Home / Romansa / Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan / Bab 8. Mencari Gambar Chu Qiao

Share

Bab 8. Mencari Gambar Chu Qiao

Author: Zhang A Yu
last update Last Updated: 2025-11-06 13:37:35

Besoknya.

Jenderal Shang beberapa waktu lalu pergi ke pertemuan rutin di istana, dan dengan langkah hati-hati bak maling kecil, Shen Liu Zi memasuki kamar pria itu.

Ck!

Begitu masuk, mulutnya langsung berdecak. Dia tidak heran jika kamar laki-laki tidak memiliki banyak perabotan, tetapi kamar jenderal ini bukan hanya tidak memiliki banyak perabotan, melainkan hanya ada satu tempat tidur, serta satu meja berisi tumpukan buku.

Dua perabot itu saja!

Membuat Shen Liu Zi tak habis pikir, tapi sekaligus mempermudah pencariannya.

Ya. Wanita itu datang tidak sekedar bermain-main. Dia tahu apa yang harus dilakukan, dan dia mulai bergerak dari meja baca di sisi kiri kamar.

Di meja itu ada banyak tumpukan buku, kertas serta satu set kuas juga tintanya.

Shen Liu Zi pikir, jenderal Shang mungkin pernah melukis wajah Chu Qiao. Dia membuka tiap buku yang diambil, membolak-balikan lembaran kertas yang ada. Sayangnya, hampir sebagian buku dia buka, tak dia temukan satupun wajah seorang perempuan.

Dia yang kesal memilih berhenti sejenak. Berpikir, dimana kiranya dia bisa mendapatkan lukisan Chu Qiao, sembari mengedarkan pandangan. Dan selang beberapa saat pandangannya jatuh pada lembaran di bawah tumpukan buku-buku tebal.

Hanya satu lembar!

Shen Liu Zi melonjak kaget. Dalam hatinya yakin lembaran itu pasti lukisan wajah Chu Qiao. Dia lekas menarik lembaran itu dengan gerakan hati-hati, takut merobek lembaran. Namun, begitu lembaran berhasil didapat ....

“Eh.” Wanita itu mengerutkan alis. “Ini gambar wajahku.”

Nafasnya diembus kasar. Dia tidak tahu harus kesal atau sebaliknya.

“Gambar wajahku kenapa ada di sini?” Shen Liu Zi menggaruk kepalanya bingung.

Tanpa sempat mendapat jawaban ....

Tap! Tap!

Derap kaki mendekat!

Shen Liu Zi buru-buru beranjak mencari persembunyian.

Kamar ini tidak banyak barang. Tidak cocok untuk bersembunyi.

Dia kelabakan!

Sementara suara kaki di luar semakin dekat, semakin dekat, dan ....

Kriet!

Pintu berderit, terbuka perlahan diikuti masuknya jenderal Shang yang dibalut jubah satin berwarna biru tua.

Jubah itu membentuk tubuhnya secara sempurna!

Sukses mendebarkan dada Shen Liu Zi, yang kini bersembunyi di bawah kolong tempat tidur.

Di sana langkah jenderal terhenti. Sorot matanya yang sedingin es langsung jatuh ke meja baca.

Dia bukan orang bodoh!

Hanya sekali lihat langsung paham ada yang sudah memasuki kamarnya, bahkan sempat singgah di tempat biasa dia membaca.

Langkah jenderal dilanjutkan, menuju tempat biasa dia duduk di depan meja baca, tapi di sana dia tidak duduk, melainkan menyentuh permukaan itu selama beberapa saat.

Shen Liu Zi tahu maksud yang dilakukan jenderal, matanya terpejam, dalam hati menghitung, ’Satu, dua, ti—'

“Keluar!” suara bariton sang jenderal langsung memenuhi telinga.

Shen Liu Zi masih terpejam, dadanya berdetak bertalu-talu. Lalu, ketika wanita itu mengerjap ....

Dug!

“Ash!” Dia terkejut sampai kepalanya terbentur, karena wajah jenderal persis di depan mata.

“Keluar!” ulang jenderal, dingin, penuh perintah tak terbantahkan.

Sudah terlanjur ketahuan, Shen Liu Zi mustahil terus bersembunyi.

Wanita itu menyeringai. Mau tak mau keluar persembunyian, kemudian berdiri dengan tampang sok polos.

“Aku—”

“Apa itu?” potong jenderal, matanya mengarah selembar kertas di tangan Shen Liu Zi.

Bak menemukan alasan menghindari pertanyaan jenderal, Shen Liu Zi balik bertanya, “Ini gambar wajahku, kenapa ada di sini, heh?”

Shen Liu Zi pikir, jenderal Shang akan terpojok seperti maling.

Ternyata tidak!

Jenderal malah dengan santainya duduk, lantas menjawab, “Oh, bawa saja kembali. Hari itu, Pamanku yang memperlihatkannya. Kupikir sudah dibakar, ternyata masih terselip di sini, yah.”

Hening.

Jenderal Shang dengan wajah tenang seperti biasa.

Shen Liu Zi melongo, kesal, tidak bisa berkata apapun.

***

“Nyonya berhasil mendapatkannya?”

Sekembalinya dari kamar jenderal, Yu Li langsung menodong pertanyaan dengan wajah berseri-seri.

“Mantan pacarnya cantik tidak?” Yu Li sangat tidak sabaran.

Tanpa mengatakan apapun, Shen Liu Zi menyodorkan gambar sendiri.

Yu Li sempat terdiam, sebelum menyeringai. “Sangat cantik, mirip Nyonya.”

Ck!

Shen Liu Zi berdecak.

Yu Li terkekeh-kekeh, sekaligus menambahkan, “Sudah aku katakan, manusia batu seperti Jenderal mana mungkin menyimpan gambar wanita, meski mantannya sekalipun. Nyonya tetap saja tidak percaya.”

Shen Liu Zi tak berkomentar.

Sementara di kamar jenderal.

Buku-buku yang tadi berantakan sudah dibereskan kembali. Jenderal bahkan menambahkan buku baru, yang dia letakkan di bagian teratas tumpukan.

Setelah itu, dia beranjak. Mengenakan armor dada, mengambil sebilah pedang, lalu pergi berpatroli di istana dalam.

Sekitar satu dupa jenderal berpatroli, seorang bawahan datang melaporkan dengan berbisik.

Mata jenderal menyipit, nafasnya diembus kasar tapi pendek. “Lanjutkan patroli, jangan lengah!”

“Baik!”

Jenderal melangkah ke arah gerbang keluar istana. Kaisar yang tak sengaja melihat, sengaja tidak memanggil, tapi langsung menghentikan bawahan jenderal yang sebelumnya melapor.

“Yang Mulia.”

“Eh, mau ke mana batu es itu?” tanya Kaisar, dagunya terangkat mengarah jenderal.

Bawahan membalas, “Menjawab, Yang Mulia. Nyonya Shen Liu keluar kediaman membawa kuda hitam kesayangan Jenderal. Kuda yang itu sedang sakit, kemungkinan hilang kendalinya sangat besar.”

Kaisar tersenyum satu sisi. “Rasakan, Jenderal!”

Setelah itu berbalik tak mengatakan apapun lagi.

Di sisi lain.

Hampir satu dupa perjalanan ....

“Awas! Awas!”

Kerumunan di tengah pasar terbelah kacau balau. Di tengahnya, Shen Liu Zi berteriak sambil menarik tali kekang seekor kuda hitam.

Jenderal melihatnya, tapi malah berbalik pura-pura tak melihat.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 8. Mencari Gambar Chu Qiao

    Besoknya. Jenderal Shang beberapa waktu lalu pergi ke pertemuan rutin di istana, dan dengan langkah hati-hati bak maling kecil, Shen Liu Zi memasuki kamar pria itu. Ck! Begitu masuk, mulutnya langsung berdecak. Dia tidak heran jika kamar laki-laki tidak memiliki banyak perabotan, tetapi kamar jenderal ini bukan hanya tidak memiliki banyak perabotan, melainkan hanya ada satu tempat tidur, serta satu meja berisi tumpukan buku. Dua perabot itu saja! Membuat Shen Liu Zi tak habis pikir, tapi sekaligus mempermudah pencariannya. Ya. Wanita itu datang tidak sekedar bermain-main. Dia tahu apa yang harus dilakukan, dan dia mulai bergerak dari meja baca di sisi kiri kamar. Di meja itu ada banyak tumpukan buku, kertas serta satu set kuas juga tintanya. Shen Liu Zi pikir, jenderal Shang mungkin pernah melukis wajah Chu Qiao. Dia membuka tiap buku yang diambil, membolak-balikan lembaran kertas yang ada. Sayangnya, hampir sebagian buku dia buka, tak dia temukan satupun wajah seorang

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 7. Yu Li Pelayan Bernyali

    Yu Li terlonjak panik. “Nyonya!” serunya nyaris parau. Tubuh Shen Liu Zi terasa dingin ketika dipeluk, napasnya terputus-putus, dan keringat dingin membasahi pelipisnya. “Tidak! Tidak boleh begini!” Yu Li mengguncang pelan bahu junjungannya itu, tetapi kelopak mata itu tetap tertutup rapat. Angin malam menyusup lewat celah pintu, membawa hawa lembab bekas hujan yang menusuk tulang. Yu Li menatap ke luar sebentar, lalu menggigit bibir kuat-kuat. Tanpa pikir panjang, dia mengangkat tubuh Shen Liu Zi ke punggungnya sendiri, membawa wanita itu kembali ke kamarnya. Langkah Yu Li goyah, tapi tekadnya kuat. Selesai membaringkan Shen Liu Zi di tempat tidur, Yu Li tergesa-gesa keluar. Setiap kali kakinya menapak tanah licin di halaman, rasa takut makin menyesak dada. Bukan takut pada kegelapan, melainkan takut kehilangan satu-satunya orang yang pernah memperlakukannya seperti keluarga. Hujan kembali turun, pelan tapi tak henti. Yu Li setengah berlari, setengah terhuyung, menembus lor

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 6. Tiba-tiba Sakit

    Musim semi cenderung lebih hangat, tetapi hujan turun lebih sering. Di dalam kamar yang remang, suara rintik di luar terdengar lembut, menimpa genting dengan irama lambat. Asap tipis dari dupa di sudut ruangan membubung, bergulung pelan seperti napas yang menahan lelah. Shen Liu Zi duduk sendirian di depan meja rendah. Di hadapannya, mangkuk daging domba pedas manis masih mengepulkan uap harum. Tangannya terulur, menggenggam sumpit perlahan. Ujung jarinya bergetar. Gerakan kecil saja sudah membuat rasa nyeri menjalar dari bahu ke punggung. Luka cambuk yang belum mengering itu menegang setiap kali dia mencoba mengangkat lengan! Sumpit nyaris menyentuh daging, tapi kekuatan di jari-jari itu lenyap. Trak! Sumpit terjatuh, dia menatapnya jengkel. Dia kelaparan, energinya seakan terkuras habis, karena cambukan Shang Xiwu. Yu Li belum terlihat. Kali terakhir datang hanya mengantarkan semangkuk daging, sekaligus minta izin keluar sebentar. Sampai sekarang belum kembali. Lal

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 5. Jenderal Akhirnya Datang

    Cambuk pertama menghantam punggung Shen Liu Zi tanpa ampun. Cetar! Shen Liu Zi. “...” Tubuh Shen Liu Zi menegang, pekikannya tertahan di tenggorokan. Cetar! Cambukan kedua meluncur. Kali ini membuat tubuhnya sedikit goyah, tapi matanya tetap menatap lurus ke depan. Dingin, keras kepala, menolak tunduk! “Beraninya kamu tidak patuh di kediaman Jenderal Shang!” bentak Shang Xiwu, mengangkat cambuknya lagi. Cetar! Cambuk kedua mendarat lebih keras dari sebelumnya. Kain tipis di punggung Shen Liu Zi robek, menyingkap garis merah yang perlahan menggelap. Yu Li, yang berlutut tak jauh dari situ, menggigit bibir hingga nyaris berdarah, matanya berkaca-kaca. “Nyonya Ketiga! Tolong maafkan Nyonya Shen!” Pelayan kecil itu bukan hanya memohon pengampunan untuk nyonya nya, tetapi juga lekas melindunginya dari belakang. Cetar! “Diam!” hardik Shang Xiwu sambil tetap mencambuk alhasil mengenai Yu Li, “kamu pembantu, bukan juru bicara!” Shen Liu Zi yang tadinya bersikap angku

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 4. Mendisiplinkan Shen Liu Zi

    Di pusat kota, suasana bagaikan lukisan hidup. Suara pedagang bersahutan dengan teriakan bocah yang berlari-lari membawa layang-layang kertas, serta ada pula yang membawa permen tang hu lu. Aroma manisan, minyak wijen, dan bunga kering bercampur di udara. Shen Liu Zi dan Yu Li berjalan di tengah keramaian itu, wajah keduanya tersembunyi di balik tudung tipis, tapi tawa mereka pelan terkendali, seperti dua gadis yang tahu betul sedang bermain api. “Lihat, Nyonya!” seru Yu Li lirih sambil menunjuk ke arah kiri, “gelang gioknya bagus sekali, lihat kilauannya!” Shen Liu Zi menoleh. Di balik rak kayu jati, seorang penjaga toko sedang memperlihatkan gelang hijau muda yang memantulkan cahaya matahari. Dia mendekat dengan langkah santai, mengamati seolah sedang menilai karya seni. “Berapa ini?” tanyanya lembut. “Dua tael per gelang, Nyonya,” jawab si penjaga toko. Shen Liu Zi menatapnya sejenak, lalu mengangkat sebelah alis. “Dua tael untuk giok yang bahkan tak sepadan dengan kaca di k

  • Jenderal! Istrimu Bukan Pajangan   Bab 3. Mempermainkan Bibi Shang Xiwu

    Brak! Begitu pintu kamar tertutup di belakangnya, Shen Liu Zi bersandar di daun pintu, matanya terpejam rapat. Napasnya naik-turun, bukan karena berlari, tapi karena amarah yang mendidih di dada bercampur rasa malu yang menyesakkan. Suara sendok, tawa pelan, dan ejekan samar dari aula tadi masih bergema di telinga, seperti setiap detiknya bagaikan jarum halus yang menusuk pelan-pelan ke dalam kulit. Dia ingin tertawa, tapi yang keluar hanya helaan napas panjang yang terdengar getir. Tangannya yang masih berbalut kain putih perlahan menekan dada. Dia bahkan bisa merasakan detak jantungnya yang berlari seperti hendak keluar dari tubuh. “Suami macam apa itu,” berangnya pelan, hampir tanpa suara. Shen Liu Zi lantas tanpa sengaja melihat pantulan dirinya sendiri di cermin. Bayangan itu tampak begitu pucat, matanya merah karena menahan emosi. “Benar-benar seperti anak singkong di tengah perkumpulan apel merah,” ujarnya lirih, miris, “tidak ada yang lebih memalukan dari in

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status