Home / Romansa / Jerat Tuan Pebinor / 6. Aku Si Istri Bodoh.

Share

6. Aku Si Istri Bodoh.

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2021-04-28 04:54:51

Demamku belum juga turun setelah satu malaman menumpang tidur di apartemen milik Pak Arsen. Aku sudah merasa enggan, tak enak hati padanya. Belum lagi tentang ciuman kami di ruang kerjanya tempo hari, membuatku sangat malu melihatnya. 

Kulirik jam dinding di kamar itu sudah menunjukkan angka sembilan. Mungkin Pak Arsen sudah berangkat ke kantor? Jika begitu, aku harus segera pergi dari apartemen ini sebelum dia kembali. 

Namun, baru saja aku mengangkat tubuh berdiri dari ranjang, pandanganku kembali berputar dan kembali terjatuh ke posisi tidur. Aku tidak bisa bangun.

Tidak. Aku tak mau berlama-lama di sini. Jika Ferdy kembali ke rumah dan melihatku tidak pulang semalaman, dia akan sangat marah dan mungkin benar-benar akan menceraikanku. Jadi tetap kupaksa tubuh ini kuat untuk berdiri.

Meski berat dan beberapa kali hampir terjatuh, di sini lah aku sekarang. Di dalam taksi dengan pakaian yang basah kuyup kupaksa mengenakannya. Dan benar apa yang kuduga, Ferdy sudah duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu dari mana aja? Semalaman nggak pulang ke rumah." Dia berbicara pelan, tapi sorot matanya seperti menuduhku baru saja melakukan kesalahan. 

"Aku ... aku dari rumah Yuni," jawabku berbohong. Tak mungkin kukatakan bermalam di rumah lelaki lain.

"Yuni?" Ferdy tergelak. "Tadi malam setelah nganter Nindy aku nggak lihat kamu di rumah. Aku ke rumah Yuni, tapi kamu nggak ada di sana. Nara, bilang jujur dari mana kamu satu malaman nggak pulang?!" sentaknya. Pundakku sampai terangkat oleh suara yang cukup besar itu.

"Aku ... aku ke sana setelah jam sepuluh malam. Sebelumnya aku kehujanan, itu makanya bajuku masih basah sampe sekarang." 

"Masih berusaha berbohong? Jam satu malam aku nelpon Yuni dia bilang kamu nggak datang ke rumahnya, Nara!" bentaknya lagi.

Sebenarnya siapa yang harus marah sekarang? Bukannya dia yang berselingkuh? Aku hanya menumpang di rumah Pak Arsen sebab demam setelah kehujanan. Dan jangan lupa, dia lah yang membuatku seperti itu.

"Siapa perempuan itu?" Kini aku yang balik bertanya pada Ferdy. Kuabaikan tatapan jijiknya dan berani menantang mata suami yang selam ini kuhormati. "Dia calon madu aku?" lanjutku. 

Calon madu aku. Kau tahu betapa teririsnya hatiku mengakui perempuan itu calon istri kedua Ferdy? Rasanya ... seperti aku perempuan bodoh, penyakitan yang sudah tak mampu melayaninya di atas ranjang. Rasanya seperti aku hanya istri idiot, yang menawarkan suamiku menikahi perempuan lain. Sangat menyakitkan, sampai tak mampu kukatakan seperti apa hancurku di dalam dada. Namun, hal yang lebih mengirisku adalah ekspresi wajah Ferdy sama sekali tak merasa bersalah.

"Kenapa? Bukannya kamu nggak bisa ngasih aku anak? Nindy itu sehat, kami udah periksa ke dokter kandungan empat bulan yang lalu. Katanya dia akan cepat hamil. Dan benar, sekarang Nindy sedang mengandung tiga minggu. Seharusnya kamu senang, Ra. Mama nggak harus ngomel lagi tentang cucu, dan kamu nggak musti kerja jadi tukang sapu!"

Bisa kau ulangi kalimat Ferdy barusan? Aku harus senang mendengarnya menghamili perempuan lain? Itu lelucon atau hinaan?

"Hamil? Tiga minggu? Kalian saling kenal udah lebih dari empat bulan?" kuulangi semua kalimatnya. "Fer, coba jelasin, apa kamu udah nikah diam-diam sama dia?" tuntutku.

"Belum. Kamu pikir aku sebobrok itu apa? Gimana pun aku masih nunggu ijin kamu, itu buktinya aku menghargai kamu sebagai istriku." 

Dia jauh lebih bobrok dari suami yang nikah diam-diam di belakang istrinya. Dia pejinah! Lelaki menjijikkan yang menghamili wanita lain.

"Kalau kamu bisa menghamilinya, maka hamili juga aku sekarang! Aku nggak akan pernah ijinin kamu nikahin perempuan sialan itu!" sentakku marah. 

Sungguh, aku sangat marah sampai tak tahu dari mana kudapat keberanian ini. Kuterjang Ferdy sampai terjatuh ke atas lantai dan kulucuti seluruh pakaiannya. Ferdy hanya diam, mulutnya menganga bersama mata yang tebuka lebar menatapku saat aku memasukkan miliknya ke dalam lubang milikku.

Bodoh? Ya! Aku bodoh! Aku tahu dia sudah menghamili perempuan lain, dan aku masih memaksa bergoyang seperti orang gila di atas tubuhnya. 

Aku ingin hamil! Aku akan mengalahkan perempuan bernama Nindy itu, dengan anak sah dari pernikahanku dan Ferdy. 

Siap-siaplah Nindy, akan kubuat kau menangis darah tak mendapat tempat di sisi suamiku yang bajingan ini. Siap-siaplah! Bawa kehamilan harammu itu pergi menjauh dari rumah tanggaku yang dengan beraninya kau masuki! 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nietha
nara menjijikan, bodoh...
goodnovel comment avatar
Icah Agus
lk" mcm suamimu...perlu d ks pelajaran supaya dia tau menghargai perempuan
goodnovel comment avatar
Maria
prempuan yg bego
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Jerat Tuan Pebinor   128. Happy Ending

    Setelah membersihkan diri lebih dulu, kududukkan diri di depan meja rias yang besar itu. Hari ini Arsen akan kembali dari luar kota, dan kupikir ingin menyambut suamiku dengan dandanan yang sedikit menarik. Dia pasti merindukanku, dan akan semakin senang dia melihatku nanti dengan riasan ini. Setelahnya, tak lupa kuganti pakaian dengan gaun yang baru kubeli siang tadi, memang sengaja aku membelinya demi menyambut Arsen kembali.Tepat setelah kupikir siap, pintu kamar diketuk dari luar sana. Hatiku melambung seketika itu juga, menduga suamiku akhirnya kembali. Dengan sedikit berjingkrak, kubuka handel pintu sembari menyambut suamiku dengan kedua tangan melintang.“Selamat datang suamiku ...!” seruku sangat girang.Tapi apa ini? Bukannya wajah Arsen, tapi Bi Ratna lah yang berdiri di depanku. Sedikit malu aku dengan tatapan lurusnya yang tertuju pada penampilanku.“Eh, Bi Ratna. Ada apa, Bi?” tanyaku menghilangkan rasa gugup.

  • Jerat Tuan Pebinor   127. Roda Itu Berputar.

    Sudah tiga hari ini Arsen harus pergi ke luar kota untuk mengurus beberapa pekerjaan yang diminta oleh papanya. Jujur, aku sudah sangat merindukan suami yang sangat manja dan bawel itu, sampai-sampai ketika menyusukan Joseph pun hanya wajahnya lah yang terbayang di mataku. Mungkinkah ini yang disebut dengan jatuh cinta sangat dalam? Seperti aku tidak bisa mengendalikan diriku dari rasa rindu yang menggetarkan jiwa.Ketika baru saja kuletakkan Joseph di atas boks tidurnya, ponselku sudah berbunyi di atas nakas. Beruntung suara nyaring itu tidak mengganggu tidur putraku. Hanya menepuk bokongnya beberapa kali, Joseph sudah kembali terlelap. Ah ... itu ulah Arsen. Ketika dia akan berangkat tempo hari, Arsen membuat nada ponselku sangat besar. Katanya agar aku tidak beralasan tidak mendengar suara ponsel ketika dia menghubungiku.Dan lihat siapa yang menelepon sekarang? Siapa lagi jika bukan dia. Lantas kugeser layar ponselku pada posisi menerima, dan wajahnya segera terlih

  • Jerat Tuan Pebinor   126. Mereka Pelayanmu.

    "Ini, makan lah yang banyak."Arsen meletakkan sangat banyak potongan daging dan sayuran di atas piringku.

  • Jerat Tuan Pebinor   125. Sayang, Aku belum ....

    “Sayang, aku tidak melihat gelas kopinya!”Arsen berseru dari dapur, menghentikanku yang baru saja akan membuka baju.“Itu ada di laci atas kepalamu, Sayang. Mendongak lah dan buka lacinya!” balasku tak kalah kencang.“Laci yang mana? Aku tidak melihatnya!”Ini tidak akan berhasil. Jika aku terus berteriak, Joseph akan terbangun dari tidurnya yang belum lima belas menit. Lantas kubenarkan lagi letak pakaianku sembari mendatanginya ke dapur.Dia memang selalu begitu. Apa pun tak pernah terlihat oleh matanya. Entah karena malas mencari atau memang dia tak bisa menemukan sebuah barang dengan benar, hanya dia dan Tuhan lah yang tahu.“Di mana itu? Di mana gelas kopinya?”Kulihat Arsen tengah membuka-buka laci di atas kepalanya tapi tidak juga melihat gelas yang dia cari. Astaga ....Mengambil posisi berdiri di sebelahnya, kuraih salah satu gelas dari dalam laci dan menyera

  • Jerat Tuan Pebinor   124. Joseph-ku Bahagiaku. END

    Sejak pagi masih terbilang samar, semua orang sudah sibuk mempersiapkan diri untuk menjemput Joseph ke rumah sakit. Ini terlalu membahagiakan sampai kami tidak sabar menunggu hari sedikit lebih siang.Lihat lah Papa Sudrajat yang sangat bersemangat menuruni anak tangga. Beliau lah yang lebih sibuk sejak tadi dan beliau pula yang lebih lama berbenah, seakan cucunya sudah bisa menilai penampilan seseorang.Aku tersenyum melihat papa mertua yang biasanya tak pernah absen berangkat ke kantor itu, kini seperti seorang anak kecil yang tidak menunggu diajak jalan-jalan.“Kalian belum siap? Sudah pukul sebelas, kita harus berangkat sekarang.”“Siapa yang sangat lama turun dari kamarnya? Kurasa kami sudah menunggu tiga puluh menit di sini,” sahut Mama Riana menimpali perkataan suaminya.“Kenapa tidak memanggilku jika begitu? Aku pikir kalian belum siap.”Aku dan Arsen hanya tertawa mendengar perbincangan dua orang

  • Jerat Tuan Pebinor   123. Aku Sangat Bahagia.

    Tak dapat kuhindarkan pacuan jantung yang memicu sangat cepat kala mendengar perkataan dari papa mertua. Telapak tangan segera berkeringat dan dudukku tak bisa tenang sekarang. Bayangan buruk segera menghampiri kepala ini, membuat dugaan-dugaan buruk di dalam sana. Apakah Joseph mengalami penurunan? Tak sabar aku ingin mendengar penjelasan dari Papa Sudrajat. Dengan sedikit memajukan tubuh, aku lantas bertanya pada beliau. “Jo-Joseph? Apa yang terjadi pada Joseph?” Arsen segera memeluk dan memberikan kata-kata penenang untukku. Tapi suaranya seakan menghilang oleh pikiran buruk yang sudah lebih dulu merasuki pikiran ini. Tak sabar kutunggu papa mertua melanjutkan perkataannya yang tertunda. “Papa Mertua, katakan ada apa dengan Joseph-ku?” “Sayang, tenangkan dirimu. Kau tidak boleh seperti ini,” peringat Arsen, meremas pundakku tempat tangannya bertengger. Kemudian dia berbicara pada papanya. “Biar aku antar Nara ke atas, nanti papa bisa berbic

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status