Share

Keahlian tak terduga

Author: Simplyree
last update Last Updated: 2025-05-19 12:23:04
Setibanya di rumah, Evan menurunkan barang belanjaan dan menatanya di dapur. Ia lalu memasukkan sebagian bahan makanan ke dalam kulkas.

“Kita mau masak apa?” tanya Ivy kepada Evan yang sedang sibuk merapikan bumbu-bumbu masakan.

Evan tidak menjawab. Namun, Ivy tak menyerah.

“Mau dibantuin nggak?” tanyanya lagi.

Evan diam sejenak. Ia melihat sekeliling dapur lalu berkata, “Coba kamu masak nasi dulu. Biar saya yang masak makanan utamanya.”

“Emang kamu bisa masak?” tanya Ivy penasaran.

“Kamu ngeremehin saya?” balas Evan dengan tatapan tajam.

“Eh, nggak gitu—”

“Cepet masak nasi dulu,” potong Evan sebelum Ivy menyelesaikan kalimatnya.

“Iya, iya,” ujar Ivy cepat-cepat.

Ivy lalu mulai mencuci beras sambil sesekali melirik ke arah Evan yang tengah mengupas kentang.

Setelah selesai menanak nasi, Ivy kembali bertanya kepada Evan, “Ada lagi yang bisa dibantu?”

“Ini potongin kentang yang udah saya kupas,” jelas Evan.

Ivy mengangguk. Dengan senang hati, ia men
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Penawaran yang menarik

    Setelah perjalanan kurang lebih selama lima belas menit, mobil Ivy akhirnya berhenti di depan sebuah bangunan kecil yang berada di sudut jalan. Bagian depan bangunan itu ditutupi oleh kaca, sehingga setiap orang yang lewat bisa mengetahui aktivitas di dalamnya. Dari situ juga Ivy tahu, walaupun bangunan tersebut tampak kecil, namun banyak pengunjung yang datang. Di bagian atas pintu, terdapat tulisan yang terbuat dari ukiran kayu: Kilas Kenangan. Ivy membuka pintu itu secara perlahan. Bunyi lonceng langsung menyambutnya. Beberapa orang yang berada di dalam toko langsung menatap ke arahnya sebentar, kemudian kembali fokus kepada benda di depan mereka. Ivy berkeliling untuk mengamati satu per satu cangkir-cangkir putih yang berada di etalase kaca. Sebagai orang yang menyukai seni, ia tersenyum senang melihat desain cangkir yang begitu unik dan cantik. Ivy mengedarkan pandangannya ke sekeliling toko, lalu pandangannya berhenti ke arah seorang perempuan muda yang memakai seragam berwa

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Sebuah kebanggan

    Ivy keluar dari kamar menggunakan kardigan berwarna biru muda dan celana kulot dengan warna senada. Tak lupa ia membawa tas kecil favoritnya. Di ruang tamu ia melihat Evan yang sedang mengetik sesuatu di laptop. Ivy tidak berniat untuk meminta izin sebelum pergi, oleh karena itu ia melewati pria itu begitu saja. "Mau kemana?" Suara berat itu menghentikan langkah Ivy. Ia menoleh ke arah Evan, pria itu ternyata tetap memandang laptopnya. "Pergi," jawab Ivy singkat. "Kemana?" tanya Evan. Ivy diam sejenak, ia bingung apakah harus jujur atau tidak. Hingga akhirnya yang keluar dari mulutnya malah hal lain. "Kamu ngga perlu tahu!" jawab Ivy. Entah kenapa ia merasa malu kalau Evan tahu dirinya akan pergi perawatan wajah. "Saya ini masih suami kamu, saya berhak tahu kemana kamu pergi!" seru Evan dengan nada yang naik satu oktaf. "Kamu bisa ngga sih biasa aja bilangnya ngga usah bentak-bentak?" tanya Ivy dengan nada tak suka. Ia menatap Evan dengan sengit. "Perasaan saya ngga bentak-be

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Memantaskan diri

    "Udahlah makan aja, ketimbang aku mati kelaparan," gumam Ivy. Ia mengambil piring, lalu dengan semangat mengambil nasi serta sayuran. Setelah itu, ia mulai memakannya. Sesekali ia mengawasi sekeliling, takut kalau Evan tiba-tiba datang dan melihatnya sedang makan masakannya.Ivy mempercepat durasi makan menjadi dua kali lebih cepat dari biasanya."Akhirnya kenyang juga," gumam Ivy sambil mengusap perutnya. Setelah selesai, ia langsung berdiri dan mencuci piring yang telah ia gunakan. Ia kemudian mengusap tangannya yang basah dengan kain lap.Ivy berbalik badan, dan terkejut karena Evan sudah berdiri di belakangnya."Aah kaget!" seru Ivy sambil mengangkat tangannya. Ia sama sekali tidak menyadari kehadiran pria itu.Sementara itu Evan hanya memandangnya datar, tanpa ekspresi apapun. Ivy balik menatap Evan dengan tatapan seolah tak peduli. Namun tiba-tiba Evan berjalan mendekat, membuat Ivy refleks mundur.Ivy mundur sampai tubuhnya terbentur ke wastafel. "Eeh, jangan deket-deket!" s

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Perdebatan

    "Saya ngga paham sama pertanyaan kamu!" ucap Evan mendengarkan pertanyaan beruntun dari Ivy. "Kenapa ngga paham? Dari tadi kamu yang nanyain aku tentang siapa orang yang aku sembunyiin di hp aku, kenapa sekarang malah ngga paham sama pertanyaan sederhana ini?" tanya Ivy. "Pertanyaan saya sama kamu beda!" balas Evan. "Apa bedanya? Kamu tinggal jawab aja pertanyaan aku. Kamu beneran cinta sama aku atau ngga?" tanya Ivy. Evan tampak terdiam beberapa saat. Entah apa yang ia pikirkan hingga tidak bisa menjawab pertanyaan itu dengan cepat. "Kenapa diem aja? Dari tadi kamu yang nyudutin aku terus kan?!" seru Ivy. Evan menghela napas pendek. "Saya emang benar-benar cinta sama kamu, bukan hanya karena kita udah terlanjur menikah," ucapnya. "Bohong!" ucap Ivy. "Saya serius," tegas Evan. Ivy menatap Evan dengan mata sudah memerah. "Kalau kamu emang beneran cinta sama aku, kamu ngga bakalan marah cuma gara-gara aku ngga mau nunjukin hp aku. Kamu harusnya bisa menghargai pendapat aku," j

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Sebuah kecurigaan

    Ting! Bunyi nada dering ponsel Ivy kembali berbunyi, membuat sang pemilik langsung mengecek ponselnya. Ivy juga segera melepaskan pelukannya dengan Evan. Tentunya hal itu langsung membuat Evan mengernyitkan keningnya. "Dari siapa?" tanya Evan penasaran. Ia berusaha melihat layar ponsel Ivy, namun sudah terlambat, karena Ivy berdiri dan berjalan menjauh dari Evan. "Bukan siapa-siapa," jawab Ivy sedikit gugup. Ia memilih untuk duduk di sisi ranjang. Evan semakin bertambah heran melihat gerak-gerik Ivy yang mencurigakan. Ia lalu berjalan mendekat, dan duduk di samping istrinya yang tampak serius menatap layar ponselnya. "Coba sini saya lihat hp kamu," ucap Evan sambil berusaha mengambil ponsel Ivy. Namun dengan cekatan Ivy langsung menjauhkannya. "Ngga boleh!" tegas Ivy. "Kenapa?" tanya Evan sambil memasang wajah datar. "Privasi!" jawab Ivy. "Maksudnya privasi? Kita kan udah menikah, wajar kan kalau saling cek hp masing-masing?" Evan membalasnya sambil tetap memasang wajah ser

  • Jejak Cinta Bersama CEO Di balik Pintu kamar   Siapakah dia?

    Ivy berjalan ke arah meja tempat sate kambing berada. Ia tersenyum kecil karena Evan begitu memperhatikannya, terutama mengenai makanan. Ia pun membawa sate tersebut ke meja makan, dan kemudian duduk di sana.Ivy membuka bungkusan sate tersebut. Aromanya yang menyengat membuat cacing di perutnya meronta-ronta minta segera diisi. "Saatnya makan!" seru Ivy sambil menyantap suapan pertama.Sembari menyantap makanannya, Ivy mendengar suara tawa dari arah ruang tamu. "Itu pasti tamunya Evan," gumam Ivy.Beberapa menit kemudian, sate kambing pun ludes tak tersisa. Ivy merasa kenyang, ia mengelus-elus perutnya yang sedikit buncit."Enak banget!" puji Ivy merasa puas.Ivy kemudian membuang bungkus sate, dan membereskan meja makan. Setelah semuanya bersih, ia kembali masuk ke dalam kamar.Di dalam kamar, Ivy merasa sedikit bosan. Ia tidak memiliki kegiatan yang harus dilakukan. Ia ingin tidur, namun belum mengantuk karena tadi baru saja bangun. Akhirnya Ivy hanya bersantai di sofa, sambil be

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status