Share

Bab 2

Penulis: Angin
Imperial Residences merupakan sebuah vila paling mewah yang ada di Rivera dengan luas selebar 20.000 meter persegi, dilengkapi dengan taman, kolam renang, bahkan sampai driving range juga ada.

Nova masuk ke vila tersebut dan duduk di sofa yang ada di dalam sana sambil memandangi interior yang begitu mewah dengan perasaan yang kalut. Dia tahu kalau kakeknya yang mencarikan dia suami, karena pria pada umumnya tidak akan ada yang mau menikah dengannya, tapi dia tidak tahu seperti apa latar belakang dari suaminya yang satu ini. Nova hanya bisa menebak bahwa semua ini hanyalah siasat mereka untuk mendapatkan kekayaan keluarga Kurniawan. Namun, Nova tidak menyangka suaminya malah membawanya ke tempat yang justru terlihat seperti alam mimpi.

Chandra pun berlutut di depan Nova dan hendak membuka perbannya.

“Jangan ….”

Nova panik dan spontan menghindar karena tubuhnya yang penuh dengan luka bakar ini pasti akan terlihat sangat mengerikan. Dia takut suami yang bahkan belum pernah dia temui ini akan syok seketika melihat seperti apa wajahnya. Akan tetapi, Chandra tetap saja membuka perbannya tanpa mengindahkan larangan dari Nova.

Nova pun jadi panik dan detak jantungnya berdegup kencang. Dia merasa begitu malu dan ingin menghilang saja rasanya dari dunia ini. Chandra mengangkat kepala Nova secara perlahan dan memperhatikan wajahnya yang penuh luka dengan saksama. Apa yang Chandra rasakan saat ini adalah rasa sakit seakan hatinya diiris oleh pisau. Semua ini terjadi gara-gara Chandra. Kalau bukan karena menolongnya, Nova tidak akan berakhir seperti ini.

Raut wajah Chandra yang maskulin tiba-tiba tergantikan oleh ekspresi penuh simpati, dan dia nyars saja meneteskan air matanya.

“Nova, maaf, ya. Percayalah sama aku, aku pasti bisa nyembuhin kamu.”

Sontak Nova pun panik mendengar ucapan Chandra dan tidak berani menatap kedua matanya.

“Ambilin obatnya,” seru Chandra.

Sesaat kemudian, pintu vila pun terbuka dan beberapa orang pria berpakaian serba hitam masuk membawakan sebuah kotak besar. Kotak itu berisi berbagai macam obat herbal mahal yang harganya tidak terbayangkan.

Chandra segera meracik obatnya dan berjongkok di depan Nova, lalu menggenggam tangan Nova yang penuh luka. Nova spontan terkejut dan langsung mengalihkan pandangan ke matanya dan bertanya, “Ka-kamu ngapain?”

“Nova, jangan takut, buka bajunya dulu, ya.”

Seketika itu juga Nova langsung menangis sambil melepas pakaiannya. Sembari menahan tangisnya, Nova menatap Chandra dan berkata, “Iya, aku tahu aku jelek. Semua badanku penuh luka bakar. Kamu puas sekarang?”

Nova mengira kakeknya mencarikan seorang suami hanya untuk mempermalukannya. Selama beberapa tahun ini, dia sudah terbiasa dengan semua itu. Semenjak insiden kebakaran itu, setiap malam Nova menangis sampai air mata memenuhi seluruh wajahnya, dan tidurnya pun tidak pernah nyenyak karena selalu dihantui oleh mimpi buruk.

Nova menggigit bibirnya dengan erat dan terus meneteskan air mata tanpa henti. Penampilan Nova yang seperti ini benar-benar membuat Chandra sedih. Hatinya yang dingin dan tak berperasaan itu akhirnya tergerak. Dia pun memeluk tubuh Nova dan berjanji padanya, “Mau kayak apa pun fisik kamu, aku nggak bakal merasa jijik. Kamu istriku, sekarang dan selamanya.”

Jadi … Chandra bukan sedang mengolok-oloknya? Nova benar-benar dibuat kebingungan oleh sikap Chandra sampai dia tidak bisa bereaksi apa-apa.

Kemudian Chandra melepaskan tangannya dan mengambil obat yang telah dia racik, dan mengoleskannya di tubuh Nova dengan hati-hati. Setelah itu dia mengambil kain kasa dan membalutkannya ke seluruh bagian tubuh Nova sampai Nova terlihat seperti mumi.

“Nov, kasih waktu sepuluh hari. Aku janji, setelah sepuluh hari, badan kamu pasti sudah berubah.”

“Se-serius?” balas Nova yang masih tidak percaya.

“Iya, aku mana mungkin bohongin kamu.”

Sekarang ini Nova memang tidak bisa melihat wajah Chandra, tapi dia bisa mendengar suaranya yang penuh dengan kehangatan dan rasa kasih sayang yang membuat hati Nova terasa tenteram.

Tak terasa waktu berjalan dan sudah sepuluh hari berlalu. Sepuluh hari ini adalah hari-hari yang paling bahagia dalam hidup Nova. Nova tidak tahu siapa suaminya, tapi dia begitu peduli padanya dan terus menjaganya selama 24 jam sehari. Setiap harinya Chandra akan bercerita dan bersenda gurau, sampai menemani Nova tidur. Dan ketika Nova terbangun, Chandra pasti sedang menggenggam tangannya.

Selama sepuluh tahun terakhir, Nova sudah lupa seperti apa rasanya disayang, apalagi dicintai. Namun sekarang, akhirnya dia tahu seperti apa rasanya cinta.

Nova rutin menjalani pengobatan selama sepuluh hari, dan dia pun mulai merasakan adanya reaksi dari kulitnya yang terbakar. Chandra juga mengatakan selama Nova rajin menggunakan obatnya, kecantikannya juga pasti akan berangsur pulih.

“Eh … ini beneran ada khasiatnya?” tanya Nova seraya menggenggam erat tangan Chandra.

“Iya,” jawab Chandra sambil membuka perban yang menutupi wajah Nova.

Nova merasakan adanya cahaya yang masuk ke penglihatannya, tapi dia masih tidak berani membuka mata.

“Coba buka matamu,” kata Chandra.

Setelah dibujuk, barulah Nova memberanikan diri untuk membuka matanya dan melihat dirinya yang tanpa busana di depan cermin. Di cermin itu tampak seorang wanita yang sekujur tubuhnya masih terlapisi oleh bubuk obat, tapi di balik bubuk obat tersebut, terlihat ada sedikit kulit yang putih dan mulus.

Nova kaget bukan main sampai mulutnya menganga lebar ketika melihat wajahnya sendiri yang tampak nyaris sempurna. Setelah termangu selama beberapa detik, dia pun segera menghapus sisa bubuk obat yang masih menempel di wajahnya dan meraba kulitnya sendiri dengan ekspresi seolah tidak percaya.

“Ini ….”

Nova tercengang dan tidak percaya bahwa orang yang dia lihat di cermin itu adalah dirinya sendiri. Tubuhnya yang terbakar habis sepuluh tahun lalu kini telah kembali sempurna. Bahkan dengan teknologi pengobatan yang begitu maju di zaman sekarang, hal ini tidak mungkin bisa dicapai.

Selama sepuluh tahun terakhir, Nova tidak berani menatap cermin karena dia pasti akan selalu mimpi buruk di malam harinya. Maka dari itu dia langsung melepaskan tangisan bahagia sambil memeluk Chandra saat dia melihat dirinya yang kini sudah cantik di cermin. Penderitaan selama sepuluh tahun akhirnya sirna bagai asap yang terbang tertiup angin.

“Aku bakal terus melindungi kamu, dan nggak akan ada lagi siapa pun yang bisa nyakitin kamu,” kata Chandra.

Nova yang akhirnya tersadar kembali dari kebahagiaannya menyadari kalau saat ini dia tidak mengenakan pakaian sehelai pun. Wajahnya pun seketika memerah karena merasa malu dan segera melepaskan pelukan Chandra.

“Air panas dan bajunya sudah aku siapin. Aku nggak tahu ukuran badan kamu, jadi untuk pakaian dalam, aku beli beberapa ukuran, tinggal kamu coba saja yang mana yang pas,” ucap Chandra.

Dengan rasa malu, Nova pun masuk ke dalam kamar mandi sambil menundukkan kepalanya, sementara Chandra duduk di sofa yang ada di ruang tengah sambil mengisap satu batang rokok.

“Jenderal.”

Seorang pria berusia sekitar 40-an tahun dengan jas hitam datang sambil membawa dokumen yang cukup tebal.

“Semua informasi terkait Empat Keluarga Besar ada di sini, termasuk penyebab dan dampak kejadian sepuluh tahun yang lalu. Silakan dilihat dulu, Jenderal.”

“Taruh saja di situ,” kata Chandra.

“Mereka cuma keluarga kecil yang lemah. Asal Jenderal kasih perintah untuk maju, aku bakal kerahin anak buahku untuk ….”

Namun, Chandra hanya melambaikan tangannya dan pria itu pun berhenti berbicara.

“Aku sudah bukan jenderal lagi. Mulai sekarang, nggak ada yang namanya Jenderal Naga di dunia ini. Penyelidikan ini juga terakhir kalinya aku memakai kekuasaanku. Kamu nggak perlu ngikutin aku lagi, bawa anak buah kamu untuk pulang. Daerah perbatasan masih butuh perlindungan kamu.”

Pria itu langsung berlutut di lantai dan berkata dengan suara yang lantang, “Perbatasan di Gurun Selatan sekarang sudah cukup stabil, musuh nggak ada yang berani menyerang. Jenderal, tolong jangan usir kami. Biarin kami bantuin Jenderal.”

Chandra pun bangkit dari kursinya dan membantu pria itu berdiri seraya berkata, “Paul, ini urusan pribadi, jadi biar aku yang urus sendiri. Begitu urusannya selesai, aku mau hidup tenteram tanpa ada lagi pertumpahan darah. Aku mau jagain Nova dan kasih dia rasa cinta yang paling dalam.”

“Jenderal ….”

“Pergilah, bawa semua anak buah kamu pulang ke Gurun Selatan,” perintah Chandra.

Sekali lagi Paul berlutut di depan atasannya dan berkata dengan suara keras, “Mohon jaga diri, Jenderal. Kamu segenap pasukan Naga Hitam menanti kepulangan Jenderal.”

“Sudah, pergi sana,” tutur Chandra seraya kembali duduk ke sofa.

Paul pun segera pergi meninggalkan Chandra, dan tak lama kemudian Nova juga baru saja keluar dari kamar mandi. Dia mengenakan sleeveless dress yang menonjolkan leher serta lengannya yang putih mulus. Dulu, mana mungkin Nova berani mengenakan pakaian seperti ini.

Perasaannya yang bahagia membuat Nova tanpa sadar bersenandung sambil mengelus kulit barunya, tapi dia langsung berhenti bersenandung ketika melihat Chandra di sofa. Dia pun duduk di sampingnya dengan wajah memerah, entah karena dia baru mandi, atau karena malu.

“Ehm ….”

Nova membuka mulutnya, tapi dia tidak tahu apa yang harus dia katakan. Walau baru tinggal bersama dengan Chandra selama sepuluh tahun, dia masih sedikit ketakutan ketika harus menghadapi Chandra dan tidak tahu harus bagaimana memulai percakapan dengannya.

Chandra yang saat itu sedang sibuk dengan pikirannya sendiri langsung menunjukkan sebuah reaksi. Kedua matanya berbinar ketika melihat luka di tubuh Nova yang sudah sembuh sepenuhnya.

“Sayang, kapan kita mau bikin akta pernikahan?”

“Eh?”

Nova tertegun dan mulutnya pun menganga. Tampangnya yang kebingungan seperti itu benar-benar terlihat menggemaskan.

“Kan aku sudah jadi bagian dari keluarga Kurniawan. Aku ini suami kamu, lho. Ini perintah dari kakek kamu. Kamu nggak mau menikah sama aku?” tanya Chandra.

“Ma-mau.”

Nova tidak banyak bicara dan hanya membalasnya dengan satu kata. Selama sepuluh hari ini, Chandra terus menjaganya dengan penuh perhatian sehingga membuat Nova tahu apa yang namanya kasih sayang. Mana mungkin dia tidak mau menikah dengan pria sebaik itu?

Diam-diam Nova melirik pria bertubuh tinggi dan fitur wajah yang sangat maskulin itu. Spontan wajahnya memerah dan detak jantungnya jadi semakin cepat.

Satu jam kemudian … mereka berdua keluar dari kantor catatan sipil. Nova masih tampak kebingungan ketika melihat akta yang ada di tangannya itu. Apakah memang sesederhana itu dia sudah mendapatkannya?

Dulu Nova pernah berfantasi akan seperti apa masa depannya. Dia berangan-angan kelak akan memiliki kehidupan yang penuh dengan kasih sayang. Hanya saja … semua yang terjadi tidak sesuai dengan fantasinya. Kakeknya telah menentukan akan seperti apa sisa hidupnya, tapi Chandra membawanya pergi ke sebuah tempat layaknya istana selama sepuluh hari.

Setelah sepuluh hari itu berlalu, lukanya telah pulih sepenuhnya, dan kondisi fisiknya pun membaik, membuat Nova menjadi wanita yang luar biasa cantik.

Meski sampai detik ini Nova masih belum tahu siapa identitas suaminya yang sebenarnya, dia tetap merasa bahagia dan menggenggam tangan suaminya dengan erat.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Abdullah Wakhid
keknya alur cerita sama deh kaya jendral naga hitam
goodnovel comment avatar
Fajar Julios
b B. BBM di
goodnovel comment avatar
Fajar Julios
v. b B B. b. b
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Jenderal Naga   Bab 2309

    Chandra belum mengetahui kebenaran akan masalah ini. Dia terus mengikuti sekelompok orang itu dan terus bergerak maju. Tanaman di sekitar tempat itu mati seakan sudah terpengaruh oleh energi iblis. Bahkan gunung-gunung di sekitarnya saat ini tampak gundul. Keheningan melanda segala penjuru. Hanya suara langkah kaki yang terdengar di telinganya. Tidak lama kemudian, mereka tiba di sebuah ngarai yang terdapat sebuah formasi yang sangat ajaib. Chandra melihat jejak energi iblis akan muncul dari tubuh orang-orang itu setiap kali mereka melewati formasi. Namun, formasi itu tiba-tiba bersinar yang diikuti dengan bunyi alarm ketika para murid Sekte Dayan melewatinya. “Ternyata siapa pun bisa melewati formasi dengan aman selama memiliki energi di dalam tubuh,” gumam Chandra setelah melihat peristiwa itu. Chandra sama sekali tidak takut akan formasi itu karena dirinya memiliki energi iblis di dalam tubuhnya. Akhirnya, dia tiba di depan formasi dan melewatinya tanpa ragu sedikit pun. Energi

  • Jenderal Naga   Bab 2308

    Chandra menatap mayat-mayat yang bergelimpangan di atas tanah lalu bergumam, “Kenapa ada energi iblis di sini? Apa mungkin ini adalah ulah Tazi?”Sejauh yang Chandra tahu, Tazi adalah antek kaum iblis. Para iblis meninggalkan beberapa antek mereka di bumi saat itu dan Tazi adalah antek mereka yang ditinggalkan di Dunia Primordial. Beberapa tahun yang lalu, Tazi menyerang Suku Guno dengan tujuan untuk menyatukan seluruh Dunia Primordial ke dalam genggamannya. “Apa mungkin dia?”Chandra tidak begitu yakin dengan pemikirannya. Kalau memang semua ini adalah ulah Tazi lalu mengapa dia menangkap para prajurit jenius dan mengambil darah mereka? “Hufh!”Chandra menarik napas dalam lalu bergegas pergi. Dia mencari ke seluruh Gunung Waku untuk menangkap orang-orang berpakaian serba hitam dengan tujuan untuk menginterogasi mereka. Namun sayangnya, dia tidak berhasil menemukan satu pun orang berpakaian hitam di sepanjang jalan. Sebaliknya, dia justru menemukan ratusan mayat para prajurit yang te

  • Jenderal Naga   Bab 2307

    Ketiga orang itu membuat kesimpulan sederhana yang berasal dari sedikit informasi yang mereka dapatkan. Berdasarkan pendapat mereka, orang-orang berpakaian hitam itu merupakan utusan dari Sekte Dayan guna meningkatkan kesulitan dalam kompetisi. “Bukan!” seru seorang prajurit yang sedang duduk di atas tanah.Kemudian prajurit itu berkata, “Orang-orang itu sangatlah kejam. Aku melihat, mereka membunuh orang-orang lalu memeras darah korban mereka dan membuatnya menjadi mumi.”“Benar, mereka sangat kejam. Mereka akan langsung membunuh target mereka kalau tidak berhasil menangkapnya hidup-hidup.”Chandra dan teman-temannya tampak tercengang setelah mendengar pernyataan prajurit yang terluka. “Langsung dibunuh dan darahnya dikuras?”Raut wajah Chandra tampak bingung lalu dia bertanya, “Kenapa mereka sangat kejam begitu?”“Benar!” seru seorang prajurit sambil mengangguk. Chandra dan teman-temannya saling bertatapan satu sama lain dan tidak tahu apa yang harus mereka katakan selama beberapa

  • Jenderal Naga   Bab 2306

    “Chandra ….”Verda tiba-tiba membuka mulutnya ketika Chandra hendak pergi. Chandra langsung berbalik lalu bertanya, “Ada apa?”Namun, Verda tiba-tiba menutup mulutnya dan tidak mengatakan apa pun. Dia tidak tahu, apa yang harus dikatakannya. “Tidak apa-apa.”Chandra tidak terlalu memedulikan Verda dan kembali berbalik lalu bergegas pergi. Dia dengan cepat muncul di dekat Maggie dan Paul. Paul langsung mengancungkan jempolnya seraya berkata, “Bos, kamu hebat sekali! Aku tidak menyangka seorang prajurit pengolah fisik akan sekuat ini. Aku pasti akan memilih jalan menjadi seorang pengolah fisik kalau saja aku tahu sejak awal, seorang pengolah fisik bisa kebal terhadap berbagai senjata dan benar-benar tak terkalahkan sepertimu.”Chandra menanggapinya dengan senyuman seraya berkata, “Sudahlah, jalan menjadi seorang pengolah fisik tidaklah mudah. Kamu pasti tidak akan mampu melewatinya.”Paul kembali berkata dengan nada kurang puas, “Bos bercanda saja, sih. Memangnya rintangan apa yang bi

  • Jenderal Naga   Bab 2305

    Pedang Caro tidak mampu menembus kulit Chandra dan hanya mampu mengoyak pakaiannya. Namun, Chandra tetap mengakui kalau kekuatan Caro sangatlah dahsyat. Sebenarnya, darah di tubuhnya mendidih ketika serangan pedang Caro mengenai tubuhnya. Namun, Chandra berusaha dengan keras untuk menahannya, sampai tidak ada sedikit pun darah yang keluar dari mulutnya. “Sungguh menakutkan!”“Tubuh yang mengerikan!”“Aku pikir ilmu pedang Caro adalah salah satu yang tak terkalahkan, tapi ternyata kekuatan fisik pemuda itu jauh lebih kuat.”“Aku tidak menyangka, kalau dia adalah seorang ahli pengolah fisik.”Tidak lama kemudian, berbagai ucapan terdengar di sekitar mereka. “Kamu?”Caro tidak kalah tercengangnya. Dia tidak percaya, kalau kekuatannya tidak bisa melukai tubuh Chandra. Padahal dia sudah mengerahkan seluruh kekuatannya. Sebenarnya, seberapa besar kekuatan fisik pemuda ini?Di kejauhan, Verda tertegun dengan apa yang disaksikannya. Dia masih ingat kejadian di Sekte Dayan ketika Chandra ber

  • Jenderal Naga   Bab 2304

    Yuga pun menatap dengan wajah penuh ketidakpercayaan. Di sisi lain, Chandra tampak tersenyum tipis sambil memegang pedang di depan leher Caro. Tidak lama kemudian, dia menyingkirkan pedangnya lalu berkata, “Caro, kamu sudah kalah. Kamu pasti sudah mati kalau aku tidak menahan seranganku tadi.”Orang-orang yang berada di sekitar mereka langsung menyadari fakta tersebut setelah suara Chandra menggema di telinga mereka. Pemuda ini benar-benar kuat, bahkan Caro berhasil dikalahkan hanya dengan satu serangan. Hufh!Tiba-tiba saja terdengar sebuah helaan napas dingin. Kemudian Caro berkata setelah tertegun selama beberapa saat, “Tidak! Itu tidak masuk hitungan! Chandra, sekarang majulah lagi!”Chandra menatap Caro lalu berkata dengan tenang, “Kamu tidak mau menepati janjimu, ya? Jangankan satu kali, bahkan sepuluh kali pun kamu tidak akan mampu menghindari serangan pedangku.”Ilmu pedang Chandra adalah ilmu pedang yang diciptakan oleh orang-orang di zaman kuno. Dia menguasai ilmu pedang i

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status