Share

BAB 05

Author: D.N.A
last update Last Updated: 2025-10-02 11:03:38

Cahaya lampu putih menyilaukan. Dara membuka mata perlahan, kelopak terasa berat. Helaan napasnya pendek, tubuhnya masih lemah. Saat kesadaran berangsur kembali, pandangan pertama yang ia lihat membuat jantungnya berdegup tak karuan.

Satya.

Pria itu duduk di kursi dekat ranjang, kaki bersilang, jas hitamnya masih rapi, wajahnya tegang. Tatapannya menusuk, tak pernah lepas dari Dara. Seperti seekor predator yang sedang menunggu mangsa terbangun.

Dara tersentak, berusaha bangun, tapi tubuhnya terlalu lemah. Tangan dengan jarum infus bergetar. “Kenapa… aku di sini?” suaranya serak.

Satya tidak langsung menjawab. Ia hanya menghela asap rokok elektrik tipis, lalu mematikan perangkat itu. “Karena kau tumbang di depan mataku. Seharusnya aku biarkan kau tergeletak, tapi aku tidak suka meninggalkan sesuatu yang sudah menyentuh hidupku begitu saja.”

Dara menggigit bibir, hatinya berdebar hebat. Kata-kata itu terdengar seperti ancaman. Ia merapatkan selimut ke tubuhnya. “Aku… bisa pulang sendiri. Tidak perlu sampai—”

“Kau tidak akan pergi.” Suara Satya memotong, tegas, tak memberi ruang bantahan. “Kau pikir setelah apa yang terjadi, aku akan membiarkanmu bebas?”

Dara menelan ludah. “Apa maksud Tuan…?”

Satya maju, duduk di tepi ranjang. Jarak mereka hanya sejengkal. Sorot matanya tajam, dingin, tapi ada bara tersembunyi di sana. “Maksudku sederhana. Kau akan menikah denganku.”

Dara terbelalak. “A… apa?!”

“Aku tidak ulangi dua kali.” Satya bersandar santai, seolah yang ia ucapkan adalah hal paling logis di dunia. “Kau ingat ucapan dokter tadi? Tubuhku hanya merespon pada satu wanita. Dan wanita itu kau.”

Dara menggeleng cepat. “Tuan, itu gila! Kita bahkan tidak saling kenal. Malam itu… hanya kecelakaan.”

“Cek—” Satya mendecak, menahan amarah. Tangannya terulur, meraih dagu Dara dengan paksa hingga wajah gadis itu terangkat menatapnya. “Kecelakaan? Tubuhku tidak mengenal kata kecelakaan, Dara. Kalau hanya kecelakaan, aku tidak akan terikat pada satu-satunya gadis yang pernah kusentuh.”

Dara meronta kecil, matanya berkaca-kaca. “Kenapa harus aku? Ada banyak wanita di luar sana. Kau bisa—”

“Tidak ada.” Suara Satya semakin rendah, namun tajam. “Tidak ada wanita lain. Hanya kau. Otakku menutup semua pintu, kecuali pintu yang kau buka malam itu.”

Ruangan terasa membeku. Dara ingin menolak, tapi tubuhnya gemetar, baik karena lemah maupun karena aura pria di depannya.

Satya melepas dagu Dara, tapi tatapannya tak berubah. “Aku tidak peduli kau setuju atau tidak. Kau akan jadi milikku. Pernikahan hanya formalitas agar tidak ada orang yang berani menyentuhmu. Mengerti?”

Air mata Dara jatuh tanpa bisa ditahan. “Aku tidak bisa… aku tidak siap…”

Satya mencondongkan tubuh, berbisik di telinga Dara. “Kau pikir aku peduli pada kesiapanmu? Aku pria yang selalu mendapatkan apa yang kuinginkan. Dan sekarang, yang kuinginkan adalah kau.”

Suasana hening. Hanya suara mesin infus yang terdengar.

Dara memalingkan wajah, menahan isak. Ia tahu melawan pria ini hanya akan berakhir sia-sia. Tapi hatinya menolak mentah-mentah. Menikah? Dengan pria yang bahkan membuat tubuhnya penuh luka?

Satya berdiri, merapikan jas. “Istirahatlah. Besok kau akan pindah ke kediamanku. Dari sana, kita bicarakan persiapan pernikahan.”

Dara menoleh cepat, panik. “Tidak! Aku tidak mau ikut!”

Satya menatapnya dengan tatapan tajam, lalu melangkah pelan ke arah pintu. Tepat sebelum keluar, ia menoleh sekali lagi. Senyuman tipis, dingin, tersungging di bibirnya.

“Percayalah, Dara. Kau akan lebih aman di sisiku daripada sendirian di luar sana. Karena aku tidak akan segan menghancurkan siapa pun yang mencoba merebutmu dariku.”

Pintu tertutup.

Dara terisak sendirian di ruangan itu, menggenggam selimut erat-erat. Tubuhnya gemetar hebat. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ia merasa benar-benar terperangkap.

Dia baru saja lepas dari pria seperti Rudi, tapi kini, dia malah terjebak dengan pria yang lebih gila lagi. Kenapa tuhan menghukum dirinya sampai seperti ini? Apa dosa Dara sebenarnya? 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Jw Hasya
Duh bakal digarap lagi nih
goodnovel comment avatar
Jw Hasya
Klo aja si satya ada disini aku juga mau dia. 🫠🫠
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 44

    Karina pulang dengan raut wajah kesal, giginya gemertuk pelan dengan langkah yang terhentak keras. Wiranto dan Sari yang melihat kedatangan putrinya mengeryit heran.Pasangan suami istri itu saling pandang, sampai bunyi dentuman pintu membuat keduanya terkejut pelan. Sari dengan cepat menyusul Karina dan meninggalkan Wiranto yang sibuk dengan kopinya."Kenapa kamu?" tanya Sari, dia berbicara di ambang pintu kamar kontrakan yang Rudi sediakan.Karina mendelik tajam, wajahnya tertekuk dengan sorot wajah memancarkan amarahnya."Karin kesel, Bu. Kenapa sih harus selalu Dara yang beruntung dalam berbagai hal?" Suara itu meninggi dengan gestur tangan yang terangkat tinggi.Sari masuk lebih dalam ke kamar putrinya, dia duduk di atas ranjang dan tepat berada di samping Karina. "Coba, cerita lebih detail lagi, kamu kenapa sebenernya?" "Tadi, di kantor. Aku berusaha deketin Satya, eh malah sial." Cerita Karina mengalir dengan emosi yang menggebu. "Kopi yang aku bawa malah tumpah. Terus tumpaha

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 43

    Hal yang tidak pernah Dara duga dalam hidupnya adalah, ketika dia melihat Rudi tepat berada di depan dirinya. Pria yang dulu sangat dia cintai, bahkan Dara rela memberikan semua yang dia miliki pada pria itu.Tatapan Dara menyipit tajam, "Ada apa?" Kedua sudut bibir Rudi mengembang begitu saja, pria dengan kulit sawo matang itu terlihat mengulurkan tangan, satu paper bag berwarna hitam dia serahkan pada Dara."Oleh-oleh, aku harap kamu masih suka hal manis." Tangan Rudi berayun tanpa penyambutan, membuat senyum di bibirnya luntur perlahan. Dia menarik kembali lengannya dan menaruh paper bag di atas meja."Kalau begitu, aku pamit dulu." Tidak ada jawaban, yang ada hanya penyambutan dengan nada yang cukup keras. Dara enggan berucap, bahkan untuk sekedar berbasa-basi dengan sang mantan.Setelah kepergian Rudi, wanita itu menutup pintu dengan cukup keras, dia enggan bahkan untuk sekedar mengambil barang pemberian Rudi.Dulu, Dara memang mencintai Rudi, bahkan mungkin sangat. Tapi untuk

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 42

    Wajah Dara terlihat kesal, dia menenteng beberapa camilan dan berjalan masuk sambil menghentakkan kaki dengan kencang.Belanjaan itu ia taruh di atas meja begitu saja, bahkan sebagian terlihat keluar dari dalam kereseknya. Dara melipat tangan dan menatap Karin dengan mata menyipit tajam."Tuh, taksi kamu udah ada ... dari tadi diklaksonin, ko nggak keluar-keluar," sentaknya dengan nada tak suka.Karina tersenyum samar, dia berdiri dan menatap Satya sekali lagi. "Sekali lagi saya ucapkan terima kasih, Pak ... kalau begitu saya pamit pulang dulu." Karina melangkah menuju pintu, tapi sebelum benar-benar keluar dari dalam rumah Dara. Suara Satya menghentikan aksinya."Hati-hati di jala," suara itu mengalun pelan, membuat Karina tersenyum dengan perasaan berbunga.Dia mengangguk malu-malu dan dengan cepat menatap pada Dara, senyum kemenangan wanita itu perlihatkan. Membuat Dara menatap tak suka ke arahnya.Setelah Karina sudah tidak terlihat lagi, Dara mulai menatap Satya dengan raut waja

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif     Bab 41

    Cukup lama Karina menunggu di ruang tamu, sampai Dara datang dengan wajah yang terlihat berseri, dia terlihat berjalan dengan ringan dan tanpa beban. Tidak seperti sebelumnya.Senyum manis terpatri di wajah cantik Dara, membuat tatapan Karina berubah datar dan dingin, dia tidak suka ketika melihat sepupunya itu bahagia.Sejak dulu, Dara selalu memiliki kehidupan yang lebih layak dari dirinya, semua yang Dara miliki harus menjadi miliknya. Itu prinsip hidup Karin.Jika dulu, Dia gagak merebut Rudi, maka hari ini dia harus mendapatkan Satya. Beberapa hari lalu, Rudi menghubungi ibunya, pria itu memerintahkan mereka untuk pergi ke kota.Rudi bilang, jika Dara kabur dan memilih menikah dengan orang Kaya. Jelas, Sari dan Wiranto tidak terima, mereka mengasuh Dara sejak remaja, dan ketika wanita itu bergelimang harta, mereka harus ikut serta di dalamnya."Maaf ... aku lupa kalau ada tamu," ujarnya Dara dengan suara lembutnya. Dia menyelipkan rambutnya dan memperlihatkan bekas merah yang mas

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 40

    Langkah kaki Dara menggema menaiki tangga, dia berlari ke lantai atas guna mengejar langkah Satya. Amarah bercampur menjadi satu dan siap meledak kapan saja.Begitu sampai di ambang pintu, Dara berhenti melangkah, dia menghela napas pelan sebelum membuka pintu di depannya."Tuan." Panggil Dara dengan tergesa.Satya terlihat duduk di atas sofa, pria itu sudah tidak mengenakan kaos nya lagi, tubuh bagian atas yang terekspos sempurna dan membuat Dara hilang fokus beberapa detik."Apa? Kamu akan berdiam diri di ambang pintu, Dara?" Dara mengerjap pelan. Dia menghampiri Satya dengan cepat. Tatapannya berubah, dia yang semula tampak biasa menjadi sedikit jengkel dengan apa yang Satya baru saja lakukan."Tuan, kenapa Anda membawa pulang wanita itu ke rumah ini?" Satya tidak langsung menjawab, dia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Tapi sebelum benar-benar masuk, Satya berucap dengan nada pelan."Pinjamkan pakaianmu ... dia kehujanan dan pasti kedinginan." Pintu ka

  • Jerat Bos Mesum yang Posesif    Bab 39

    Dara terlihat antusias dengan kedatangan Satya kali ini, dia berdiri di ambang pintu sambil sesekali menatap pada jalanan di depannya.Dia bahkan sudah tidak menghiraukan tetangga depan rumah yang terlihat menyipitkan mata, dengan penuh rasa penasaran terhadapnya.Yang Dara tunggu kali ini adalah bakso, dia sudah membayangkan kuah pedas panas, dengan rasa sedikit asam dan manis dari kecap hitam."Mana Tuan, kenapa lama sekali," gumam Dara pelan, dia terus melongokkan kepala dan menatap jalanan di depannya."Apa mobilnya mogok yah? Atau dia bohong lagi." Prasangka buruk terus Dara ucapkan, dia mendesah pelan dengan bibir yang terus mendumelkan sesuatu.Rudi yang berada di balkon kamar terus memantau setiap gerak Dara. Ada rasa gemas di dalam hatinya ketika melihat tingkah Dara, cara wanita itu menunggu, cara nya terus bergumam, dan cara wanita itu memainkan ekspresi wajahnya."Kenapa dulu aku tidak sadar, jika Dara semenggemaskan itu," bisiknya nyaris tak terdengar.Tatapan Rudi menja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status