Share

Bab 9

Author: Nilamwangi
last update Last Updated: 2025-10-04 10:07:29

"M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya.

"Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian  dengan nafas naik turun karena menahan amarah.

"Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.

Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat.

"Aaww... Sakit Mas!" pekik laras.

"Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.

Lalu laki-laki itu melepaskan cengkraman tangannya pada lengan Laras dengan cara menghentak kasar. Sampai-sampai, wanita itu hampir saja terjatuh kalau tidak bisa mengimbangi tubuhya.

Laras hanya menatap Sofian dengan air mata yang mulai menetes dipipinya.

Melihat hal itu bukannya Sofian merasa kasihan pada istrinya, tapi ia malah berdecak sebal.

"Ck... Kamu tidak perlu menangis seperti itu dihadapanku, karena aku tidak akan iba melihatmu menangis! Yang ada, aku malah semakin muak! Cepat pergi dari sini, atau aku tidak segan-segan melakukan kekerasan padamu!" Sofian berbicara sambil memalingkan muka kearah lain.

Tanpa menunggu lama lagi, Laras segera keluar dari kamar suaminya dengan hati yang terasa sakit.

Setelah kepergian Laras, Sofian menatap kotak cincin yang ada ditangannya lalu tersenyum kecut, ada rasa perih saat melihat cincin yang sengaja dia simpan tersebut.

Sofian segera memasukkan kembali cincin itu kedalam laci mejanya, lalu ia berjalan kearah pintu kamar dan menutup pintu itu rapat-rapat.

Sementara itu, laras yang berlari kekamarnya hanya memegang dadanya yang terasa sesak, akibat menahan tangis.

"Sampai kapan aku akan diperlakukan begini terus oleh suamiku sendiri? Untuk apa kamu menerima pernikahan kita kalau kamu tidak bisa menerima aku dirumah ini, Mas Sofian?" ucap Laras lirih, disela-sela tangisnya.

"Nggak! Aku nggak boleh begini terus! Aku harus bisa menghadapi sikap Mas Sofian yang kasar terhadapku! Karena aku harus tetap mengerjakan kewajibanku sebagai istri, walaupun Mas Sofian tidak terima! Mungkin inilah perjuanganku didalam rumah tanggaku sendiri!" ujar Laras.

Wanita itu mencoba membesarkan hatinya sendiri.

"Kamu pasti bisa Laras! Kamu pasti bisa mendapatkan hati suamimu!" sambungnya, sambil menyeka air mata yang sudah membasahi wajahnya.

Sedangkan didalam kamarnya, Sofian hanya duduk dijendela kamar sambil menatap keluar rumah, laki-laki itu sebenarnya menyesal karena sudah berkata kasar terhadap istrinya tadi.

Tapi ia menepis perasaan menyesal tersebut, karena ia menganggap Laras pantas mendapatkan perlakuan seperti itu, sebab wanita itu sudah berani masuk kekamarnya tanpa izin darinya.

Laki-laki itu meraih gawainya yang ia letakkan diatas meja yang tidak jauh dari tempat duduknya saat ini.

Sofian menekan nomor seseorang, lalu ia menempelkan benda pipih itu ditelinganya.

Tidak lama kemudian, terdengar suara sambungan telefon dan panggilan pun diangkat oleh seorang laki-laki diseberang sana.

"Hallo! Bro... Tumben lo nelfon gua! Ada masalah apa?" tanya seorang laki-laki yang mengangkat panggilan telefon dari Sofian.

"Nanti malam lo ada acara nggak?" Sofian balik bertanya dengan suara datar.

"Hehehe... Sepertinya lo sedang punya masalah! Kebetulan gua lagi nggak ada acara! Memangnya kenapa?" laki-laki diseberang sana kembali bertanya disertai kekehan, yang membuat Sofian berdecak kesal.

"Ck... Kalau lo nggak punya acara, temani gua ditempat biasa!" jawab Sofian.

"Oke... Gua tunggu lo ditempat biasa!" ucap suara diseberang.

Kemudian, Sofian pun memutuskan sambungan telefonnya.

*****

"Lo bodoh atau gimana sih? Masa istri cantik begitu belum lo sentuh? Kalau gua sih, udah gua embat aja! Masalah cinta itu urusan belakangan, yang penting gua bisa merasakan gimana rasanya malam pertama dengan wanita yang udah gua nikahi." ujar Aldo saat Sofian mengatakan belum bisa menyentuh istrinya.

Aldo adalah sepupu Sofian, anak dari kakak laki-laki Cantika.

"Gua bukan seperti lo, yang bisa menerima siapapun menjadi istri meskipun tanpa cinta! Lo tau sendirikan, kalau gua adalah tipe lelaki yang setia pada satu cewek." jawab Sofian mantap, sambil menatap sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Terus sampai kapan, lo akan nungguin perempuan yang lo cintai itu? Sampai karatan pun lo belum tentu bertemu lagi dengan wanita yang udah ninggalin lo itu?" ledek Aldo.

"Sampai kapan pun gua akan menunggunya Do, bila perlu gua akan menunggunya seumur hidup gua." Sofian menjawab pertanyaan Aldo sambil menghela nafas pelan.

Aldo hanya menggeleng-gelengkan kepala mendengar ucapan sepupunya itu.

"Fian! Sekarang mendingan lo lupain aja cewek lo itu, karena nggak ada gunanya lo mengharap seseorang yang udah ninggalin lo tanpa kabar seperti itu?" pria yang duduk dihadapan Sofian itu, mencoba memberi saran. Supaya sepupunya itu tidak terus mengharapkan suatu hal yang tidak pasti.

"Lo bisa bicara seperti itu, karena lo sama sekali tidak pernah merasakan gimana jadi gua, ditinggal secara tiba-tiba disaat gua sedang sangat mencintainya! Kalau lo berapa diposisi gua, pasti lo akan tau gimana perasaan gua saat ini!" Sofian berbicara dengan suara pelan, terlihat jelas ada raut kekecewaan diwajah laki-laki tampan itu.

Aldo pun hanya menghembuskan nafasnya, ia sangat mengerti bahagaimana perasaan sepupunya saat ini, apalagi dia juga tau kalau Sofian dan kekasihnya Celina, dulunya sama-sama saling mencintai.

Namun entah mengapa tiba-tiba saja wanita itu pergi meninggalkan Sofian? Tanpa memberi kabar apapun pada kekasihnya itu.

Jelas saja laki-laki itu sangat terpukul dengan kejadian itu, apalagi Sofian sudah berencana ingin menikahi wanita cantik itu secepatnya.

Namun kepergian Celina, menciptakan luka yang begitu dalam dihati Sofian.

"Gua sangat tau gimana perasaan lo fian! Justru itu gua tidak mau melihat lo kecewa untuk yang kedua kalinya! Kalau Celina benar-benar mencintai lo waktu itu, dia nggak akan mungkin meninggalkan lo seperti ini!" Aldo masih berusaha mencoba membuka mata hati Sofian.

"Dan satu lagi yang perlu lo ingat! Nyokap dan bokap Lo sudah menjodohkan lo dengan seorang wanita yang menurut mereka pantas mendampingi lo! Gua yakin mereka melakukan ini juga ada sebabnya! Dan mungkin mereka sudah tau kalau perjodohan itu adalah hal yang terbaik untuk hidup lo!" ujarnya lagi.

Sofian menatap tajam kearah Aldo.

"Jadi, maksud lo! Gua harus menerima wanita yang sama sekali tidak gua cintai untuk mendampingi gua seumur hidup, gitu? Lo itu aneh ya Aldo. Memangnya lo fikir gua bisa hidup dengan perempuan yang menikah sama gua karena pengen hidup enak dengan harta keluarga gua? Coba lo fikir baik-baik! Mana ada wanita yang mau menikah dengan seorang laki-laki yang belum dia kenal, kalau bukan karena mengharapkan sesuatu dari laki-laki itu!" Sofian mengomel panjang lebar.

"Lo terlalu berburuk sangka pada istri lo, sofian?" ucap Aldo sambil bersandar disandaran kursi yang didudukinya.

"Udahlah Aldo! Gua suruh lo datang kesini buat ngajakin lo bicara, supaya lo bisa ngasih gua solusi! Bagaimana caranya gua bisa terbebas dari pernikahan yang sama sekali tidak gua harapkan ini! Bukan malah menyuruh gua untuk bisa menerima wanita itu didalam hidup gua. Kalau begini ceritanya, lebih baik lo pulang aja sana! Ngapain juga lo berada disini, kalau pendapat lo itu sama saja dengan pendapat kedua orang tua gue!" Sofian mengusir Aldo dengan wajah masam.

Aldo hanya tersenyum kecil, bangun dari tempat duduknya, lalu ia menatap sepupunya itu dengan tatapan serius.

"Lebih baik lo pertimbangkan lagi saran dari gua! sebelum lo menyia-nyiakan wanita yang sudah sah menjadi milik lo. Dari pada nanti lo akan menyesal dan lo akan mengejar-ngejar dia! Karena istri lo itu akan menjadi wanita yang paling berharga, dan mungkin saja akan lo kenang seumur hidup lo!" bisik Aldo, sebelum laki laki itu melangkah pergi meninggalkan Sofian yang menatapnya dengan wajah dongkol.

Laki-laki itu bahkan sempat melempar Aldo dengan tisu bekas yang ada diatas meja.

Selepas kepergian Aldo, Sofian pun meninggalkan Cafe favorit, yang selalu menjadi tempat tongkrongan kedua laki-laki itu disaat mereka saling curhat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 11

    Laras menghapus cairan bening yang keluar dari sudut matanya dengan Ibu jari, lalu ia berusaha tersenyum pada Hilda yang menatap kearahnya"Laras! Apa nggak sebaiknya kamu ceritakan masalah kamu ini kepada Paman dan juga Bibi? Kan kamu menikah dengan Mas Sofian karena keinginan mereka berdua? Mungkin saja mereka bisa memberikan solusi untuk masalah kamu sekarang? Kamu tidak boleh diam saja kalau suamimu itu membuat kamu tertekan seperti ini?" Hilda mencoba memberi saran pada sahabatnya itu."Aku rasa tidak perlu, Hilda! Aku yakin, aku bisa menghadapi semua ini! Dan aku tidak mau membebani Pak somad dan juga istrinya yang sudah sangat baik padaku selama ini!" jawab Laras."Kamu serius Laras? Apa kamu nggak takut kecewa nantinya, setelah berjuang mati-matian dalam membina rumah tanggamu, tapi laki-laki yang menjadi suamimu itu sama sekali tidak pernah menganggapmu. Dan apa yang akan kamu harapkan dari laki-laki seperti itu, Laras? Kamu hanya akan sakit hati! Jadi aku mohon sama kamu, ka

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 10

    Hari ini Laras pergi berbelanja di supermarket, yang tidak jauh dari rumah tempat tinggalnya bersama Sofian.Saat ia sedang memilih barang-barang belanjaannya, ia ditabrak oleh seseorang yang juga sedang berbelanja di supermarket tersebut."Brugg... "Barang belanjaan yang ia pegang terjatuh, dan orang tersebut segera meminta maaf karena tanpa sengaja dirinya sudah menabrak Laras."Maaf Mbak, aku nggak sengaja!" kata orang tersebut yang ternyata adalah seorang wanita."Iya, nggak apa-apa kok Mbak!" jawab Laras.Tanpa menatap kearah orang yang sudah menabraknya itu, Laras segera mengambil barang belanjaannya yang terjatuh.Wanita yang menabrak Laras itupun membantu Laras memunguti barang Laras yang berserakan di lantai.Saat keduanya saling menatap, Laras dan wanita itu sama-sama terkejut."Loh. Laras! Kok kamu bisa ada disini?" tanya wanita itu saat melihat Laras."Hilda! Aku nggak nyangka kalau kita akan bertemu disini!" ucap Laras dengan mata berbinar.Kedua wanita itupun saling ber

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 9

    "M-Mas Sofian!" ujar Laras lirih seraya menatap laki-laki yang sudah berdiri disampingnya."Sudah aku katakan padamu! Jangan pernah berani masuk kekamarku tanpa izin, apa kamu tidak mengerti? Apalagi sekarang kamu dengan beraninya menyentuh barang-barangku! Ternyata, selain tidak punya harga diri, kamu juga tidak punya etika dan juga tata krama?" ucap Sofian dengan nafas naik turun karena menahan amarah."Ma-maaf Mas! Aku cuma ingin membersihkan kamarmu yang sangat berantakan." jawab Laras takut-takut.Sofian menarik tangan Laras, dan mencengkeramnya dengan sangat kuat."Aaww... Sakit Mas!" pekik laras."Apa aku meminta pertolonganmu? Dan apa aku juga pernah menyuruhmu untuk membereskan kamarku? Tidak, bukan? Lantas, kenapa kamu beraninya masuk kekamarku disaat aku tidak ada? Kamu itu benar-benar wanita yang tidak punya sopan santun! Sekarang cepat keluar dari kamarku, karena aku tidak ingin lagi melihat wajahmu!" Sofian menatap wajah istrinya dengan tatapan angkuh.Lalu laki-laki it

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 8

    "Loh, kok kamu bertanya seperti itu? Apa kamu merasa tidak senang kalau Mama berkunjung kemari, kerumah anak dan menantu Mama sendiri? Kalau memang kamu tidak mau Mama datang kemari, lebih baik sekarang Mama pulang aja!" kata Cantika pura-pura bangun dari tempat duduknya."Eh, maaf Ma! Bu-bukan begitu maksud aku! Aku senang kok kalau Mama mau datang kemari! Tapi tumben, Mama kok bisa datang pagi-pagi kesini? Biasanya kan, Mama itu selalu sibuk!" jawab Sofian, sambil memegangi tangan Cantika yang hendak berdiri."Oh, begitu? Mama fikir tadi kamu itu nggak suka kalau Mama datang kerumah baru kamu ini!" Cantika pura-pura sewot."Mana mungkin aku tidak menyukai kedatangan Mama kemari? Rumah ini saja pemberian Mama dan Papa untuk kami berdua! Jadi kalian bebas kok mau datang kesini sesuka hati." Sofian berusaha menyenangkan hati sang Mama."Mama cuma mau ngasih kunci mobil punya kamu ini! Biar kamu nggak marah-marah dan mengomel lagi seperti kemarin!"Cantika berkata sambil meletakkan kunc

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 7

    "Bruuggk... "Sofian terjatuh dalam posisi terduduk, akibat terpeleset dilantai yang masih basah dan juga licin.Laras yang melihatnya pun segera berlari kearah Sofian, namun sayangnya... Laras pun ikut terjatuh saat sudah berada dekat dengan suaminya.Sehingga, tubuhnya menimpa tubuh Sofian yang sudah lebih dulu berada dilantai.Keduanya merasa sangat kaget dengan posisi mereka saat ini, Laras yang merasa malu segera bangun dari membetulkan pakaiannya.Sedangkan Sofian, hanya memasang wajah kesal dan menatap datar pada istrinya itu."Kamu itu punya fikiran tidak? Sudah tau lantainya basah, kenapa tidak dikeringkan?" tanya Sofian, dengan wajah merah."Maaf Mas! Tadi aku sudah mengingatkan kalau lantainya masih basah karena baru saja dipel, tapi Mas tidak mau mendengarkan perkataanku, dan Mas terus saja berjalan! Lagi pula setelah dipel memang harus menunggu beberapa saat, baru lantainya akan kering sendiri!" jawab Laras, ia merasa tidak enak hati karena sudah membuat suaminya itu terj

  • Jejak Lara Setelah Perceraian.   Bab 6

    Laras sedang sibuk berkutat didapur, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dan juga Sofian.Tidak banyak makanan yang ia masak, ia hanya memasak seadanya karena ia belum berbelanja kebutuhan dapur.Laras hanya memasak sayur sop dan juga ayam goreng, karena hanya itu saja yang ada didalam kulkas yang sudah disediakan oleh kedua orang tua Sofian.Setelah makanan matang, Laras segera menyajikannya dimeja makan.Hatinya ragu untuk mengajak suaminya makan malam, tapi ia merasa tidak enak kalau harus makan sendiri tanpa mengajak sang suami.Akhirnya ia memutuskan untuk memanggil Sofian, dan mengajaknya makan bersama.Laras berjalan kekamar suaminya, dengan hati yang sedikit was-was, tangannya mengetuk pintu kamar yang dihuni oleh suaminya tersebut."Tok... Tok... Tok...""Tok... Tok... Tok... "Laras mengetuk pintu berulang kali, namun tidak ada tanda-tanda pintu kamar itu akan dibuka dari dalam.Laras memanggil sang suami dengan suara pelan, namun bisa terdengar sampai kedalam kama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status