Jenazah Suamiku
Bab 54 : Mencari Winka
Setelah berputar di sekolah Winka selama kurang lebih setengah jam, Pak Jaja memutuskan untuk pulang dan putri dari majikannya itu masih belum bisa ditemukan.
Sepanjang perjalanan pulang, wajah pria paruh baya itu sudah memucat. Ia tahu, jika terjadi hal buruk pada Winka, maka dialah yang salah. Ia memacu mobil dengan kecepatan tinggi, dan berharap Winka sudah pulang ke rumah.
Setengah jam kemudian, mobil abu-abu yang dikemudikan Pak Jaja telah tiba di depan. Ia langsung turun dan berlari masuk melalui pintu samping.
"Yani, Nona Winka sudah pulang?" tanya Pak Jaja kepada istrinya yang kebetulan sedang berada di dekat pintu masuk.
"Belum, bukannya kamu yang jemput dia? Non Winka ke mana?! Dia belum ada di rumah ini." Yani mengerutkan dahinya.
"Sttt ... jangan nyaring-nyaring!" Pak Jaja meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya.
"Emangnya ada apa?" Yani menatap curiga sang suami.
Jenazah SuamikuBab 55 : Harus KuatHingga pagi, Restu beserta anggota Kepolisian tak juga berhasil menemukan keberadaan Winka.Tiba-tiba, Restu teringat Anne--mantan pacarnya yang saat ini sedang tersandung kasus hukum karena telah memalsukan DNA untuk menjebaknya itu."Jangan-jangan Anne yang berada di balik ini semua?" Restu membatin dan langsung membelokkan mobilnya ke arah rumah Anne.Dengan tak sabar, Restu memacu kencang mobilnya menuju komplek perumahan milik orangtua Anne. Andai Anne pelakunya, tentu ia akan memberikan balasan yang setimpal.Setengah jam kemudian, mobil hitam milik Restu telah tiba di depan pagar tinggi rumah Anne. Suasana masih sangat pagi, jam di pergelangan tangannya baru menunjuk ke arah 06.00.Restu menekan bel dan menunggu pagar dibuka. Taklama kemudian, tampaklah satpam rumah Anne yang mengintip keluar."Permisi, Pak Satpam, saya mau bertemu Anne. Ada dia ada?" tanya Restu.Sang sat
Jenazah SuamikuBab 56 : Rahasia Besar"Lakukan tugasmu dengan baik! Segera bawa Winka ke tempat yang jauh, lalu keluarkan Winda! Bagaimana? Orangtua asuh Winda mau 'kan menyerahkan anak itu kembali?""Beres, Bang. Orangtua asuhnya Winda sudah meninggal sebulan yang lalu karena kecelakaan. Jadi, sangat pas sekali momentnya saat aku ke sana dan mengaku sebagai bibinya yang akan mengambilnya kembali.""Mantap, aku suka cara kerjamu, Sayang.""Baik, Bang. Semua akan terjadi sesuai keinginanmu.""Hahaa ... lakukan tugasmu dengan baik!""Siap, Bang!""Aku takkan membiarkan Wulan hidup bahagia, setelah dia membuatku mendekam di sini. Hubungi Tuan Barak, minta kiriman uang darinya! Lalu berikan uang itu kepada pengacara, aku tak mau terlalu lama di sini.""Iya, Bang. Aku dapat kabar, Amelia hamil. Tuan Barak sedang berbahagia, sepertinya dia akan memberikanku uang.""Baguslah kalau begitu.""Abang baik-baik di san
Jenazah SuamikuBab 57 : Dia"Winka!" Wulan langsung berlari memeluk sosok gadis kecil yang dibawa Restu. "Anak Ibu, kamu ke mana saja?"Winda dalam sosok Winka hanya diam, ia mengerjap beberapa kali dan membiarkan saja ibu kandungnya itu memeluknya. Ia tak perduli siapa orangtuanya yang sebenarnya, ia hanya capek hidup susah bersama bibiknya yang setiap hari selalu menyuruhnya mengerjakan pekerjaan rumah saja. Padahal usianya sekarang masih suka bermain, tapi hidupnya mendadak suram sejak Abah dan Uminya meninggal karena kecelakaan maut itu."Bawa Winka masuk, Wulan!" ujar Restu.Wulan menggandeng kembaran Winka itu masuk, hatinya lega karena putrinya telah kembali."Winka, kamu sudah kembali." Hera langsung menyambut sang cucu.Winka alias Winka hanya meringis dan membiarkan saja semua orang memeluknya bergantian."Kamu menemukan Winka di mana, Mas?" tanya Wulan penasaran."Di depan pagar, aku kira siapa, eh ... ternya
Jenazah SuamikuBab 58 : Hidup Baru"Aku di mana?" Winka membuka matanya dan mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar dengan nuansa pink.Winka segera bangun dan mengucek matanya. Ini bukan kamarnya walau warnanya sama-sama pink. Ingatnya yang terakhir, ia sedang duduk di sebuah rumah setelah dimandikan oleh seseorang."Selamat pagi, anak Mami udah bangun." Seorang wanita masuk ke dalam kamar dan menyambut Winka dengan senyumnya.Winka mengerutkan dahinya, ia tak mengenal wanita itu. Ia sungguh tak mengerti, tapi sang wanita malah mengusap kepala dan mendaratkan ciuman di dahi."Tante ini siapa?" tanya Winka."Panggil aku Mami, Nak. Aku Mamimu, dan kamu adalah putri bungsuku. Namanya Dewinta, putrinya Pak Dewa dan Yulia." Wanita bernama Yulia itu tersenyum sambil mengusap kepala Winka.Winka semakin tak mengerti akan semua ini, tapi ia memilih menurut sebab ia tahu kalau kemarin itu ia diculik dan sekarang berada bersama
Jenazah SuamikuBab 59 : Mungkinkah"Mami, Dewi kok nggak sekolah sih?" tanya Winka pagi ini, ia masih berusaha mencari celah untuk bisa keluar dari rumah dengan desain Eropa ini."Hmm ... Mami udah nyariin guru buat kamu, Sayang. Minggu depan kamu udah mulai homescooling." Yulia menjawab sambil menyisir rambut panjang Winka."Jadi bakalan homeschooling, Mi?" Winka pasang tampang manis, ia sedang bersandiwara menerima saja kehidupan barunya ini."Iya, sekolahnya di rumah saja, biar kamu nggak capek dan Mami bisa tetap jagain kamu." Yulia mengusap kepala Winka sambil tersenyum.Winka menggigit bibirnya sambil menghembuskan napas berat, ia mulai frustasi.Tiba-tiba, ponsel di saku baju Yulia berdering dan ia langsung meraih benda pipih itu, kemudian menempelkannya ke telinga."Ada apa, Pi?" sambut Yulia kepada suaminya yang sedang menelepon."Mi, coba ke ruangan kerjaku! Carikan berkas proyek kerja sama dengan PT. Intan Gr
Jenazah SuamikuBab 60 : KacauHari terus berlalu, Winka yang terpaksa harus menjadi sosok Dewi--anak perempuan Yulia yang ia perlakukan seperti boneka itu, semakin tak tahan saja. Ia tak mau terusan seperti ini, sedangkan wanita bernama Anne yang ia harapkan bisa menolongnya itu malah cuek saja dan mengaku tak mengenalnya."Dewi, kamu duduk di sini dan jangan ke mana-mana! Ayo, nonton televisi! Ini film anak-anak terbaru dan kamu harus nonton." Yulia menunjuk layar televisi.Winka mengangguk dan kembali pasang tampang manis, walau dalam hati terus menangis ingin pulang."Mami mau ke Salon dulu, kamu tidak boleh bergerak dari sini sebelum Mami pulang. Kamu mengerti?!" Yulia mengusap kepala Winka."Iya, Mami, Dewi paham." Winka mulai memanggil dirinya dengan sebutan Dewi juga, agar Yulia senang dan ia tak mendapatkan kemarahan lagi seperti tempo hari. Ia mulai memahami sifat wanita yang ia panggil Mami itu dan berusaha terlihat sebagai anak p
Jenazah SuamikuBab 61 : Runyam"Maaf, Pak, ada yang ingin bertemu." Pak Andre--asisten sementara pengganti Yudhi, mendorong pintu ruangan Restu setelah mengetuknya berkali-kali tapi tapi tak mendapat respon."Siapa? Saya sedang sibuk dan tak sempat bertemu dengan siapa pun. Ambil laporan itu dan segera perbaiki, dan harus selesai hari ini juga!" Restu berkata dengan nada tinggi, emosinya sedang tak terkontrol sejak keabsenan Yudhi dari kantor."Ma--maaf, Pak, i--itu ... ada istrinya ... Pak Yudhi ... yang ingin bertemu Pak Restu," ujar pria paruh baya itu, lalu berjongkok untuk memungut beberapa berkas yang berserakan di lantai.Restu mengerutkan dahi, ia mulai menduga-duga ada hal yang tidak beres yang terjadi kepada asisten yang merangkap temannya itu."Hmm ... suruh masuk deh, sama siapa dia?" Restu membuang napas kasar."Sama dua anaknya, Pak. Baik, saya akan suruh dia masuk. Permisi." Pak Andre menjawab sambil mengangguk sopan l
Jenazah SuamikuBab 62 : Bertemu"Yudhi, Winka kenapa? Kamu ketemu dia di mana?" tanya Restu yang segera tersadar dan meredam kemarahannya kepada sang asisten."Aku ketemu Winka di jalan, Res. Maaf, tadi ... mobilku tak sengaja menyerempet dia saat menyeberang tiba-tiba," jelas Yudhi."Terus ... Winka nggak apa-apa 'kan?" Restu beranjak dari kursi kerjanya, ia semakin cemas dengan keadaan Winka."Nggak apa-apa, cuma geger otak ringan kata Dokter. Nginap di RS malam ini aja, besok pagi udah boleh pulang. Jadi, rencananya besok aku akan bawa Winka pulang ke Kota kita," ujar Yudhi."Hmm ... aku akan ke sana, menjemput Winka. Aku ke bandara sekarang," ujar Restu tanpa berpikir lagi."Res, biar aku yang bawa pulang Winka. Kamu dan Wulan tunggu di rumah saja. Winka akan baik-baik saja bersamaku," ujar Yudhi dengan menelan ludah, ia menyangka kalau Restu akan mau menyusul ke sini."Hey, Winka itu putriku dan aku takkan bisa cuma tingg