Share

Bab 4

Deisy

: Mas, aku akan menginap di tempat Lilis. Tidak usah khawatir, aku hanya butuh waktu untuk tenang.

Pesan yang dikirim Deisy saat waktu menunjukkan pukul 10 malam. Ia masih duduk di kursi taman dengan pikiran melayang-layang. Ini benar-benar gila. Ini sangat tidak masuk akal. Kepalanya sangat sakit akibat menangis terlalu lama. Kini sudah hampir pukul 12, ia masih tetap disana.

Rasanya seperti mau mati. Jika yang menyakiti bukan orang yang berharga, maka tidak masalah bagi Deisy. Tapi kenapa harus Leo? Pria yang membuatnya jatuh cinta bertahun-tahun. Bahkan sampai sekarang, ia masih mencintai pria itu. Apakah sulit untuk setia? Sampai hati ia menyakiti Deisy dengan berselingkuh. 

Deisy sudah menahan segala kesakitan dengan tinggal bersama mertua. Dia juga menahan amarah saat ibu mertua dan adik iparnya mengatakan dia mandul. Dia benar-benar menahan diri agar tidak menimbulkan pertikaian. Ia berusaha keras menjadi menantu yang patuh. Bahkan ia menjatuhkan harga dirinya. Tapi kenapa?  Kenapa?

“Mas Leo masih mencintaiku. Iya. Dia melakukan itu hanya demi mendapatkan anak. Aku harus melakukan sesuatu biar hamil. Kalau aku hamil, aku pasti akan dicintai lagi.”

Begitulah Deisy bergumul dengan pikirannya sendiri. Sampai ia kaget oleh seorang wanita berbaju seksi yang duduk disampingnya. Ia hendak merokok sambil mencari mancis di tasnya. 

Bisa diketahui kalau wanita itu PSK. Dia sedang istirahat sambil menunggu pelanggan. Wanita dengan rok pendek dan baju yang memamerkan belahan dada. Wanita itu menghembuskan asap rokok itu ke wajah Deisy. Bikin Deisy terbatuk beberapa saat.

“Kamu ngapain disini? Kau bukan salah satu PSK khan?”

“Hah? Tentu saja tidak.”

“Iya, aku tahu. Penampilanmu sama sekali tak menggairahkan.”balasnya sambil menghisap rokok itu lagi. “Apa hidupmu begitu sedih sampai harus nangkring disini?”

“Aku akan pergi.”

“Tidak perlu. Ceritakan kenapa kamu menangis. Aku sangat bosan. Pria-pria itu hanya menginginkan perempuan muda. Wanita sepertiku kalah dibanding mereka. Sial sekali!”kata wanita itu. 

Ini kali pertama Deisy bicara dengan wanita malam. Sejujurnya, ia cukup kaget. Tapi tidak lebih kaget ketimbang memergoki suaminya selingkuh. Putus asa membuatnya bercerita pada wanita itu. Cerita yang mungkin terdengar seperti serial televisi. Tapi jelas, itu nyata adanya. 

“Aku benar-benar gila. Aku harus apa sekarang?”ucapnya sambil menangis. Begitu kasihan sampai membuat wanita itu membuang rokoknya.

“Setelah tahu dia selingkuh, kau masih mencintainya?”

“Dengar! Aku yakin kalau suamiku selingkuh bukan karena dia tidak mencintaiku. Aku yakin ini karena dia merindukan seorang anak.”

“Cih, dari mana kau tahu? Kau saja tidak bertanya langsung padanya.”balasnya.

“Tidak! Tidak mungkin dia tidak mencintaiku. Aku harus hamil. Kalau aku hamil, semua masalah akan beres. Dia tidak akan selingkuh lagi!”teriak Deisy menyakinkan dirinya. Dia sangat panik sampai memukul dirinya sendiri. 

“Hentikan! Kau mau mati?”

“Biar aku mati. Aku lebih baik mati.”

“Bodoh! Kalau kamu mati, wanita itu pasti akan jadi istrinya. Kamu mau itu terjadi?”bentak wanita itu. Mendengarnya, Deisy jadi berhenti memukul dirinya sendiri. Ia duduk lagi dengan terkulai lemas. 

“Pulanglah. Kalau kamu mau hamil, aku punya ide. Datang saja kesini kapanpun kamu mau. Aku selalu disini setiap hari saat hampir tengah malam. Aku pergi dulu.”ucap wanita itu pamit. 

Deisy mengetuk pintu rumah itu. Apartemen tempat tinggal Lilis. Meski Deisy membuatnya bangun tengah malam, itu lebih baik daripada pulang ke rumah. Setelah menunggu beberapa saat, perempuan itu muncul. Ia kaget melihat kondisi Deisy yang sangat lusuh. Diajaknya masuk dan ditawari minum teh hangat.

“Apa kamu bilang? Kamu berdiam diri di tengah kota sampai jam segini? Lebih baik kamu labrak Mas Leo. Katakan semua yang ada dipikiranmu. Kalau begini caranya, kamu hanya menyiksa diri sendiri.”teriak Lilis tidak terima. Tak pernah ia melihat Deisy sesedih itu. Datang dengan wajah berurai air mata, badan lesu dan rambut acak-acakan. Dia seorang direktur yang berkompeten. Bahkan di depan Lilis, ia selalu berkharisma.

“Lis, aku gak mau kehilangan dia. Aku masih cinta sama Mas Leo.”

“Lalu, kamu mau begini terus?”

“Aku akan cari cara. Sekarang, ijinin aku nginep di sini.”ucap Deisy memohon. Lilis menghela nafas panjang. Ia mengijinkannya sebab ini sudah sangat malam. Deisy butuh waktu untuk kembali ke rumah itu. Tentu dia sangat syok mengetahui Leo selingkuh. 

***

Pagi itu, Leo marah besar. Ia menerima fakta bahwa sebelum Deisy pergi, Bu Risa memarahinya sebab tak langsung membawakannya bubur. Ia mendapat cerita itu dari Mbak Gina. 

“Mama kira Deisy pembantu di rumah ini? Apa susahnya minta tolong sama Mbak Gina?”teriak Leo dengan suara keras. 

“Mas, gak usah gitu sama mama. Mama juga gak sengaja marah sama Kak Deisy.”ucap Icha membela Bu Risa.

“Pokoknya, jangan lakukan hal itu lagi. Aku gak suka Deisy diperlakukan kayak gitu.”

“Leo, apa kamu gak kesal sama perempuan itu? Dia belum bisa ngasih mama cucu. Kamu gak tahu keresahan mama.”tegas Bu Risa. Dengan marah, ia kembali ke kamarnya. Icha menyusulnya tanpa bicara kepada Leo. 

Leo memijat pelipisnya. Dia benar-benar gak nyangka kalau Bu Risa sebegitu berharapnya punya cucu. Dia menelpon Deisy untuk kesekian kalinya. 

“Sayang, kamu masih di rumah Lilis? Aku jemput sekarang ya.”

“Mas, aku baru keluar dari rumah Lilis. Kita ketemu di tempat lain aja.”

“Ah, baiklah.”

Leo berangkat ke Jakarta Timur. Ia mengarahkan mobil sesuai Gmaps. Ia melihat Deisy duduk di restoran itu. Dia sedang menikmati sarapan. 

“Sayang!!”

“Mas, mau makan?”

“Enggak. Aku sudah makan dari rumah. Sayang, maafin aku.”ucap Leo. Bikin Deisy berhenti menggerakkan sendok dan garpunya. “Maafkan aku karena gak tahu kalau kamu diomelin mama tiap hari. Kamu pasti sakit hati gara-gara mama bertindak seenaknya. Maaf ya sayang.”

Deisy menatapnya dalam. Permintaan maaf itu apakah untuk itu saja? Tidakkah Leo seharusnya meminta maaf untuk perselingkuhan itu. 

“Mas, itu bukan salah kamu.”

“Pokoknya, aku minta maaf mewakili mama. Mulai sekarang, mama gak akan begitu lagi sama kamu. Aku jamin itu.”ucapnya dengan penuh bujukan. Deisy tersenyum mengiyakan.

“Makan yang banyak. Biar aku anterin kamu sebelum ke kantor.”

Setelah sarapan usai, Leo mengantarkannya pulang. Leo belum jujur soal perselingkuhan itu. Andai dia jujur, Deisy pasti akan memaafkannya. Ya, dia akan menerimanya dengan lapang dada. Asal cowok itu janji akan berubah. Ah, tapi mungkin bukan sekarang. Mungkin besok. Deisy mencoba untuk positif thinking. 

“Mama minta maaf. Mungkin mama terlalu keras bicaranya.”ucap Bu Risa mengira kalau Deisy pergi karena sikapnya. Walau tak terlihat tulus, tapi Deisy menerimanya. Dia tidak ingin ada polemik di rumah ini.

“Iya, Ma. Aku juga minta maaf kalau ada salah.”

Setelah sesi maaf-maafan itu usai, Deisy berdiam diri di kamar. Bu Risa tak lagi menyuruhnya melakukan ini dan itu. Tapi Deisy tetap gelisah.  Ia tak bisa tenang. Dia yakin banget kalau Leo masih bertemu dengan wanita itu. Apa yang harus ia lakukan? Harusnya ia berpasrah diri dengan diam saja di kamar ini?

Kekhawatirannya memudar saat Leo sampai di rumah lebih cepat dari biasanya. Masih pukul 7, dia sudah di rumah. Dan setelah sekian lama, ada makan malam bersama di rumah. Deisy sangat senang. Sampai ia mencium aroma parfum perempuan di jasnya. Hal yang membuat Deisy tidak tahan lagi. 

Padahal Leo pulang lebih cepat dari biasanya. Tapi kenapa ia masih bisa menemui wanita itu? Bukankah Leo orang yang sibuk dengan posisinya sebagai pemimpin Prasesa Group? Apakah waktu luangnya sangat banyak sampai bisa bertemu dengan wanita itu? Deisy gemetar di kamar mandi. Pura-pura mandi agar Leo tak tahu kalau dia sedang menangis sampai terisak.



Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status