Beranda / Romansa / Jodoh Jebakan Dari Opa / Bab 143 - Rencana Baru Lara

Share

Bab 143 - Rencana Baru Lara

Penulis: Pelangi Jelita
last update Terakhir Diperbarui: 2025-11-28 08:00:15

Sejak beberapa minggu terakhir, Lara merasakan kekosongan yang luar biasa. Ia mengamati dari jauh bagaimana Raka dan Anaya semakin lengket, semakin bahagia, dan semakin nyata.

Setiap kali melihat Anaya menempel pada Raka, tertawa riang, atau manja bertanya,

“Kamu cinta aku, kan, Mas ?”

Lara merasakan sesuatu yang panas di dadanya: cemburu, kecewa, dan rasa tersisih yang sulit ia terima.

Bukan hanya Raka. Jay, yang selama ini menjadi teman sekaligus sekutu dalam strateginya untuk membuat Raka cemburu, tiba-tiba pergi ke Melbourne.

Kepergian Jay meninggalkan kesepian yang ia rasakan lebih tajam dari sebelumnya. Lara merasa ditinggalkan, dimanfaatkan, dan seolah semua upayanya selama ini sia-sia.

“Kenapa semua selalu melawan aku?” gumam Lara sambil menatap pantulan dirinya di cermin kamar.

Rambutnya yang biasanya rapi kini sedikit kusut, wajahnya memerah karena campuran marah dan sedi
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 165 - Istriku Sexy

    Hari-hari Anaya berjalan lancar. Ia tetap sibuk menata rumah, memasak hal-hal ringan, dan sesekali bercanda dengan Raka.Kehamilan trimester pertama berjalan tanpa keluhan berarti, berbeda dengan yang sering ia dengar dari teman-temannya.Tidak ada mual-mual hebat, tidak ada rasa pusing yang mengganggu, bahkan selera makan Anaya tetap stabil kadang malah lebih semangat dari biasanya.Raka sendiri merasa heran sekaligus bersyukur.“Sayang… kamu makin aduhai aja deh. Bumil tercantik sedunia,” puji Raka suatu sore sambil menatap Anaya yang sedang menyapu ruang tamu.Anaya yang baru saja membungkuk untuk mengambil sapu, mendengar itu langsung tersipu. Ia menoleh dengan pipi merah merona.“Mas… lihatnya tuh kok… lain, ya?” godanya sambil menyeka keringat di dahi.Raka tersenyum nakal, menyandarkan dagunya di bahu Anaya sambil memeluknya dari belakang.“Lain? Lihatnya beda gimana, Sa

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 164 - Sempet sempetnya

    Malam itu, kamar terasa hangat, hanya dihiasi lampu temaram dan aroma minyak wangi lembut yang sengaja ditaburkan Raka untuk membuat suasana lebih nyaman.Anaya masih duduk di tepi ranjang, sedikit tegang tapi juga penasaran. Raka duduk di sampingnya dengan senyum nakal yang sudah ia kenakan sejak awal malam.Micellar water dan kapas masih di tangan Raka, tapi tatapannya mulai melayang ke arah dada Anaya.Anaya langsung menyadari gerak-gerik Raka dan segera menegurnya, wajahnya memerah.“Mas! Mas mau ngapain?! Kan suruh dibersihin, bukan diapa-apain!”Raka terkekeh pelan, tanpa ragu mencondongkan tubuhnya sedikit lebih dekat.“Lagi dibersihin… tapi caranya ala Raka,” jawabnya santai, matanya berbinar nakal.Anaya mendengus, menepuk lengan Raka.“Mas modus ya! Dasar suami mesum!”Raka ngakak terbahak, tapi tetap memeluk Anaya erat sambil berkata manis,“Mesum cuma sa

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 163 - Hitam yang buat histeris

    Sore itu, cahaya matahari yang masuk melalui jendela kamar Anaya terasa hangat, namun suasana hatinya benar-benar berbeda.Ia duduk di tepi ranjang, wajahnya basah oleh air mata yang mengalir tak henti. Raka yang tadi masih di ruang tamu sedang membaca koran tiba-tiba mendengar suara isak tangis dari kamar mereka.“Sayang… kamu kenapa?!”Raka langsung berlari ke kamar, setengah panik, setengah takut. Begitu membuka pintu, pemandangan yang ia lihat langsung membuatnya terhenti sejenak. Anaya duduk dengan tubuh menunduk, tangan gemetar, dan wajah basah oleh air mata.Tanpa sadar, Anaya mulai melepas sebagian pakaiannya, membuka baju dan kemudian bra-nya.Raka hampir terjungkal ke belakang karena panik.“Astaga… kamu… kamu ngajak yang begituan di saat kamu nangis?!” teriaknya setengah panik, suaranya bergetar, napas terengah-engah.Anaya menoleh sebentar, wajahnya memerah, namun matanya tetap

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 162 - Telpon Buat Jantungan

    Suasana sore itu tampak tenang di rumah Raka. Matahari mulai meredup, cahaya hangatnya menembus tirai, menciptakan bayangan lembut di ruang tamu.Raka duduk di sofa, menekuri layar ponsel sambil telponan dengan Reyhan, sahabatnya yang selalu bisa menenangkan hati dan memberi nasihat lucu soal rumah tangga.“Bro… kamu yakin mau mulai pilih nama bayi sekarang? Jangan keburu stres ya,” suara Reyhan terdengar dari speaker ponsel.“Hahaha… iya, tapi aku cuma pengen brainstorming aja. Lagian… Anaya kan lagi santai, nggak ribet soal ngidam, jadi aku pengen manfaatin momen ini,” jawab Raka sambil tersenyum, setengah menatap ponsel, setengah memperhatikan Anaya yang sedang duduk di kamar tidurnya.Namun, tiba-tiba, dari kamar terdengar suara jeritan nyaring.Seketika Raka menegang.“Apa itu?!” pikirnya sambil berdiri, ponsel masih di tangan.Suara itu… terdengar seperti Anaya kesakitan.“Sayang!!” Raka berteriak panik, meletakkan ponsel

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 161 - Kok Nggak Ngidam Ya

    Matahari mulai meninggi, menyinari rumah Raka dengan cahaya hangat.Suasana pagi itu terasa tenang, hanya terdengar bunyi burung dan sesekali tawa Opa yang lagi bercanda di ruang tamu.Raka duduk di sofa, menatap layar ponselnya dengan ekspresi setengah heran, setengah khawatir. Setelah beberapa hari memperhatikan Anaya yang tetap tenang tanpa ngidam apa-apa, rasa penasaran dan kekhawatirannya semakin memuncak.Akhirnya, dengan tangan gemetar tapi mantap, Raka menekan tombol panggilan.“Reyhan… aku butuh penjelasan serius nih,” gumamnya sendiri sebelum tersambung.Beberapa nada dering kemudian, suara sahabatnya yang ceria terdengar.“Halo Bro! Apa kabar? Lagi sibuk kerja, kan?”Raka menghela napas panjang, menegakkan badan di sofa.“Reyhan… serius nih… aku butuh jawaban. Anaya… istriku… kok trimester awal ini nggak ada ngidam sama sekali. Biasanya kan bumil itu&he

  • Jodoh Jebakan Dari Opa   Bab 160 - Perhatian Lebih

    Suasana pagi itu di rumah Raka terasa hangat seperti biasa. Matahari menyusup lembut melalui jendela, menyorotkan cahaya hangat ke ruang tamu yang rapi dan penuh dengan aroma kopi segar.Anaya duduk di sofa dengan wajah datar, tangannya memegang cangkir teh hangat, matanya menatap kosong ke arah taman mini di halaman rumah.Raka masuk dari dapur sambil menghirup aroma teh dan kue pagi yang baru dipanggang. Wajahnya penuh ekspresi penasaran, tapi tetap terlihat segar dan penuh semangat.“Sayang… aku heran nih,” katanya sambil menaruh piring berisi kue di meja.“Kok kamu nggak ada ngidam sama sekali, sayang? Biasanya kan suka minta yang aneh-aneh… es krim sama asin, atau permen dengan saus sambal, gitu.”Anaya menoleh perlahan, wajahnya tetap datar tanpa perubahan ekspresi.“Nggak ada mas, biasa aja,” jawabnya singkat, lalu menyeruput teh dengan tenang.Raka mengerutkan alisnya. Ia duduk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status