Home / Romansa / Jerat Gairah Cinta Rahasia / Bab 8 Aku Menginginkanmu

Share

Bab 8 Aku Menginginkanmu

Author: LuciferAter
last update Last Updated: 2025-09-30 14:01:04

“Lepaskan aku!” seruku, berusaha menarik lenganku dari genggaman Dominic yang terus menyeretku keluar dari kelab. Namun, sia-sia. Cengkeramannya bagaikan borgol baja.

Langkah Dominic begitu lebar, sampai aku harus berlari kecil untuk mengimbanginya agar tidak terjatuh. Hal itu, ditambah dengan seruanku, membuat orang-orang yang tadinya sibuk berpesta kini menoleh memperhatikan.

Bisik-bisik mulai terdengar.

“Itu Dominic Black….”

“Bukankah dia salah satu pemilik Nocturne, kelab malam besar di tengah kota itu? Kenapa dia menyeret seorang gadis keluar seperti itu?”

Panas menjalari wajahku. Malu bercampur kesal karena sekarang diriku menjadi tontonan semua pengunjung kelab. 

Dari awal, sudah kuduga akan begini jadinya kalau ada di antara Dominic dan Lucien yang menemukanku. Lagi pula, keduanya sudah berkecimpung di bisnis malam ibu kota semenjak beberapa tahun dan menjadikan Nocturne—kelab mereka, salah satu kelab ternama tengah kota. Oleh karena itu, sengaja aku memilih untuk datang ke kelab Night Owl, kelab dengan reputasi paling sederhana agar tidak diketahui dua pria tersebut. 

Tapi … ternyata Dominic masih bisa mengendus jejakku sampai ke sini—entah bagaimana.

“Siapa gadis itu?”

“Apa dia kekasih barunya?”

“Seharusnya bukan … gadis itu terlalu biasa untuk menjadi kekasihnya ….”

Pertanyaan-pertanyaan itu membuatku memaki dalam hati. Kejadian ini pasti akan menjadi berita hangat untuk beberapa waktu, dan aku hanya bisa menjauh dari area kelab malam agar tidak terlibat masalah, seperti menjadi target salah satu wanita yang tertarik pada Dominic seperti di masa SMA-nya dulu. Itu akan merepotkan.

Namun, walau dirinya menjadi pusat perhatian, Dominic terlihat sama sekali tidak peduli. Aura dinginnya justru membuat orang-orang minggir memberi jalan. Sampai akhirnya, langkah kami terhenti ketika seorang wanita berambut pirang dan bergaun ketat merah berdiri menghadang. 

Wanita itu melirikku sekilas, tapi lekas mengabaikan dan langsung tersenyum genit pada Dominic.

“Dom…” suaranya mendesah manja. “Tumben sekali aku melihatmu di kelab ini. Kapan kau akan minum denganku lagi? Kau belum menepati janjimu waktu itu,” ucapnya selagi menyentuh lengan Dominic dengan cara menggoda.

Aku mempelajari penampilan wanita itu dengan saksama, dan hal pertama yang menarik perhatianku adalah … payudara sintal yang seakan tumpah dari potongan leher rendah gaun merah ketatnya. Hal itu membuatku menautkan alis, lalu menoleh ke arah dadaku sendiri. 

Tidak heran Dominic tidak pernah menerimaku. Dibandingkan wanita itu, aku seperti tidak memiliki apa-apa.

Kalau dipikir-pikir, wanita malam itu juga memiliki dada yang—

“Minggir.” Belum sempat pikiranku melayang jauh, suara Dominic yang berat terdengar berucap. Tatapannya begitu tajam dan menusuk selagi dia menambahkan, “Apa kau tidak lihat aku sedang sibuk?”

Wanita itu sontak terdiam. Bibirnya yang semula tersenyum genit kini goyah karena takut. “M-maaf…” katanya tergesa, buru-buru menyingkir meski sempat melirikku dengan tatapan penuh rasa iri.

Aku menggertakkan gigi. Iri? Apa wanita itu pikir aku ingin di posisi ini? Kalau dia begitu menginginkannya, gantikan saja aku sekarang!

Namun, tentu saja itu tidak mungkin. Karena detik wanita itu menyingkir dari jalannya, Dominic kembali menyeretku keluar dari kelab.

Di luar, udara malam yang dingin menusuk kulitku. Beruntung, Dominic memarkir mobil cukup dekat, hingga tidak perlu waktu lama sebelum kami sampai.

Cepat, Dominic membukakan pintu mobil untukku, lalu mendorongku masuk ke kursi penumpang dengan sedikit kasar. Pintu ditutup keras, membuatku tersentak. Beberapa detik kemudian, sisi pengemudi berguncang saat dia ikut masuk.

“Kau gila!” makiku kesal. “Menyeretku keluar begitu saja, aku bahkan belum bayar! Apa kau tahu betapa memalukannya—”

“Diam,” titah Dominic dingin, membuatku bungkam. Lalu, dia pun menyalakan mesin, membuat mesin meraung sebelum kemudian melaju kencang meninggalkan area parkiran kelab. “Lebih baik aku mempermalukanmu sebentar daripada membiarkanmu disentuh bajingan tak dikenal di bar murahan.”

Aku menoleh cepat, mataku berkilat. “Mau aku disentuh bajingan tak dikenal maupun tidak, sepertinya itu sama sekali bukan urusanmu,” ucapku ketus, mendapatkan segelintir keberanian dari kekesalan dan efek alkohol yang menyebar.

Namun, baru saja kata-kata itu lolos, rahang Dominic langsung mengeras dan—

CIIIT!

Mobil berhenti mendadak, tubuhku hampir terhuyung ke depan kalau bukan karena sabuk pengaman mobil yang menahan.

“Dominic! Apa kau kehilangan kewarasan—” aku hendak memaki, tapi suaraku terputus saat sebuah tangan besar mencengkeram daguku kasar, memaksa wajahku mendongak menatapnya lurus.

“Kau begitu tidak peduli dengan harga dirimu, ya?” geram Dominic, suaranya rendah dan berbahaya. “Tidak berhasil menyerahkan diri pada kekasihmu itu, sekarang kau beralih pada sembarang bajingan di kelab?”

Pertanyaan Dominic membuatku sedikit sakit hati. Namun, emosi yang menggebu membuat tekadku tak goyah. “Kalau ya, memang kenapa?” Mataku menajam seiring sudut bibirku terangkat. “Apa aku jadi terlalu rendah di matamu? Kalau memang begitu, kenapa kau tidak tinggalkan saja aku dan—”

Belum sempat aku menyelesaikan kalimatku, bibir Dominic tiba-tiba sudah menghantam bibirku keras!

Aku terperangah. Mataku membelalak, tubuhku menegang, tapi lidah panasnya langsung mendesak masuk. Ciuman itu begitu liar, rakus, seakan Dominic ingin melahapku hidup-hidup!

“Mmph!” 

Aku sempat meronta, kedua tanganku memukul dadanya, mencoba menyadarkannya akan kegilaan yang dia lakukan. Namun, sia-sia. Dengan satu tangan, Dominic menahan kedua pergelanganku di antara tubuh kami, membuatku tak berdaya. Tubuhku terperangkap, bibirku terkunci oleh dirinya.

Hanya saat kepalaku sudah pening karena kehabisan napas, barulah Dominic melepaskanku.

Aku terengah, bibirku berdenyut sakit sekaligus panas, dadaku naik turun kacau. Sementara itu, di hadapanku, Dominic menatapku dengan sorot mata gelap. 

Aku tidak tahu kenapa, dan aku tidak tahu bagaimana, tapi di sana … di balik sepasang manik hitamnya yang menghipnotis dan menenggelamkan, aku melihatnya jelas.

Dominic menginginkanku.

Alhasil, dengan kewarasan yang tersisa tidak sampai setengah, bibirku terbuka untuk mengucapkan satu kalimat gila.

“Kak Dom … aku menginginkanmu.”

Seketika, kilat berbahaya terpancar dari mata Dominic. 

Dan aku tahu aku telah membangkitkan sesuatu yang tak seharusnya kunyalakan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 8 Aku Menginginkanmu

    “Lepaskan aku!” seruku, berusaha menarik lenganku dari genggaman Dominic yang terus menyeretku keluar dari kelab. Namun, sia-sia. Cengkeramannya bagaikan borgol baja.Langkah Dominic begitu lebar, sampai aku harus berlari kecil untuk mengimbanginya agar tidak terjatuh. Hal itu, ditambah dengan seruanku, membuat orang-orang yang tadinya sibuk berpesta kini menoleh memperhatikan.Bisik-bisik mulai terdengar.“Itu Dominic Black….”“Bukankah dia salah satu pemilik Nocturne, kelab malam besar di tengah kota itu? Kenapa dia menyeret seorang gadis keluar seperti itu?”Panas menjalari wajahku. Malu bercampur kesal karena sekarang diriku menjadi tontonan semua pengunjung kelab. Dari awal, sudah kuduga akan begini jadinya kalau ada di antara Dominic dan Lucien yang menemukanku. Lagi pula, keduanya sudah berkecimpung di bisnis malam ibu kota semenjak beberapa tahun dan menjadikan Nocturne—kelab mereka, salah satu kelab ternama tengah kota. Oleh karena itu, sengaja aku memilih untuk datang ke ke

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 7 Melanggar, Berarti Hukuman

    Duniaku seakan berhenti berputar saat mendengar kalimat Amelia. Bertunangan minggu lalu?Setelah menjalin hubungan denganku selama dua tahun, pria itu ternyata bertunangan dengan wanita lain minggu lalu!?Aku menatap Max. Diriku ingin menjerit, melempar semua dokumen yang berhamburan di lantai, dan menghajarnya habis-habisan. Namun kenyataannya … aku hanya berdiri terpaku.Max berusaha meraihku, wajahnya panik. “Ella, dengar aku—”“Jangan sentuh aku!” bentakku, suaraku pecah di udara.Amelia mengerjap, jelas tidak mengerti. Dia hanya berdiri di sana dengan cincin yang berkilau di jarinya, seolah menertawakan kebodohanku selama dua tahun terakhir.Ada dorongan kuat dalam hatiku untuk melampiaskan semuanya pada Amelia, untuk berteriak bahwa aku adalah pihak yang paling dikhianati di sini. Namun, melihat sorot matanya yang polos, wajah mudanya yang masih diliputi kebingungan, aku tahu dia juga tidak bersalah. Sama sepertiku, dia hanyalah korban dari seorang pria yang tidak bertanggung j

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 6 Kenyataan Pahit

    Ucapanku memantul di udara, menghantam dinginnya ruangan. Dominic terdiam sesaat, rahangnya mengeras, sorot matanya berubah sekilas. Antara marah dan… terluka?“A-aku … bukan maksudku—” Aku sendiri tercekat dengan kata-kataku, tapi gengsi membuatku tak menariknya kembali.Di sisi lain, ekspresi Dominic menjadi semakin dingin. Aku tidak pernah melihatnya menatapku dengan air muka yang begitu gelap.Lalu, pria itu berujar, “Aku memang bukan siapa-siapa bagimu, tapi … di rumah ini, kalimatku dan Lucien adalah aturan. Jadi, kalau ingin tetap di sini, sebaiknya kau ikuti aturanku. Kalau tidak,” tatapannya menajam, membuat tubuhku menggigil, “maka kau akan kupulangkan ke Greenwood.”**Dua minggu berlalu dalam sekejap mata setelah pertengkaranku dengan Dominic. Selama dua minggu ini, aku berakhir benar-benar menuruti perintahnya, pulang sebelum jam delapan malam. Dan yang mengejutkan, dia selalu ada di rumah, seakan menunggu kepulanganku, baru kemudian berangkat bekerja.Namun, bukannya me

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 5 Kau Bukan Apa Pun Bagiku

    “Berbohong agar bisa bermalam di apartemen kekasihmu? Hebat sekali kau, Ella ….”Aku duduk dengan kepala tertunduk, wajah pucat seperti seorang bocah yang baru saja ketahuan melakukan kesalahan fatal.Dalam hati, aku sempat membatin, rasanya baru kemarin berada di posisi ini setelah memergoki Dominic dengan wanita pirang itu. Tapi sekarang, aku sudah kembali berada di posisi yang sama.Tadi, setelah Dominic melontarkan ancaman padaku dan Lily, dengan pasrah kami menyatakan semua kebenarannya. Alhasil, usai pengakuan kami selesai, Dominic marah besar dan meminta Lily pulang.Aku sempat memohon padanya untuk tidak mengirim Lily pulang lantaran baru sesaat sahabatku itu menghabiskan waktu denganku, tapi ….“Ini hukuman untuk kalian agar belajar untuk tidak berbohong dan berbuat hal konyol,” tegasnya dengan pancaran dingin yang langsung membuat Lily dan aku ciut.Hanya saja, tidak kuduga, saat mengantar Lily ke depan gerbang, sementara Dominic tetap duduk di sofa ruang tamu, sahabatku itu

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 4 Tidak Ada yang Terjadi

    “Aahh!”Dengan panik aku menjerit, menyambar handuk yang tergantung di dekatku dan menutup tubuh seadanya. Wajahku memanas, jantungku seperti mau copot.Dominic tidak segera pergi. Sorot matanya yang gelap menatapku. Rahangnya mengeras, jelas dia juga tidak menyangka akan melihatku seperti ini.Sepersekian detik yang terasa seperti selamanya berlalu, sampai akhirnya ia menarik napas kasar. “Kunci pintu lain kali,” katanya datar, suaranya berat namun tegas.Lalu pintu tertutup dengan suara keras, meninggalkanku berdiri terpaku dengan tubuh gemetar.Aku menatap pantulan diriku di kaca. Wajahku merah, mataku lebar, napasku masih kacau.Tak elak, aku membatin, ‘Bukannya dia pergi?! Kenapa bisa tiba-tiba muncul seperti tadi?!’Selesai mengenakan pakaianku lagi, aku memberanikan diri keluar dari kamar mandi.Di ruang tamu, Dominic duduk di sofa, satu lengan bertumpu pada sandaran, posturnya santai tapi sorot matanya langsung terarah padaku saat aku muncul.“Kau sudah selesai?” tanyanya sing

  • Jerat Gairah Cinta Rahasia   Bab 3 Hasrat Terlarang

    “Hahh… ahhh… ahhh…” aku terengah, tubuhku terhuyung setiap kali hentakan keras itu menghantamku dari belakang. Pinggangku dipaksa mengikuti irama yang semakin dalam, setiap dorongan membuatku hampir kehilangan suara.Tangan kekar mencengkeram pinggulku erat, lalu merambat naik ke punggungku. Tubuhku dipaksa menunduk, sementara napas panasnya membakar tengkukku.“Ahhh…” lenguhanku pecah tanpa bisa kutahan.Tiba-tiba, sebuah tangan besar mencengkeram rahangku. Dengan tegas, kepalaku dipaksa menatap lurus ke cermin yang ada di dinding.Bisikan berat dan dalam menyusup ke telingaku.“Lihat ke depan… jangan berpaling. Lihat bagaimana aku mengisi tubuhmu.”Tubuhku merinding. Mataku terbelalak menatap pantulan di kaca. Diriku ada di sana, terguncang, basah, wajah merah padam, dengan bibir terbuka menjerit kenikmatan.Dan di belakangku… sosok pria itu mulai terlihat. Sorot matanya gelap, rahangnya tegas, wajahnya menawan sekaligus menakutkan.Dan dia adalah ….Dominic?!“Ahh!” teriakku, tubuh

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status