Share

Bab.5

Satu mobil dengan seorang Baskoro, salah satu orang terpandang dan seorang CEO. Tidak terbayangkan sebelumnya. Arianna yang sesekali melihat wajah Baskoro, mengagumi ketampanan pria yang sedang duduk disebelah kursinya itu. Bagaimana mungkin laki-laki setampan dan mapan seperti dirinya, ditinggal pergi oleh calon istrinya? Dia sedang tidak drama kan? Dia sedang tidak mengada-ada kan? Tapi buat apa Dia berbohong? Tapi kenapa juga calon istrinya itu pergi meninggalkan laki-laki yang hampir sempurna ini? Ah, sungguh Arianna bingung.

"Saya tampan ya?" Ucap Baskoro dengan percaya dirinya, Dia bahkan tidak menoleh ke arah Arianna saat bertanya demikian.

"Hah?! Engg...Ya...itu..." Arianna yang seakan tenggelam dengan jawaban yang ingin Dia utarakan.

"Saya memang tampan An, Kamu tidak akan menyesal." Ucap Baskoro yang lagi-lagi tidak melihat ke arah Arianna, Dia fokus dengan kegiatannya saat ini yaitu, menyetir mobilnya sendiri.

Tidak menanggapi, Arianna diam sambil melihat pemandangan lewat kaca jendela mobil, Arianna memalingkan wajah, Dia tidak mau lagi mencuri pandang ke arah Baskoro.

Mobil Baskoro pun terus melaju, menuju ke sebuah gedung. Gedung dimana untuk kantor cabang perusahaannya.

"Kita sudah sampai An." Ucap Baskoro yang kemudian mematikan mesin mobilnya. Ada petugas yang kemudian membukakan pintu mobil Baskoro dan begitu juga dengan pintu mobil Arianna. Turun dari mobil. Berjalan menuju sebuah gedung yang sudah banyak orang, ada beberapa staf perusahaan dan juga rekan bisnis. Arianna yang merasa canggung, Dia berhenti di deretan orang yang sepertinya adalah para staf dari perusahaan Baskoro. Setelah menyalami, Baskoro menoleh ke samping dan ke belakang, tidak mendapati Arianna.

"An." Ucap Baskoro sambil mengedarkan pandangan hingga akhirnya, kedua manik matanya melihat Arianna yang sedang berdiri diantara para stafnya. Baskoro tidak memanggil Arianna untuk datang kepadanya tapi, Dia langsung melangkahkan kakinya, mendekati deretan karyawannya.

"An, ayo." Baskoro yang mengulurkan tangannya, mengajak Arianna untuk ikut bersamanya. Semua mata pun menuju ke arah Baskoro dan Arianna, membuat Arianna tersenyum canggung dengan pipi yang sudah merona merah seperti tomat. Antara malu, bingung dan canggung, kenapa laki-laki ini begitu percaya dirinya memanggil dan juga mengulurkan tangannya, seolah mengatakan; "Pegang tanganku, percayalah padaku, Kita hadapi dunia ini bersama-sama."

"An." Sekali lagi, Baskoro memanggil Arianna yang masih bingung hingga akhirnya, tangan Baskoro meraih tangan kanan Arianna, membuat wanita cantik itu kaget tapi Arianna tetap melangkah mengikuti Baskoro. Semua pasang mata melihat kearah keduanya. Ada yang menatap sembari berbisik ke rekan disebelahnya, entah apa itu tapi mampu membuat Arianna merasa malu.

"Disini saja , jangan kemana-mana, temani Saya." Ucap Baskoro sambil membenahi kursi untuk Arianna duduk. Sebuah permintaan yang hanya dijawab Arianna dengan senyuman tipis. Acara pun berlanjut, master of ceremony yang kemudian meminta Baskoro untuk menyampaikan sepatah dua patah kata dan Baskoro pun mengiyakan dengan anggukan kepala, berdiri dari tempat duduknya. Mengucapkan rasa syukur, atas keberkahan Tuhan yang diberikan, mengucapkan terimakasih kepada staf dan karyawannya, tak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang sudah menghadiri pembukaan gedung perusahaannya. Tepuk tangan meriah pun diberikan setelah sambutan dan beberapa Patah kata terucap. Seorang wanita cantik dengan baju khas kantoran, membawa nampan berisikan gunting. Saatnya Baskoro memotong pita. Tak berapa lama kemudian, pita pun dipotong, tepuk tangan pun riuh terdengar. Saatnya para tamu untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan.

"Kamu mau makan?"

"Nggak usah Mas, Saya masih kenyang."

"Minum?"

"Iya, nanti biar Saya ambil sendiri."

"Aku ambilin ya, soalnya Aku juga mau ambil minum."

"Nggak usah Mas." Arianna yang merasa sungkan dan canggung.

"Jus jeruk ya?" Baskoro yang langsung melangkahkan kakinya, mengambil dua gelas minuman.

"Ya ampun, Mas, sudah, tidak usah diambilin." Arianna yang mengintil Baskoro, mendekati buffet aneka makanan dan minuman.

"Tidak apa-apa." Baskoro yang kemudian memberikan segelas jus jeruk.

Menerima segelas jus jeruk, berjalan ke arah meja yang sudah disediakan, duduk berdua.

"Selamat siang Mas Baskoro." Seorang laki-laki paruh baya yang mungkin seumuran dengan ayah Arianna, menghampiri Baskoro.

"Selamat siang Pak Arya." Balas Baskoro yang kemudian berdiri dari tempat duduknya, menjabat tangan pria paruh baya yang Dia panggil Pak Arya itu.

"Selamat ya Mas Baskoro, dengan kepimpinan Mas Baskoro dan kepempimpinan Mbak Sekar, perusahaan semakin maju dan tumbuh berkembang dengan pesatnya."

"Maju dan berkembangnya perusahaan itu bukan karena Saya dan kakak Saya saja Pak, tapi karena kerja keras para staff dan semua orang yang berkepentingan dalam perusahaan."

"Mas Baskoro ini ya, humble sekali." Ucap Pak Arya dengan senyum ramahnya.

"Dan...ini...siapa Mas?" Pak Arya yang tiba-tiba menatap ke Arianna yang dari tadi duduk sambil melihat ponselnya. Merasa jika yang dipertanyakan itu adalah dirinya, Arianna langsung mendongakkan kepalanya, menatap Pak Arya dan Baskoro, bingung harus menjawab apa. Ingin menjawab teman tapi takut dibilang sok akrab, tapi kalau tidak teman terus apa?

"Saya...Saya te...."

"Dia calon istri Saya Pak." Balas Baskoro sambil menatap Arianna.

"Calon istri?"

"Iya."

"Wah... selamat ya Mbak.... siapa namanya?"

"Arianna, nama Saya Arianna Pak." Balas Arianna yang kemudian berdiri dari tempat duduknya dengan perasaan tak karuan, kenapa harus diperkenalkan sebagai calon istri, kenapa tidak bilang kalau Arianna adalah temannya sama saat Dia menyuruh sopirnya untuk membawa mobil Arianna? ohhh... sungguh jawaban Baskoro membuat mood Arianna sangat -sangat buruk.

"Selamat ya Mbak Arianna, Anda beruntung mendapatkan calon suami Mas Baskoro. Dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab."

"Saya yang beruntung Pak, mendapatkan wanita cantik dan baik."

Sebuah ungkapan yang diluar nalar dan sungguh membuat Arianna terbatuk kecil. Merasa kaget dan tidak mengira jika Baskoro akan mengatakan hal yang diluar pemikirannya.

"Iya, anda benar, sepertinya Anda yang beruntung karena mendapatkan wanita cantik seperti Arianna." Ucap Pak Arya yang membuat Arianna tersenyum canggung, dua orang yang membuat Arianna semakin tidak habis pikir.

"Sandiwara ini harus segera dihentikan, jika tidak, Aku akan menjadi bulan-bulanan semua orang jika ketahuan yang sebenarnya." Ucap Arianna dalam hatinya.

Berbincang sebentar dengan Baskoro kemudian pamit, sekarang tinggal Baskoro dan Arianna yang berada di meja itu.

"Mas, Saya pulang saja."

"pulang?"

"Iya."

"Acaranya belum selesai An, ehmm....beri Saya waktu setengah jam lagi ya, dan Kamu tunggu disini jangan kemana-mana." Ucap Baskoro yang seperti mantra untuk Arianna karena, perempuan itu menganggukkan kepalanya, menuruti permintaan dari Baskoro yang kemudian berdiri dari tempat duduknya, menghampiri dua orang yang sepertinya seumuran dengan Baskoro.

"Ya ampun, kenapa Aku ini, kenapa Aku malah mengiyakan permintaan Dia sih?! ya ampun An, Lo kenapa coba? aneh banget sih?!" Gumam Arianna yang merasa sebal dengan dirinya sendiri.

"Halo, Aku Bima." Suara laki-laki yang membuat Arianna mendongakkan kepala, menatap laki-laki dengan setelan jas warna biru tua.

"Oh, Saya Arianna." Balas Arianna.

"Kapan Kamu mau nikah sama Baskoro?" Pertanyaan yang membuat Arianna membulatkan mata, entah apalagi yang Baskoro ucapkan kepada orang-orang yang berada di gedung baru itu hingga laki-laki yang mengaku namanya Bima ini bertanya tentang tanggal pernikahan.

"Ya ampun, apa-apaan ini?!" Jerit Arianna dalam hati.

Menipiskan bibir kemudian menghela nafas. Kenapa Dia harus mau diajak ke acaranya ini, kenapa pria yang namanya Baskoro ini dengan percaya dirinya mengatakan hal-hal yang diluar nalar?!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status