Share

Bab. 4

"Pernah kecewa dengan pasangan?"

Lagi-lagi, Baskoro memberikan pertanyaan yang membuat Arianna mual.

"Pernah."

"Sakit banget ya, sampai-sampai kamu melajang hingga tiga puluh empat tahun."

Lugas dan tepat, sebuah pernyataan yang memang Arianna akui kebenarannya.

"Pasti sakit rasanya saat Kita ditinggalkan pasangan, apalagi Dia meninggalkan untuk hidup berbahagia dengan orang lain walaupun sempat berdalih bahwa meninggalkan Saya karena sebuah perjodohan tapi, kelihatannya Dia hidup bahagia dengan pasangannya dan sekarangpun, Dia sudah memiliki seorang anak."

"Ohh... it's hurt, you just same with me."

Arianna yang kemudian menatap Baskoro, merasa bingung dengan ucapannya, apa maksud dari kata, sama saja dengannya?

"Maksudnya?"

"Saya juga ditinggal pasangan."

"Oh ya? dengan kualitas yang Mas miliki saat ini, pasangan Mas bisa ninggalin Mas juga ternyata." Tersenyum tipis, senyuman yang entah mengapa begitu saja keluar dari sebuah cerita sedih, apakah Arianna merasa bahagia tatkala laki-laki yang sempat menjelaskan nilai plusnya yang diatas rata-rata ini tersakiti oleh pasangannya? Ya Tuhan, kenapa jadi berasa kayak balas dendam sih?

"Oh...maaf Mas, Aku tidak bermaksud untuk ..."

"It's okey, karena memang benar adanya."

"Kayak sinetron ya hidup kita, atau jangan-jangan, alasan pasangan kita meninggalkan Kita itu terinspirasi dari sinetron ya Mas?" Sebuah pertanyaan yang keluar begitu santai dari mulut Arianna. Sudah berasa bestie saja Arianna ini sama Baskoro.

"Hahaha." Gelak tawa yang membuyarkan keangkuhan seorang Baskoro.

"Lucu ya."

"Yah... lumayanlah, menertawakan kesedihan itu juga salah satu obat untuk diri Kita." Ucap Baskoro dengan tawa kecil yang masih mengiringi. Menatap wajah ayu nan cantik Arianna, kedua sudut bibirnya pun melengkung ke atas, menyadari jika wanita yang Dia tahu dari aplikasi kencan itu memang cantik. Makeup tipis dan tidak macam-macam tapi semakin membuat auranya terpancar.

"Cantik." Gumam Baskoro lirih. Bahkan Arianna yang sedang menyuap pastanya itu tidak mendengar ataupun menyadari jika Baskoro sedang menikmati pesona wajah cantiknya.

"Menjadi seorang penulis itu enak ya." Baskoro yang mulai menyenggol pekerjaan Arianna.

"Ehmmm....setahu Saya, setiap pekerjaan itu, ada enak dan tidak enaknya, karena bekerja itu menyita waktu dan tenaga, belum lagi kalau nanti dikejar deadline. Tapi Saya sekarang hanya menulis di salah satu aplikasi berbayar, lagi tidak ingin dikejar deadline, dan ingin menikmati kegiatan dirumah saja." Balas Arianna sambil tersenyum tipis.

"Oh ya? anak rumahan berarti ya?"

"Ya... begitulah. Anak rumahan yang circle pertemanannya tidak banyak dan alhasil, mengunduh aplikasi kencan menjadi solusi untuk mendapatkan pasangan." Ucap Arianna sembari tersenyum.

"Kamu kesepian?"

"Tidak, ada kedua orang tua Saya dan keponakan yang selalu siap untuk membuat Saya tertawa bahkan ada dua keponakan Saya yang kembar, mereka saat ini berumur tiga tahun, sedang aktif-aktifnya, jika mereka datang berkunjung pasti rumah menjadi ramai seramai pasar." Lagi-lagi Arianna begitu lepas bicara, seolah Baskoro itu adalah teman lama yang sedang mengajaknya makan siang sembari mengobrol.

"Aduh maaf ya Mas, Saya malah keasyikan cerita tentang keluarga Saya. Ehmm... kalau Mas gimana?"

"Apanya?"

"Apa Mas kesepian?"

"Iya."

Sebuah jawaban yang membuat Arianna mengernyitkan kening dan tersenyum tipis, tidak percaya dengan ucapannya.

"Kenapa? dan...kok bisa?"

"Kedua orang tua Saya tinggal diluar negeri, tepatnya di Swiss. Mereka menyerahkan tanggung jawab perusahaan kepada Kakak Saya dan kepada Saya. Saya punya adik laki-laki tapi...Dia pembangkang, lebih suka hidup diluar sana dengan teman-temannya."

"Kakak Mas sudah berkeluarga?"

"Sudah, Dia juga sudah punya anak."

"Oh." Jawab Arianna singkat.

"Setelah menikah, apa Kamu ingin segera mempunyai anak?"

"Setiap wanita pasti ingin menjadi seorang Ibu dan Saya juga, ingin menjadi seorang Ibu tapi...Saya juga tahu diri kalau umur Saya sudah tidak muda lagi jadi ya... pasrah sama Yang Maha Kuasa."

"Saya juga tidak akan memberatkan untuk harus mempunyai anak, karena kalau tidak dikasih pun, Kita bisa membantu anak-anak diluar sana yang tidak mempunyai orang tua." Jawab Baskoro yang membuat Arianna tersenyum tipis.

Mengobrol, bertukar pikiran, merasa nyambung satu sama lain hingga akhirnya, ponsel Baskoro berbunyi. Nada dering yang menandakan jika Dia mendapatkan telfon.

Baskoro yang kemudian mengangkat panggilan telefon itu, berbicara dengan sang sekretaris hingga akhirnya, Dia pun menyudahinya.

"Apa Kamu ada acara An?"

"Ehmm... tidak."

"Temani Saya ke acara pembukaan kantor ya." Ajakan yang terdengar akrab, padahal mereka baru bertemu beberapa menit yang lalu.

"Ehmm... bagaimana ya."

"Cuma sebentar, paling setengah jam."

Arianna yang masih terlihat ragu mengiyakan permintaan Baskoro.

"Apa perlu Saya minta ijin ke Ibu dan Ayah Kamu terlebih dahulu?"

"Hah?! tidak... tidak." Dengan wajah kaget, Arianna juga menggelengkan kepalanya, sungguh ucapan Baskoro diluar ekspektasinya.

"Baiklah, habiskan pasta Kamu, setelah itu Kita pergi ya." Baskoro yang terlihat memerintah, tidak ingin penolakan, kata tidak dari Arianna membuatnya yakin kalau Arianna mau ikut dengannya padahal, kata tidak yang Arianna maksud adalah, tidak mau dan tidak usah repot-repot meminta ijin kepada Ayah dan juga Ibunya tapi, karena pemaksaan halus yang Baskoro lakukan, Arianna akhirnya menurut saja.

"Ayolah An, habiskan makan siangmu, jangan menyisakan makanan hanya karena takut gendut seperti kebanyakan wanita diluar sana." Ucap Baskoro karena melihat Anna yang hanya memainkan pastanya.

"Atau pastanya tidak enak? tidak sesuai selera Kamu? Kamu bisa memesan lagi yang lain tapi, Kita nanti akan terlambat An."

"Pastanya enak kok."

"Jadi?" Baskoro yang tidak ingin bantahan, menatap pasta yang ada dipiring Arianna sambil menaikkan satu alisnya keatas, seolah-olah membuat penegasan, kalau begitu makanlah dan cepat.

Menyuap pasta ke dalam mulut, menyisakan sedikit pasta di piring ceramic yang cantik itu. Mengusap mulutnya dengan lap putih yang Dia letakkan diatas kedua pahanya. Menyesap jus jeruk sunkist.

"Sudah?"

"Sudah."

Baskoro yang kemudian mengangkat tangannya, hingga datang seorang pelayan. Baskoro yang kemudian menyerahkan kartu nya ke pelayan untuk memproses pembayaran sampai akhirnya si pelayan itu kembali lagi dan menyerahkan kartu Baskoro kembali.

"Kita berangkat sekarang?"

"Iya." Balas Arianna sambil menganggukkan kepala. Berdiri dari kursinya, berjalan beriringan dengan Baskoro.

"Lho An, mau kemana?" Tanya Baskoro saat Arianna berjalan menjauh darinya karena ingin menaiki mobilnya sendiri.

"Aku bawa mobil Mas."

"Pakai mobil Saya saja, mobil Kamu biar dibawa sopir."

Lagi-lagi, Arianna yang menurut dengan permintaan Baskoro. Meminta kunci mobil Arianna, tampak sopir Baskoro berjalan tergesa menghampiri mereka berdua.

"Kamu bawa mobil teman Saya ya." Titah Baskoro pada sang sopir.

"Itu Pak mobil Saya." Arianna yang menunjuk mobilnya dan sang sopir langsung menganggukkan kepala, berjalan menuju mobil Arianna.

Berjalan ke mobil Baskoro, pintu mobil pun dibukakan oleh si empunya mobil, membuat Arianna tersenyum dan masuk kedalam mobil.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status