Share

6. Aku Si Istri Bodoh.

Demamku belum juga turun setelah satu malaman menumpang tidur di apartemen milik Pak Arsen. Aku sudah merasa enggan, tak enak hati padanya. Belum lagi tentang ciuman kami di ruang kerjanya tempo hari, membuatku sangat malu melihatnya. 

Kulirik jam dinding di kamar itu sudah menunjukkan angka sembilan. Mungkin Pak Arsen sudah berangkat ke kantor? Jika begitu, aku harus segera pergi dari apartemen ini sebelum dia kembali. 

Namun, baru saja aku mengangkat tubuh berdiri dari ranjang, pandanganku kembali berputar dan kembali terjatuh ke posisi tidur. Aku tidak bisa bangun.

Tidak. Aku tak mau berlama-lama di sini. Jika Ferdy kembali ke rumah dan melihatku tidak pulang semalaman, dia akan sangat marah dan mungkin benar-benar akan menceraikanku. Jadi tetap kupaksa tubuh ini kuat untuk berdiri.

Meski berat dan beberapa kali hampir terjatuh, di sini lah aku sekarang. Di dalam taksi dengan pakaian yang basah kuyup kupaksa mengenakannya. Dan benar apa yang kuduga, Ferdy sudah duduk di sofa ruang tamu.

"Kamu dari mana aja? Semalaman nggak pulang ke rumah." Dia berbicara pelan, tapi sorot matanya seperti menuduhku baru saja melakukan kesalahan. 

"Aku ... aku dari rumah Yuni," jawabku berbohong. Tak mungkin kukatakan bermalam di rumah lelaki lain.

"Yuni?" Ferdy tergelak. "Tadi malam setelah nganter Nindy aku nggak lihat kamu di rumah. Aku ke rumah Yuni, tapi kamu nggak ada di sana. Nara, bilang jujur dari mana kamu satu malaman nggak pulang?!" sentaknya. Pundakku sampai terangkat oleh suara yang cukup besar itu.

"Aku ... aku ke sana setelah jam sepuluh malam. Sebelumnya aku kehujanan, itu makanya bajuku masih basah sampe sekarang." 

"Masih berusaha berbohong? Jam satu malam aku nelpon Yuni dia bilang kamu nggak datang ke rumahnya, Nara!" bentaknya lagi.

Sebenarnya siapa yang harus marah sekarang? Bukannya dia yang berselingkuh? Aku hanya menumpang di rumah Pak Arsen sebab demam setelah kehujanan. Dan jangan lupa, dia lah yang membuatku seperti itu.

"Siapa perempuan itu?" Kini aku yang balik bertanya pada Ferdy. Kuabaikan tatapan jijiknya dan berani menantang mata suami yang selam ini kuhormati. "Dia calon madu aku?" lanjutku. 

Calon madu aku. Kau tahu betapa teririsnya hatiku mengakui perempuan itu calon istri kedua Ferdy? Rasanya ... seperti aku perempuan bodoh, penyakitan yang sudah tak mampu melayaninya di atas ranjang. Rasanya seperti aku hanya istri idiot, yang menawarkan suamiku menikahi perempuan lain. Sangat menyakitkan, sampai tak mampu kukatakan seperti apa hancurku di dalam dada. Namun, hal yang lebih mengirisku adalah ekspresi wajah Ferdy sama sekali tak merasa bersalah.

"Kenapa? Bukannya kamu nggak bisa ngasih aku anak? Nindy itu sehat, kami udah periksa ke dokter kandungan empat bulan yang lalu. Katanya dia akan cepat hamil. Dan benar, sekarang Nindy sedang mengandung tiga minggu. Seharusnya kamu senang, Ra. Mama nggak harus ngomel lagi tentang cucu, dan kamu nggak musti kerja jadi tukang sapu!"

Bisa kau ulangi kalimat Ferdy barusan? Aku harus senang mendengarnya menghamili perempuan lain? Itu lelucon atau hinaan?

"Hamil? Tiga minggu? Kalian saling kenal udah lebih dari empat bulan?" kuulangi semua kalimatnya. "Fer, coba jelasin, apa kamu udah nikah diam-diam sama dia?" tuntutku.

"Belum. Kamu pikir aku sebobrok itu apa? Gimana pun aku masih nunggu ijin kamu, itu buktinya aku menghargai kamu sebagai istriku." 

Dia jauh lebih bobrok dari suami yang nikah diam-diam di belakang istrinya. Dia pejinah! Lelaki menjijikkan yang menghamili wanita lain.

"Kalau kamu bisa menghamilinya, maka hamili juga aku sekarang! Aku nggak akan pernah ijinin kamu nikahin perempuan sialan itu!" sentakku marah. 

Sungguh, aku sangat marah sampai tak tahu dari mana kudapat keberanian ini. Kuterjang Ferdy sampai terjatuh ke atas lantai dan kulucuti seluruh pakaiannya. Ferdy hanya diam, mulutnya menganga bersama mata yang tebuka lebar menatapku saat aku memasukkan miliknya ke dalam lubang milikku.

Bodoh? Ya! Aku bodoh! Aku tahu dia sudah menghamili perempuan lain, dan aku masih memaksa bergoyang seperti orang gila di atas tubuhnya. 

Aku ingin hamil! Aku akan mengalahkan perempuan bernama Nindy itu, dengan anak sah dari pernikahanku dan Ferdy. 

Siap-siaplah Nindy, akan kubuat kau menangis darah tak mendapat tempat di sisi suamiku yang bajingan ini. Siap-siaplah! Bawa kehamilan harammu itu pergi menjauh dari rumah tanggaku yang dengan beraninya kau masuki! 

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nietha
nara menjijikan, bodoh...
goodnovel comment avatar
Icah Agus
lk" mcm suamimu...perlu d ks pelajaran supaya dia tau menghargai perempuan
goodnovel comment avatar
Maria
prempuan yg bego
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status