Share

Bab 102

Author: Fara Kinara
Malam semakin larut.

Setelah seharian penuh bermain, semua orang merasa lelah dan mulai berpencar kembali ke tenda masing-masing untuk beristirahat.

Rekan satu tenda Natalie malam itu adalah Yola. Namun, hingga hampir pukul 12 malam, Yola belum juga kembali. Natalie mulai khawatir. Dia mengambil ponsel dan mengirim pesan pada Yola.

[ Kamu di mana? Kenapa belum balik? ]

Beberapa menit kemudian, Yola akhirnya membalas.

[ Nat, aku malam ini nggak balik. Kamu istirahat duluan ya. ]

Pesan itu disertai dengan satu stiker ekspresi "kamu tahu maksudnya". Sebagai orang dewasa, Natalie tentu paham maksud dari pesan itu.

Saat pertunjukan tadi, hampir semua orang dari tenda merah ikut bergabung. Mereka semua anak muda dengan penampilan menarik. Malam dengan suasana seperti itu, memang paling pas untuk mengobrol santai atau bahkan berkenalan lebih dekat. Bagi mereka yang ekstrover, hal-hal semacam itu sudah biasa terjadi.

Natalie menyimpan ponselnya dan menguap kecil, lalu bersiap untuk tidur.

Enta
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 158

    Ancaman dari Keluarga Harmansyah bagaikan sebongkah batu besar yang tergantung di atas kepala, yang bisa jatuh kapan saja dan menghancurkannya tanpa ampun.Padahal Natalie hanyalah seorang gadis berusia 20-an tahun. Bagaimana mungkin dia tidak takut atau cemas saat menghadapi situasi seperti ini?"Nat, aku punya cara untuk membantumu." Hardi membuka suara setelah terdiam sesaat, menatapnya lekat-lekat.Gerakan Natalie yang sedang minum seketika terhenti. "Apa?""Jadilah tunanganku," jelas Hardi.Natalie mengira dia salah mendengar. "Apa?"Tatapan Hardi teguh. Dia mengulangi dengan jelas, "Nat, aku ingin kamu jadi tunanganku."Duar! Telinga Natalie seakan-akan meledak. Pernyataan cinta mendadak itu membuat jantungnya seolah-olah berhenti berdetak sejenak. Dia menatap Hardi dengan kaget. "Dokter Hardi, kamu ....""Nat, aku ingat siapa kamu." Kepala Hardi menunduk, tatapannya lembut. "Gadis kecil yang dulu pernah kuselamatkan, kini telah tumbuh menjadi wanita muda yang anggun."Mata Natal

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 157

    "Bukan apa-apa, dagingnya sudah selesai direbus." Hardi menarik kembali pandangannya dan dengan tenang mengalihkan topik pembicaraan.Suasana dapur mendadak hening. Natalie menatap punggungnya, lalu menggigit bibir merahnya pelan. Barusan ... Hardi sedang menggodanya?Mungkin dia berpikir terlalu jauh. Mana mungkin Hardi menggoda dirinya. Mungkin itu hanya celetukan biasa.Natalie pun kembali fokus memetik sayuran, berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh itu. Dengan adanya bantuan, makanan pun selesai dengan cepat.Hari sudah mulai gelap. Letak unit Natalie cukup bagus. Tak ada bangunan tinggi yang menghalangi pemandangan di depan balkon, bahkan masih bisa terlihat barisan hutan di kejauhan.Bulan mulai naik, memancarkan cahaya keperakan yang lembut. Melihat pemandangan yang indah, Hardi mengusulkan agar mereka makan di balkon. Natalie mengangguk setuju, lalu mereka sama-sama memindahkan makanan ke luar."Mau minum, Nat?" Hardi membawa anggur dari rumahnya dan membukanya.Natalie mengan

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 156

    Natalie menyunggingkan senyuman pahit."Tidurlah lebih awal." Menyadari suasana hati Natalie tidak baik dan melanjutkan obrolan pun tak ada gunanya, Denzel langsung memutuskan panggilan video.Natalie tidak memedulikan ponselnya. Dia kembali ke kamar tidur, lalu menjatuhkan diri ke atas ranjang. Wajahnya terbenam dalam bantal.Hujan di luar masih terus turun, disertai suara angin kencang yang menderu semakin keras.....Pagi harinya saat Natalie keluar rumah untuk membuang sampah, dia kebetulan berpapasan dengan Hardi yang juga baru keluar.Melihat wajah Natalie yang tampak lesu, Hardi bertanya dengan nada khawatir, "Kamu kurang tidur ya semalam? Kantong matamu hitam banget."Natalie menyentuh wajahnya, lalu berbohong. "Ya, semalam minum kopi, jadinya susah tidur.""Jangan minum kopi terlalu malam." Hardi tertawa kecil. "Lihat dirimu, hampir mirip panda.""Ya, aku tahu kok." Natalie lalu mengalihkan topik, menatap Hardi dan berkata tulus, "Dokter Hardi, aku belum sempat berterima kasih

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 155

    Natalie terus menatap hujan di luar jendela dengan pikiran kosong. Suara dering panggilan video membuyarkan lamunannya. Dia perlahan menunduk, melihat foto profil Denzel berupa siluet hitam dari belakang, lalu menekan tombol menolak. Tidak diangkat.Dua detik kemudian, panggilan video masuk lagi. Natalie tetap tidak mengangkat. Sudah beberapa kali Denzel menelepon dan semuanya dia tolak. Denzel mulai membombardirnya dengan pesan.[ Angkat telepon. ][ Nggak mau angkat? Jangan bikin aku marah. ][ Kalau masih nggak angkat, kamu bakal rasain akibatnya waktu aku pulang. ][ Angkat. ]Pesan terakhir itu seolah-olah menunjukkan bahwa kesabarannya telah habis. Natalie akhirnya tak punya pilihan selain menjawab. Dia menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri, lalu berkata pelan, "Aku ngantuk, mau tidur."Denzel mengamati ekspresinya. Natalie menunduk, bulu matanya yang panjang tampak bergetar. Gadis itu jelas-jelas menghindari tatapannya."Benar-benar ngantuk atau lagi cemburu, hmm?

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 154

    "Baiklah kalau begitu." Natalie juga tidak begitu mengerti kenapa Louis terlihat sangat bersalah, jadi dia hanya bisa menyetujuinya.Setelah pintu tertutup, Natalie mengeluarkan makanan dan menatanya di atas meja. Ada daging, ada sayur, semua dari hotel bintang lima. Hanya dengan melihatnya saja sudah menggugah selera.Dia kembali ke kamar untuk mengambil ponsel, panggilan video masih belum ditutup. Denzel sepertinya sedang bekerja. Saat melihat Natalie kembali, dia mengangkat kelopak mata dan menatapnya. "Coba cicipi."Saat makanan masuk ke mulut, suasana hati Natalie yang semula kacau sedikit membaik. Sambil makan, dia berkata, "Kudengar dia akan dihukum tiga tahun.""Lebih dari itu." Wajah tampan Denzel tak menunjukkan banyak ekspresi, suaranya dingin. "Dia akan menjalani hukuman maksimum atas percobaan pembunuhan."Berani-beraninya melirik wanita seorang pengacara! Orang itu pantas dihukum maksimal, tanpa keringanan sedikit pun!Namun, yang menjadi perhatian Natalie bukanlah si pen

  • Jebakan Meluluhkan Hati Pengacara Dingin   Bab 153

    Pengantar air itu menggertakkan gigi, bersikeras menyangkal. "Nggak ada yang menginstruksiku, aku cuma tergoda.""Kalau cuma tergoda, mana mungkin kamu sempat mencampur sesuatu ke dalam air? Masih berani bohong?""Aku sudah pernah lihat dia sebelumnya. Dari dulu memang sudah ingin lakuin ini. Hari ini kebetulan ada kesempatan, jadi aku coba. Nggak ada yang suruh aku!"Tatapan si pengantar air mulai gelisah, tetapi tetap bersikeras membantah. Di negara hukum, kekerasan fisik bukanlah jalan keluar.Natalie tahu benar bahwa pria ini diinstruksi seseorang. Namun, karena dia bersikeras menyangkal, polisi pun tak bisa berbuat banyak. Pada akhirnya, kasus ini hanya akan berakhir dengan hukuman penjara untuknya.Begitu keluar dari kantor polisi, langit sudah mulai terang. Natalie memandang langit yang mulai memancarkan warna oranye. Wajahnya tampak sangat letih.Hardi berjalan ke sisinya, sorot matanya penuh iba. "Nat, ini pasti ulah Keluarga Harmansyah ya?"Dia memang tidak bertanya langsung

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status