Ruangan ber cat putih dengan beberapa alat penunjang kehidupan yang sesekali berbunyi di sana, setia menemani seorang pria yang terbaring lemah dengan beberapa luka memar di wajahnya. Beberapa jam yang lalu, pria itu sempat tersadar sebelum waktunya, sehingga membuat tubuhnya kejang-kejang, dan dokter harus memberinya suntikan obat bius lagi demi suksesnya pencangkokan ginjal yang baru saja selesai.
Luke mengerjap pelan. Dia tau, dia berada di ruangan rumah sakit ketika netra matanya terbuka. Entah apa saja yang terjadi saat dia tak sadarkan diri? Dia hanya mengingat saat Peter memukulinya membabi buta sampai seperti ini. Rasa sakit yang mendera kepalanya, juga bagian perutnya membuatnya meringis tertahan. Sepertinya, sudah terjadi sesuatu yang tidak dia ketahui. Entah hanya mimpi atau memang sebuah kenyataan? Ingatan saat Peter berdiri di dalam ruangan asing itu, dengan beberapa dokter dan perawat, juga Anna yang terbaring lemah di atas brankar berputar begitu saj“Luke, bangun ... kamu tuh betah sekali kalo tidur. Jim tuh, temenin dulu. Aku mau siap-siap, sebentar.”Beberapa tepukan di bahu Luke, tidak berhasil membuat pria yang ber status sebagai ayah itu terbangun. Justru, Luke semakin erat memeluk bantal guling empuknya.“Luke, aku hitung sampek tiga ya? Jika kamu tetep nggak mau bangun, terpaksa aku siram!”Brughh!Luke menarik tangan wanita tadi, hingga wanita itu jatuh dalam pelukannya. “Mamanya Jim, kok tambah galak sih? Nanti, cantiknya ilang,” goda Luke sambil menciumi rambut wanita yang paling dia cintai karena sudah melahirkan seorang putra mungil bernama Jim yang melengkapi hidupnya.“Lepasin Luke, kamu bau!” sungut wanita itu yang tak lain adalah, Anna, “mandi sana. Jangan lupa hari ini kita mau ke mana!” lanjutnya dengan kesal membuat mata terpejam Luke akhirnya terbuka.“Memangnya kita mau ke mana?” tanya Luke tanpa dosa hingga mendapat pukulan dari Anna.“Anaknya masih se biji doang, udah pikunan. G
“Hai, Anna?”Sunyi, sepi dan berkabut tebal dengan sentuhan angin yang terkadang kuat menembus pori-pori kulitnya. Kicauan burung, tak sama sekali terdengar di tempat itu. Justru gemuruh hebat yang kadang memekakkan telinga, terdengar begitu hebatnya sehingga membuat beberapa orang takut untuk berhadapan langsung dengan sang langit yang berwarna gelap. Tapi, pria itu?Pria itu justru sama sekali tak gentar. Dia tetap berdiri kaku dengan kondisinya yang memprihatinkan. Bahkan tetesan hujan yang mulai menderas, malah membuatnya tertawa bagai orang gila.“Kamu memang benar-benar Anna atau bukan sih?”Tawa pria itu terdengar lagi. Bahkan kepalanya sampai menengadah ke langit karena kuatnya rasa ingin tertawa. Gundukan tanah di depannya, disertai batu nisan bertuliskan sebuah nama, seolah lelucon saja baginya. Seolah hanya sebuah sandiwara kematian, yang sama sekali receh untuk dia percaya.“Anna? Bagaimana bisa kamu adalah Anna ku? Anna ku yang keras kep
Keesokan harinya.Queen mengusap wajahnya yang sembab sebelum keluar dari mobil. Tak pernah dia pikirkan sebelumnya, jika akan begitu banyak duka yang menyambut kepulangannya. Sebelumnya, dia sangat berharap. Kepulangannya kali ini akan penuh kebahagiaan karena hadirnya keponakan baru di keluarganya. Tapi, yang di dapatinya justru?Queen menekan dadanya kuat. Rasa sesaknya masih terasa. Badai besar ini, berhasil memorak-porandakan keluarganya yang selalu bahagia. Anna meninggal, kondisi Luke dan Jasmine yang memprihatinkan, dan dua malaikat mungil yang saat ini membutuhkan sosok seorang ibu untuk memeluk mereka.Astaga, kenapa hukuman untuk Luke, begitu beratnya? Desah Queen lemah. Luke yang dihukum, tapi semua keluarga turut merasakan sakitnya.Queen melangkah cepat di koridor rumah sakit agar segera sampai di ruang inap Jasmine. Hari ini, dengan terpaksa dia sendirian ke rumah sakit, karena ke dua ibunya harus menjaga Davio yang tak berhenti menangis
3 minggu kemudian ...Se orang wanita bersimpuh di sebuah gundukan tanah makam yang masih bertaburan bunga segar. Gelapnya langit, gemuruh angin, dan rintik hujan yang dingin menembus kulit, tak menandingi bagaimana kalutnya perasaannya saat ini. Wanita yang kini hanya tinggal nama itu, adalah wanita yang menjadi sahabat satu-satunya dan selalu memaafkan semua kesalahannya. Dia selalu berada dalam suka dan dukanya. Dan kini, wanita itu hanya tinggal nama beserta kenangannya saja. Kenangan yang akan selalu dia ingat sampai akhir nanti menutup mata.“Kau meninggalkanku. Meninggalkan kami tanpa berpamitan lebih dulu. Bagaimana bisa kau se tega ini melakukannya? Hiks ... “Tangis wanita itu pecah. Dadanya di hantam rasa nyeri kala mengingat, wanita itu juga meninggalkan buah hatinya bahkan sebelum sempat menimang nya.“Apa kau sudah bahagia di sana? Dan melihat bagaimana kesedihan kami semua? Puas kau, huh?!”Wanita itu menutup wajahnya yang banji
Jasmine memangku putrinya dan mengusap-usap lembut kening sang putri yang bernama Angelina Queen D’orion. Wajah imut Angel, dengan kulitnya yang putih dan mata se biru samudera yang Peter turunkan kepada Angel, membuat semua orang gemas melihatnya.Senyum Jasmine terbit. Begitu melihat Anna yang datang bersama buah hatinya. Anna tampak sedikit kerepotan membawa Jim yang memang boleh di katakan bayi gembul super besar.“Kau sendirian?” tanya Jasmine begitu Anna sampai dan duduk di sebelahnya. Kebetulan, saat ini Jasmine sedang duduk di ayunan sehingga bisa sekalian mengayun-ayunkan Angel di pangkuannya supaya terlelap.Anna nampak membuang nafasnya kasar. “Iya, Jasmine. Dan Aku lelah ...” desahnya.“Berat badan Jim naik lagi?” tanya Jasmine, dan Anna mengangguk.“Ho’ oh. Bahkan bulan ini, naik 2 kilo. Gimana nggak tambah kurus Emak nya?”“Hahaha ... “ Jasmine terbahak. Obrolan ringan mereka seputar emak-emak rempong dengan gembul-gembulnya me
“Robert, di mana Jalang itu?”Suara Luke yang tiba-tiba terdengar, membuat Robert yang mulanya sedang melihat beberapa berkas di tangannya, mendadak bangkit seketika.“Luke kau di sini?” tanya Robert—sedikit gugup. Dia tidak menyangka, jika Luke akan datang ke tempat ini dan masih akan mencari Selena, “mari, Luke. Silakan duduk.” lanjutnya berbasa-basi. Melihat raut wajah Luke saat ini, sepertinya Selena harus berhati-hati.“Aku ingin membebaskan jalang itu dari penjara!” perkataan Luke yang tiba-tiba menggelegar, membuat Robert mengernyit kebingungan.“Kau serius? Kau mau membebaskan penjahat yang sudah membunuh istrimu?!” Robert menggigit bibir dalamnya. Rasa terkejut, membuatnya tak bisa mencegah pertanyaan itu terlontar dari mulutnya.Rahang Luke mengeras. Jika saja, dirinya tidak sedang berada di kantor polisi, sudah dia buat hancur mulut Robert yang sialan itu.“Jangan ikut campur urusanku! Berapa pun, akan aku bayar. Asalkan jalang itu bebas!
“Mommy, bibi Anna benar-benar sudah meninggal ya?”Celetukan Davio yang saat itu sedang memegang mobil-mobilan berwarna hitam mengkilap, membuat Jasmine, Rose, Katherine dan Queen yang sedang sibuk mengganti baju Angel dan Jim, berhenti seketika. Ke empat perempuan itu, saling pandang. Mereka tak mau menjadi orang yang menjawab pertanyaan Davio. Davio pasti akan kembali sedih seperti beberapa minggu yang lalu. Bocah kecil itu, tiada hentinya menangisi kepergian Anna hingga membuat semua keluarga kebingungan.Katherine mengusap lengan Jasmine dengan lembut. “Davio bertanya padamu, maka kau lah yang harus menjawab pertanyaannya,” ucap Katherine, membuat Jasmine menunduk sambil menggeleng kuat. Jasmine tidak kuat jika harus melihat kesedihan putranya lagi, dan mengenang sahabatnya yang benar-benar sudah pergi.“Aku tidak bisa ...,” lirih Jasmine, membuat usapan tangan ibunya, beralih menggenggam telapak tangannya yang bergetar.“Kau ibunya, Jasmine. Kau harus ku
Queen sedang mengotak-atik ponselnya. Beberapa seleksi yang dia ikuti di beberapa agensi model, beberapa hari lagi akan memberikan pengumuman. Tentu saja dia berharap lolos. Hanya saja, dia enggan kembali ke kota itu, karena ulah seorang polisi yang membuatnya kesal sampai saat ini.“Queen, mau menemaniku sebentar?”Queen tersentak. Hampir saja, ponselnya terjatuh jika tak segera dia tangkap.“Astaga, Luke. Kau mengagetkanku!” desah Queen, sambil menekan dadanya yang berdebar.“Apa kau memikirkan, Robert?”“Hahaha ... “ bukannya menjawab, Queen justru terbahak-bahak. Demi apa, Luke menebak dirinya sedang memikirkan Robert? Dan sialnya, tebakan Luke benar.Robert. Polisi yang dia katai mesum itu, sudah kembali ke Vegas. Niat pria itu datang semalam, adalah untuk berpamitan. Dan semoga saja, dia tidak bertemu lagi dengan pria itu nanti, setelah turut kembali. Tentu saja, setelah keadaan di sini membaik.“Aku masih waras untuk memikirkan polisi mesum itu, Luk