambil mengurut dadanya. Ia tampak merapikan rambutnya yang berantakan dan menatap bingung ke Alvan.

“Kamu ke tempatku malam ini.”

Kembali Alvan bersuara dan membuat Thea terkejut setengah mati.

“Eng … Pak, saya tidak terima orderan jika hari aktif. Jadi ---”

Thea tidak bisa melanjutkan kalimatnya, karena tangan Alvan sudah membekap mulutnya.

“Dengerin dulu ucapanku. Jangan dipotong!!!”

Thea mengangguk. Matanya beberapa kali mengerjap sementara tangan Alvan masih membekap mulutnya. Tangannya wangi dan samar-samar Thea sudah mengenali parfum yang digunakan pria tampan di depannya ini.

“Hari ini Ayah dan Bunda datang. Mereka mau menginap dan aku ingin kamu ada saat mereka datang.”

Mata Thea membola dan secepat kilat tangannya menarik tangan Alvan yang membekap mulutnya.

“Bapak minta saya bersandiwara lagi?”

Alvan mengangguk. “Iya, aku sudah transfer bayaranmu barusan.”

Thea membisu menelan saliva sambil melirik ponsel di sakunya. Pantas saja sedari tadi ia mendengar suara notif masuk ke ponselnya. Ternyata itu notifikasi dari mobile banking-nya.

“Kamu gak bisa menolakku, Thea.”

Thea tersenyum meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

“Saya gak nolak kok, Pak. Hanya kaget saja tadi.”

“Ya sudah, kalau gitu. Ayo, ikut aku!!!”

Alvan langsung menyambar tangan Thea dengan cepat. Thea melotot dan buru-buru menarik balik tangannya.

“Tu—tunggu, Pak!! Kita mau kemana?”

Alvan menghentikan langkahnya dan menoleh ke Thea.

“Pulang. Kamu ikut pulang ke apartemenku dan menginap di sana malam ini.”

“Tapi, saya gak bawa baju. Saya pulang ke kost dulu untuk ambil baju ya, Pak.

“Ya sudah terserah kamu. Ayo, buruan sebelum mereka datang.”

Thea mengangguk kemudian sudah berjalan mengekor langkah Alvan dan kali ini tidak mau digandeng. Ia tidak mau membuat curiga semua orang. Bahkan Thea sengaja berjalan dengan berjarak.

Untung saja saat di parkiran, suasana sudah sepi. Hanya tinggal beberapa kendaraan saja yang tersisa. Alvan sudah berdiri di dekat mobil sementara Thea tampak berlarian menghampirinya. Ia ingin segera masuk ke dalam mobil tanpa sepengetahuan siapa pun.

Namun, tiba-tiba terdengar suara langkah mendekat menghampiri mereka. Langkah itu langsung berhenti dan berganti menjadi sebuah tanya yang terdengar jelas di telinga Thea serta Alvan.

“Loh, Pak Alvan dan Thea mau kemana? Kok pulang bareng?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 6 Bertemu lagi dengan Dosen Killer

    “Ppfft … .”Thea tak kuasa menahan tawa dan langsung suaranya meledak memenuhi kabin mobil Alvan. Sementara Alvan hanya diam sambil menatapnya dengan saksama.“Pak, bukannya kita nikah kemarin hanya sandiwara. Jadi, saya pikir setelah satu minggu sudah selesai. Kenapa Bapak masih berpikir kalau jadi suami saya?”Alvan tidak menjawab, tapi wajahnya terlihat kesal. Thea yang tadinya bersikap santai secepat kilat mengubah reaksinya.“Maaf, Pak. Bukan maksud saya menertawakan ucapan Bapak. Hanya saja ---”Thea tidak melanjutkan kalimatnya. Ia merasa serba salah. Bagaimanapun pernikahan siri yang mereka lakukan kemarin begitu sakral dan dilakukan dengan sungguh-sungguh, meskipun sebenarnya hanya sebuah sandiwara.“Turunlah!! Sudah malam. Aku juga mau istirahat.”Thea mengangguk. Ia sudah berpamitan sambil mengucapkan terima kasih, kemudian langsung turun dari mobil Alvan.Tanpa

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 5 Sekamar dengan Pak Dosen

    “Saya gak goda Bapak, tapi kalau Bapak minta layanan saya malam ini. Saya siap, kok.”Bukannya mengelak tuduhan Alvan, Thea malah menantang dosen gantengnya. Seketika mata Alvan membola mendengar ucapan Thea.“Jangan ngimpi kamu. Sudah tidur sana!!!”Alvan berkata dengan ketus seraya memutar tubuh membelakangi Thea. Thea mengulum senyum melihat reaksinya.Padahal ia tidak sungguh-sungguh dengan ucapannya, tapi Alvan malah sudah sewot duluan. Untuk selanjutnya, sepertinya Thea tidak perlu khawatir jika dosen killer ini macam-macam dengannya.Dalam hitungan menit, Thea sudah terlelap. Ini hari yang melelahkan baginya.Entah pukul berapa, tiba-tiba Thea terbangun. Ia merasa ingin ke kamar mandi.Perlahan Thea membuka mata dan terkejut saat sebuah tangan sudah melingkar di perutnya. Thea menoleh ke belakang dan melihat dosen ganteng yang berbaring di sampingnya adalah pelakunya.“Busyet!! Ngimpi apa ak

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 4 Mendadak Nikah

    “APA!!!”Alvan dan Thea berseru bersamaan, tapi secepat mungkin mengatupkan rapat bibirnya saat melihat reaksi Emran.Selang beberapa saat, Alvan sudah bersama Thea berada di taman belakang dan tampak sibuk berbincang.“Pak, Bapak bilang kan cuman jadi pacar bohongan. Kenapa sekarang malah nikah?” cicit Thea.Ia sengaja memelankan suaranya supaya keluarga Alvan tidak mendengar pembicaraan mereka. Alvan menghela napas beberapa kali sambil meraup wajahnya dengan kasar.“Aku sendiri gak tahu, kenapa tiba-tiba disuruh nikah?”“Masa mereka tahu kalau ini akal-akalanku saja,” gumam Alvan.Thea berdecak sambil menatap bingung ke Alvan.“Terus saya gimana sekarang, Pak?”Alvan menatap Thea sambil menarik napas panjang.“Ya sudah, jalani saja.”Mata Thea melebar saat mendengar jawaban Alvan.“Maksud Bapak, kita tetap nikah?”

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 3 Bertemu Mertua

    “HAH!! Beneran Bapak mau melakukannya sekarang?” ucap Thea.Wajahnya tiba-tiba berubah tegang, rasa gugup juga terlihat dari gestur tubuhnya. Alvan tersenyum sambil perlahan menyelipkan rambut Thea di belakang telinga.“Katanya sudah mahir. Kok, kaget gitu.”Thea membisu, banyak saliva yang ditelan dan jantungnya seperti mengajak marathon kali ini.Perlahan Alvan bangkit dan memberi ruang untuk Thea. Thea yang tadinya berbaring di kasur ikut bangkit. Ia duduk dengan gugup sambil sesekali melirik Alvan yang berdiri mengamati.Tanpa berkata apa-apa, tatapan Alvan kembali memberi isyarat ke Thea agar ia menuruti perintahnya. Pelan tangan Thea menyingkap tanktopnya kemudian bersiap menarik ke atas.Alvan hanya diam memperhatikan hingga saat perut mulus gadis itu terlihat, Alvan buru-buru berpaling.“Aku gak menyuruhmu buka baju di sini, kan. Sana!! Ke kamar mandi dan ganti bajumu di sana!!”Thea

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 2 Kesepakatan Pak Dosen

    “Bapak sedang mengancam saya?” tanya Thea.Alvan tersenyum dengan seringai licik laksana serigala. “Iya.”Thea berdecak sambil membalas menatap Alvan tak kalah tajam.“Ya sudah, saya juga akan laporkan ke kampus kalau Bapak suka memakai jasa seperti ini. Saya yakin citra Bapak di kampus akan buruk nantinya.”Mata Alvan langsung meruncing mendengar ucapan Thea, wajahnya juga berubah masam dan itu membuat Thea tersenyum penuh kemenangan.Perlahan Alvan melepas cekalannya dan membuat Thea bisa bebas bergerak. Ia tampak sibuk merapikan diri sambil sesekali melirik Alvan.“Untuk hari ini, saya tidak memasang harga ke Bapak. Anggap saja ini konsultasi gratis.”Thea berkata tanpa melihat Alvan. Alvan hanya diam melirik Thea dengan kedua alis yang terangkat.“Saya anggap pertemuan hari ini tidak ada dan saya harap Bapak melakukan hal yang sama,” imbuh Thea.Tidak ada jawaban dari Alvan, tapi pria tampan itu sudah berulang kali menggerakkan jakunnya menatap Thea dengan dingin.Thea sudah bersi

  • Jatuh di Pelukan Pak Dosen Killer   Bab 1 Klienku Dosenku

    “Ivanka Katleya!!! Untuk apa kamu di sini?” seru seorang pria tampan.Gadis cantik dengan rambut berombak itu membeku di tempat, mata bulatnya mengerjap sambil menatap bingung pria tampan yang berdiri tegak di depannya. Ia tahu dan sangat mengenal pria di depannya ini.Pria tampan itu tak lain Alvan Abbiya. Dia adalah salah satu dosen di kampus tempatnya kuliah bahkan bisa dibilang termasuk dosen killer di sana.“Pak Alvan. Kok Bapak di sini?” Alih-alih menjawab pertanyaan dosen ganteng itu, Thea malah balik bertanya.“Harusnya kamu yang menjawab pertanyaanku, bukan balik bertanya.”Thea mendengkus sambil menatapnya kesal. Dosen satu ini memang visualnya menawan. Tubuhnya tinggi tegap, dengan tampang seperti gege China, mata setajam elang dan rambut belah tengah yang selalu tampil rapi. Namun, bibirnya masih saja sama pedasnya ketika mengajar di kelas.“Saya … saya hanya sedang menemui orang, Pak.”Alvan mengernyitkan alis sambil melihatnya tajam. Sementara Thea terdiam menatap tanpa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status