Share

5. Dicampakkan Suami.

Beberapa menit setelah membersihkan tubuh, aku masih diam di dalam kamar mandi. Sungguh ... aku bingung bagaimana akan menunjukkan muka di depan Pak Arsen sekarang. Maksudku ... kemeja ini. Ya, kemeja kelonggaran yang kukenakan setelah berganti pakaian. Ini sepertinya milik Pak Arsen, terlihat dari ukurannya yang pas dengan lelaki itu. Dan di bagian bawah, aku sama sekali tak mengenakan apa-apa. 

"Nara."

Kudengar Pak Arsen memanggil namaku bersamaan dengan ketukan pintu. Dia mengulanginya, menyebut namaku seperti tadi. Aku semakin bingung, apakah harus berpura-pura mati sejenak?

"Kamu baik-baik aja? Jawab atau aku mendobrak pintunya sekarang."

"Iya, Pak! Aku nggak apa-apa!" seruku mengalahkan kecepatan tangan membuka pintu. Dan kemudian, Pak Arsen tertegun melihat aku sangat dekat di depannya. Dia berdiri tak sampai satu langkah dari pintu.

Melihat matanya tertuju langsung ke pahaku, refleks lutut sedikit kutekuk untuk merendahkan posisiku berdiri. Berharap kemeja putih miliknya ini bisa menutupi bagian pahaku lebih banyak. Sangat memalukan, bahkan bayangan dua bukit kembarku terlihat jelas dari balik kemeja yang kukenakan. Ingat, pakaian dalamku sudah basah, aku tak mungkin mengenakannya lagi.

"Kamu sudah makan?" tanya Pak Arsen. Suaranya serak dan berat di telingaku, sedang matanya kini tertuju pada dada ke bagian dadaku. 

Kepala kuanggukan menjawab pertanyaan itu, sebab bibir ini sangat sulit untuk kuangkat.

"Kalau gitu tidurlah di sini." Dia lalu pergi setelah menunjuk ranjang yang tak jauh dari tempatku.

Ah ... kutarik napas lega melihatnya menghilang di balik pintu. Tadinya aku berpikir dia akan melakukan sesuatu yang tak kuinginkan, seperti yang terjadi di ruang kerjanya tempo hari. Baguslah, ternyata dia tidak seburuk citranya yang tersebar di kantor. 

Setelah kupastikan Pak Arsen tidak kembali masuk ke kamar ini, aku pun memberanikan diri menaiki ranjang. Jujur, tubuhku sangat menggigil meski sudah mandi dengan air hangat. Aku ingin tidur. Melupakan sejenak perselingkuhan Ferdy, dan berharap itu hanya mimpi buruk yang menghilang saat aku terbangun.

Tapi belum lama setelah mataku terpejam, kurasa tubuh ini semakin menggigil saja. Selimut tebal dan hangatnya kasur empuk ini sama sekali tak bisa menghilangkan getaran pada tubuhku. Bukan hanya oleh dingin air hujan tadi, tapi kurasa ini juga efek dari aku belum makan sejak kemarin malam.

Aku berbohong? Ya, aku memang sengaja berbohong pada Pak Arsen sebab sangat malu. Jika dia tahu aku belum makan hampir dua hari, bukankah itu sangat memalukan? Dia mungkin akan berpikir orang miskin sepertiku tak mampu membeli makanan.

Tapi tunggu, kenapa getaran tubuhku terasa semakin kencang? Perut yang melilit, kepala pusing dan pandangan yang mulai menggelap, aku juga merasakan pundak ini sangat berat sekarang. Sungguh ... seperti ini akan membawaku pada dunia lain yang tak pernah kudatangi sebelumnya. Apakah aku akan mati? Entahlah.

Kala aku terbangun dari tidur yang entah berapa lama, kulihat Pak Arsen tengah duduk di sisi ranjang yang kutiduri. Matanya terarah tepat ke manikku, dan sorotnya itu menunjukkan kemarahan.

"Kau bilang sudah makan?" 

Oh Tuhan ... dari mana dia tahu belum makan? Dan infus yang terpasang di punggung tanganku, kapan benda itu ada di sini? Kemudian aku mulai bisa mencerna bahwa Pak Arsen memanggilkan dokter untukku.

"Makan dan minum obatmu. Aku tak mau dituduh membunuh istri orang di apartemenku." Dia mengangkat nampan berisi makanan dari atas nakas dan menyerahkannya padaku. 

Kelopak mataku semakin berat kurasa. Sebulir cairan hangat mulai melunjur dari sudut mataku dan bermuara di permukaan bibir. Aku menangis. Ya, menangisi keberadaanku sekarang. Aku terserang demam oleh terpaan hujan setelah melihat suamiku berselingkuh.

"Nara, buka mulut kamu. Jangan memikirkan laki-laki sialan yang mencampakkanmu."

Apa? Kenyataan apa lagi yang baru saja kudengar ini? Pak Arsen tahu suamiku berselingkuh? Jangan bilang jika dia juga melihat Ferdy menepis tanganku dan memilih perempuan lain daripada aku. Sangat memalukan, menyakitkan, setelah kemarin aku baru saja pamer di depannya menyebut diriku istri orang.

Air mata itu seperti bola-bola kecil yang dimainkan banyak anak di dalam mataku. Mereka seperti berebut melemparkan bola kristal yang terasa asin masuk ke mulut. Tak kuasa kutahan isakan ini kala mengingat lagi wajah Ferdy yang menatap benci padaku di super market. Sangat menyakitkan.

"Jadi kamu ingin menangisinya? Baik. Aku beri waktu lima menit untuk kamu menangisi suami perselingkuh itu. Tapi setelahnya, aku akan mematahkan leher suamimu jika kau berani menitikkan air matamu di depanku!" Suara Pak Arsen sangat tegas, dingin melebihi dinginnya sudut hatiku sekarang.

****

Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa baca juga novel aku Melahirkan Anak Untuk Ceo. 

Komen (5)
goodnovel comment avatar
Wakhidah Dani
stalker Nara ya pak Bos
goodnovel comment avatar
Ramlah Usman
sedih banget.. tp betul tak prlu tngisi org yg selingkuh... patah kn tumbuh ... hilng pasti bergnti
goodnovel comment avatar
Sumi Yatun
bossnya ngeri juga ya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status