Share

BAB 02

Penulis: D.N.A
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-02 10:57:16

Dentum suara musik menggema, mengguncang lantai dansa yang penuh dengan tubuh-tubuh bergoyang. Lampu berkelip tajam, silau menusuk mata siapa pun yang menatapnya terlalu lama. Satya melangkah santai, aura berkuasa mengiringi setiap gerakan. Di sampingnya, sang asisten setia mengikutinya tanpa suara, menjaga jarak namun tetap sigap.

Malam kembali menelannya, sama seperti malam-malam sebelumnya. Rumah tak lagi menjadi tujuan untuk pulang, karena rumah hanyalah bangunan kosong yang penuh kenangan pahit. Orang tuanya sudah tiada, meninggalkan Satya seorang diri. Maka club, minuman keras, asap rokok, dan dentum musik inilah yang menjadi tempat ia mengubur kepenatan.

“Bos, ada tamu,” sapa seorang pria setengah baya dengan perut buncit, pemilik club ternama itu. Senyumnya canggung, berusaha ramah.

Satya hanya mendengus. “Hmmm.”

“Kalau begitu mari saya antar ke tempat biasa.”

Satya mengangguk, langkah kakinya mengikuti pria itu menuju lantai dua. Sebuah ruangan VVIP terbuka, pintunya tebal meredam bising. Di dalam, hanya ada sisa gema samar dentuman musik. Satya duduk di sofa empuk, membuka jas, melonggarkan beberapa kancing kemejanya. Sebatang rokok ia nyalakan, asapnya mengepul, melingkupi ruangan dengan aroma tajam yang menusuk hidung.

Ia bersandar, kepala terangkat menatap langit-langit. Kelopak matanya menutup, membiarkan pikirannya terseret ke masa dua hari lalu.

Bayangan itu datang lagi. Wanita penebus hutang yang masih perawan. Tubuh mungil yang gemetar, mata basah oleh air mata, bibir bergetar menahan isak. Suara jeritan kecil, rintihan memohon ampun, setiap detik terekam jelas di kepalanya. Tubuh halus, kulit lembut, aroma keringat bercampur takut yang entah mengapa justru membuat darahnya mendidih.

Satya terkejut ketika menyadari tangan kanannya meraba bagian intimnya sendiri. Rokok yang tadi ia genggam sudah terjatuh ke lantai, tersisa abu yang berantakan. Ia tidak pernah melakukan hal memalukan seperti ini sebelumnya, tapi bayangan gadis itu membuat tubuhnya panas, ereksinya muncul hanya dari ingatan.

“Ck, sialan…” gumamnya serak. Rambutnya diacak dengan kasar, wajahnya tegang.

Asistennya menatap bingung, tak berani bersuara.

“Perempuan semalam kemana?” tanya Satya tiba-tiba, suaranya rendah namun penuh tekanan.

Tubuh sang asisten langsung membeku. Ia sudah mencari ke mana-mana sejak pagi, tapi hasilnya nihil. Tidak ada jejak. 

“Sa—saya sudah perintahkan orang untuk melacaknya, Bos,” jawabnya gugup. “Tapi… sampai sekarang belum ada yang menemukannya.”

Tatapan Satya menajam, membuat keringat dingin bercucuran di pelipis sang asisten.

“Dia perempuan dari desa. Mustahil hilang begitu saja di kota ini. Kecuali ada yang menyembunyikannya.”

Satya berdiri, langkahnya berat namun tegas. Bara amarah dan frustrasi tercampur jadi satu. Bayangan wajah polos gadis itu kembali hadir di kepalanya, senyum samar yang ia lihat sekilas sebelum berubah jadi tangisan ketakutan. Anehnya, justru bayangan itu yang membuat darahnya kembali mendidih.

Jika ia bukan wanita penggoda… kenapa rasanya masih begitu baru? Masih rapat, kaku, dan perih. Itu jelas bukan tubuh perempuan yang sudah berpengalaman. Rasanya ini adalah yang pertama.

Ia berdiri mendadak, membuat asistennya terlonjak. “Cari tahu,” desisnya. “Siapa yang menaruh sesuatu di minuman saya malam itu–"

Tangannya mengepal, rahangnya mengeras. “Dan cari dia. Mati-matian kalau perlu. Aku ingin perempuan itu kembali ada di hadapanku.”

Asisten itu mengangguk cepat, tak berani menatap langsung ke arah bosnya.

Pintu kembali terbuka. Beberapa wanita masuk dengan pakaian minim, langkah menggoda, aroma tubuh menyeruak. Mereka tersenyum genit, berjalan mendekat sambil melepas satu per satu pakaian. Musik seksi diputar, tubuh mereka berlenggok di depan Satya.

Satu wanita bergaun hitam ketat duduk di pangkuannya, tangan nakal meraba dada bidangnya. Ia mendekat, bibirnya siap menempel. Namun tiba-tiba Satya membuka mata, tatapannya tajam menusuk.

“Turun.” Suaranya dingin. “Saya tidak suka ada yang menyentuh bibir saya.”

Wanita itu menelan ludah, turun perlahan, lalu berlutut, siap melakukan hal lain. Tapi Satya keburu mencengkeram pergelangan tangannya, menunduk menatap bagian intimnya sendiri. Ia meringis. Tidak ada tanda-tanda kehidupan.

“Keluar kalian semua!” bentaknya keras.

Wanita-wanita itu buru-buru kabur, meninggalkan Satya seorang diri bersama asap rokok yang mulai tipis. Ia menggenggam rambutnya, mengusap wajah keras-keras. Biasanya, cukup melihat tubuh telanjang, burungnya sudah menegang. Tapi kini, sudah tiga malam, sama sekali tidak ada reaksi.

Malam pertama ia pikir karena lelah. Malam kedua ia kira efek mabuk. Tapi malam ketiga ini? Mustahil.

Yang lebih mengerikan, hanya bayangan gadis itu yang mampu membuatnya terangsang. Jeritan, isakan, tatapan ketakutan. Bagaimana bisa tubuhnya hanya merespons pada satu orang? Apa tubuhnya rusak? Atau… ada sesuatu yang lebih jahat dari sekadar masalah fisik?

Satya berdiri, wajahnya suram. “Besok siang antar saya ke dokter.”

Nada suaranya malas, namun asisten di sampingnya bisa melihat jelas ketegangan di rahang bosnya. Satya berjalan keluar ruangan, meninggalkan asap dan aroma parfum murahan. Dalam hati, ia mengutuk Rudy.

Jika benar wanita itu membawa sihir sialan yang menjeratnya, maka Satya tidak akan diam. Gadis itu harus membayar, dan Rudy akan ia hancurkan.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 44

    Karina pulang dengan raut wajah kesal, giginya gemertuk pelan dengan langkah yang terhentak keras. Wiranto dan Sari yang melihat kedatangan putrinya mengeryit heran.Pasangan suami istri itu saling pandang, sampai bunyi dentuman pintu membuat keduanya terkejut pelan. Sari dengan cepat menyusul Karina dan meninggalkan Wiranto yang sibuk dengan kopinya."Kenapa kamu?" tanya Sari, dia berbicara di ambang pintu kamar kontrakan yang Rudi sediakan.Karina mendelik tajam, wajahnya tertekuk dengan sorot wajah memancarkan amarahnya."Karin kesel, Bu. Kenapa sih harus selalu Dara yang beruntung dalam berbagai hal?" Suara itu meninggi dengan gestur tangan yang terangkat tinggi.Sari masuk lebih dalam ke kamar putrinya, dia duduk di atas ranjang dan tepat berada di samping Karina. "Coba, cerita lebih detail lagi, kamu kenapa sebenernya?" "Tadi, di kantor. Aku berusaha deketin Satya, eh malah sial." Cerita Karina mengalir dengan emosi yang menggebu. "Kopi yang aku bawa malah tumpah. Terus tumpaha

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 43

    Hal yang tidak pernah Dara duga dalam hidupnya adalah, ketika dia melihat Rudi tepat berada di depan dirinya. Pria yang dulu sangat dia cintai, bahkan Dara rela memberikan semua yang dia miliki pada pria itu.Tatapan Dara menyipit tajam, "Ada apa?" Kedua sudut bibir Rudi mengembang begitu saja, pria dengan kulit sawo matang itu terlihat mengulurkan tangan, satu paper bag berwarna hitam dia serahkan pada Dara."Oleh-oleh, aku harap kamu masih suka hal manis." Tangan Rudi berayun tanpa penyambutan, membuat senyum di bibirnya luntur perlahan. Dia menarik kembali lengannya dan menaruh paper bag di atas meja."Kalau begitu, aku pamit dulu." Tidak ada jawaban, yang ada hanya penyambutan dengan nada yang cukup keras. Dara enggan berucap, bahkan untuk sekedar berbasa-basi dengan sang mantan.Setelah kepergian Rudi, wanita itu menutup pintu dengan cukup keras, dia enggan bahkan untuk sekedar mengambil barang pemberian Rudi.Dulu, Dara memang mencintai Rudi, bahkan mungkin sangat. Tapi untuk

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 42

    Wajah Dara terlihat kesal, dia menenteng beberapa camilan dan berjalan masuk sambil menghentakkan kaki dengan kencang.Belanjaan itu ia taruh di atas meja begitu saja, bahkan sebagian terlihat keluar dari dalam kereseknya. Dara melipat tangan dan menatap Karin dengan mata menyipit tajam."Tuh, taksi kamu udah ada ... dari tadi diklaksonin, ko nggak keluar-keluar," sentaknya dengan nada tak suka.Karina tersenyum samar, dia berdiri dan menatap Satya sekali lagi. "Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, Pak ... kalau begitu saya pamit pulang dulu." Karina melangkah menuju pintu, tapi sebelum benar-benar keluar dari dalam rumah Dara. Suara Satya menghentikan aksinya."Hati-hati di jala," suara itu mengalun pelan, membuat Karina tersenyum dengan perasaan berbunga.Dia mengangguk malu-malu dan dengan cepat menatap pada Dara, senyum kemenangan wanita itu perlihatkan. Membuat Dara menatap tak suka ke arahnya.Setelah Karina sudah tidak terlihat lagi, Dara mulai menatap Satya dengan raut waja

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif     Bab 41

    Cukup lama Karina menunggu di ruang tamu, sampai Dara datang dengan wajah yang terlihat berseri, dia terlihat berjalan dengan ringan dan tanpa beban. Tidak seperti sebelumnya.Senyum manis terpatri di wajah cantik Dara, membuat tatapan Karina berubah datar dan dingin, dia tidak suka ketika melihat sepupunya itu bahagia.Sejak dulu, Dara selalu memiliki kehidupan yang lebih layak dari dirinya, semua yang Dara miliki harus menjadi miliknya. Itu prinsip hidup Karin.Jika dulu, Dia gagak merebut Rudi, maka hari ini dia harus mendapatkan Satya. Beberapa hari lalu, Rudi menghubungi ibunya, pria itu memerintahkan mereka untuk pergi ke kota.Rudi bilang, jika Dara kabur dan memilih menikah dengan orang Kaya. Jelas, Sari dan Wiranto tidak terima, mereka mengasuh Dara sejak remaja, dan ketika wanita itu bergelimang harta, mereka harus ikut serta di dalamnya."Maaf ... aku lupa kalau ada tamu," ujarnya Dara dengan suara lembutnya. Dia menyelipkan rambutnya dan memperlihatkan bekas merah yang mas

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 40

    Langkah kaki Dara menggema menaiki tangga, dia berlari ke lantai atas guna mengejar langkah Satya. Amarah bercampur menjadi satu dan siap meledak kapan saja.Begitu sampai di ambang pintu, Dara berhenti melangkah, dia menghela napas pelan sebelum membuka pintu di depannya."Tuan." Panggil Dara dengan tergesa.Satya terlihat duduk di atas sofa, pria itu sudah tidak mengenakan kaos nya lagi, tubuh bagian atas yang terekspos sempurna dan membuat Dara hilang fokus beberapa detik."Apa? Kamu akan berdiam diri di ambang pintu, Dara?" Dara mengerjap pelan. Dia menghampiri Satya dengan cepat. Tatapannya berubah, dia yang semula tampak biasa menjadi sedikit jengkel dengan apa yang Satya baru saja lakukan."Tuan, kenapa Anda membawa pulang wanita itu ke rumah ini?" Satya tidak langsung menjawab, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Tapi sebelum benar-benar masuk, Satya berucap dengan nada pelan."Pinjamkan pakaianmu ... dia kehujanan dan pasti kedinginan." Pintu ka

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 39

    Dara terlihat antusias dengan kedatangan Satya kali ini, dia berdiri di ambang pintu sambil sesekali menatap pada jalanan di depannya.Dia bahkan sudah tidak menghiraukan tetangga depan rumah yang terlihat menyipitkan mata, dengan penuh rasa penasaran terhadapnya.Yang Dara tunggu kali ini adalah bakso, dia sudah membayangkan kuah pedas panas, dengan rasa sedikit asam dan manis dari kecap hitam."Mana Tuan, kenapa lama sekali," gumam Dara pelan, dia terus melongokkan kepala dan menatap jalanan di depannya."Apa mobilnya mogok yah? Atau dia bohong lagi." Prasangka buruk terus Dara ucapkan, dia mendesah pelan dengan bibir yang terus mendumelkan sesuatu.Rudi yang berada di balkon kamar terus memantau setiap gerak Dara. Ada rasa gemas di dalam hatinya ketika melihat tingkah Dara, cara wanita itu menunggu, cara nya terus bergumam, dan cara wanita itu memainkan ekspresi wajahnya."Kenapa dulu aku tidak sadar, jika Dara semenggemaskan itu," bisiknya nyaris tak terdengar.Tatapan Rudi menja

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status