Share

Video Apa?

"Nak Johnny, duduklah. Tante akan membuatkan minum untuk kalian," ujar Sonia.

"Hmmm ... tidak usah, Tante. Saya masih ada urusan lain. Lagipula, saya ke sini ingin meminta maaf pada tante, karna sudah membuat tante dan keluarga mengkhawatirkan Soraya," cegah Johnny pada tante Sonia.

"Sebenarnya, saya malam tadi ada urusan mendadak ke Singapura, Tante. Sekretaris saya sedang cuti. Jadi, saya meminta tolong pada Soraya untuk menggantikannya, dan membawa Soraya bersama saya ke Singapura," bohong Johnny memberi alasan pada tante Sonia.

Mendengar penuturan Johnny, Soraya hanya melirik sekilas ke arah pria itu. Tak ingin menyangkal, karna alasan yang dibuat oleh Johnny memang terdengar masuk akal.

"Oh, ya sudah kalau begitu, Nak. Tidak apa-apa. Papa Soraya yang merasa sangat khawatir. Sebab, ponsel Soraya sama sekali tak bisa dihubungi. Arinda, sahabat Soraya juga mengaku bahwa Soraya menghilang begitu saja di pesta. Itu yang membuat papanya cemas," tutur Sonia dengan lemah lembut kepada lawan bicaranya itu.

"Sekali lagi saya mohon maaf, Tante. Tas Soraya beserta ponselnya hilang entah ke mana. Sebab itu, tak bisa menghubungi tante. Benar, kan, Soraya?" Johnny mulai meminta Soraya untuk turut membantu meyakinkan tante Sonia.

Tak berbicara, Soraya hanya mengangguk pelan.

"Baiklah, Nak. Tante mengerti. Tidak apa," ucap Sonia tersenyum ke arah Johnny.

Sonia memang tak pernah terlalu mengekang anak-anaknya selama ini. Wanita itu selalu membebaskan anaknya untuk bergaul atau berhubungan dengan siapapun juga. Sebab itu, dia tak terlalu mempersoal Soraya yang tak pulang ke rumah semalam. Sebab, baginya, Soraya sudah cukup dewasa untuk hal semacam itu. Namun justru, papa Soraya--Andi Narenda yang sedikit posesif pada anak-anaknya, terutama Soraya.

"Sekali lagi, saya mohon maaf, Tante. Saya juga ingin menyampaikan maaf saya langsung pada tuan Narendra. Apa boleh?" Johnny menanyakan perihal papa Soraya.

"Tentu saja, boleh. Namun, papanya Yaya sedang ke luar, Nak. Apa mau menunggu?" ucap Sonia.

"Kalau begitu, saya minta kontak tuan Narendra saja, Tante," pinta Johnny, yang diikuti anggukan dari tante Sonia.

Setelah mendapatkan kontak papa Soraya, dan meminta izin pulang pada tante Sonia, Johnny pun langsung bergegas menuju kantornya.

Sesampai di sana, orang pertama yang dicarinya tak lain dan tak bukan adalah Kevin.

"Kevin, ke ruangan saya, sekarang!" titahnya ketika berpapasan dengan Kevin.

Kevin mengekor di belakangnya. Wajah tampan lelaki itu tampak sedikit cemas. Sepertinya, memang ada yang ingin juga dia katakan secepatnya pada bos sekaligus sahabatnya itu.

"Bagaimana, Kevin? Apa sudah terungkap motif dari manusia bedebah bernama Marcell itu?" tanya Johnny langsung pada Kevin sesaat sampai di ruangannya, sembari membuka jas dari badannya.

"Kamu harus melihat ini, Jo." Tak menjawab pertanyaan Johnny, Kevin malah memberikan laptop yang tengah memutar sebuah video pada Johnny.

Johnny menggebrak meja kerjanya ketika video itu baru saja diputar. Seumur hidupnya, baru kali ini dia merasa sangat memalukan. Semua dirasa sudah sangat keterlaluan.

Darimana video menjijikkan itu berasal? Siapa yang merekamnya? Pertanyaan demi pertanyaan meliputi otak Suh Johnny. Sebab, tak hanya harga dirinya. Ada harga diri seorang wanita yang juga harus dia jaga. Jangan sampai, karna rekaman video tersebut, masa depan seorang wanita hancur.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status