Mentari pagi menyentuh hangat memberi energi positif untuk melakukan hal yang baik.
Satu set pakaian olahraga membalut tubuh Timmy yang tinggi dan juga tegap. Postur yang sempurna membuat laki-laki itu selalu cocok saat mengenakan pakaian apapun. Tak heran jika dia selalu mengantongi penghargaan sebagai top model pria Asia terbaik setiap tahunnya. Kaki jenjangnya masih berlari-lari kecil, ketika kembali mendengar derap sepatu yang berlari mendekat. Bibirnya melengkung samar manakala melihat wajah Li Xiao Le kembali hadir di pelupuk mata. Sudah pasti perempuan itu melarikan diri lagi dari pengawalnya. Tapi pagi-pagi begini kenapa perempuan itu sudah sampai di dekat rumahnya? Rumah kakek Li dan rumah Timmy cukup jauh, dan hampir tiga puluh menit jika mengendarai mobil menuju rumahnya. 'Siapa yang peduli?' 'Bukankah itu malah bagus?' Dengan cepat Timmy menarik tubuh Li Xiao Le dalam dekapan, usai membatin. Li Xiao Le terkejut, tapi dia juga butuh tempat persembunyian, jadi dia diam saja ketika laki-laki yang kemarin menolongnya tiba-tiba menariknya. Timmy menyembunyikan perempuan itu di balik pohon, dia mengisyaratkan agar Li Xiao Le diam dengan menekan jari telunjuk di bibir. Li Xiao Le mengangguk dan membenamkan wajahnya di dada Timmy takut pengawal menemukannya. Untuk waktu yang lama Li Xiao Le hanya diam. Sampai semua pengawalnya pergi Li Xiao Le masih membenamkan wajahnya di dada Timmy. Entah kenapa dia berpikir dada itu terlalu nyaman untuk disandari. Timmy mengulum senyum ketika Li Xiao Le terus memeluknya dengan erat seperti ini. "Mau sampai kapan kamu akan memelukku?" Suara Timmy yang rendah dan terdengar merdu segera menyadarkan Li Xiao Le. Gadis itu melepaskan pelukannya dan pura-pura menengok ke kanan dan ke kiri untuk menutupi rasa malu, padahal dia tahu jika pengawalnya sudah pergi sejak tadi. "Apakah sudah aman?" Li Xiao Le pura-pura bertanya. Timmy hanya tersenyum, tentu saja akting Li Xiao Le tidak dapat mengelabuinya. Tidak ada yang bisa mengenal Li Xiao Le lebih baik daripada Timmy. "Umm … ngomong-ngomong terima kasih ya kamu menyelamatkan aku lagi. Kalau begitu aku pergi dulu, bye …." Li Xiao Le segera membalikkan badan hendak meninggalkan Timmy. "Eh, eh … mau pergi ke mana? Enak saja langsung pergi begitu saja." Timmy buru-buru protes sebelum Li Xiao Le semakin menjauh. Li Xiao Le segera menghentikan langkahnya, kembali berbalik dan mengerjapkan matanya yang bulat untuk menatap Timmy. "Hanya mengucapkan terima kasih saja?" Timmy kembali bertanya. Li Xiao Le mengerjapkan matanya lagi, terlihat linglung. Wajahnya yang selalu imut itu benar-benar terlihat menggemaskan, kemudian bertanya, "Lalu aku harus melakukan apa untuk membalas kebaikanmu?" Timmy tersenyum, dan berucap, "Ikut aku!" "Ke mana?" "Ikut saja." Timmy mulai melangkahan kaki, tapi segera berhenti ketika menyadari Li Xiao Le masih berdiri mematung pada tempatnya. Tentu saja Li Xiao Le agak ragu dengan ajakan Timmy. Tidak merasa mengenal Timmy, membuat Li Xiao Le tetap waspada, dia enggan mengiyakan ajakan orang asing. "Kamu tidak ingin membalas budi?" tanya Timmy santai. "Aku tidak suka berutang budi, tapi kamu mau mengajakku ke mana? Lagi pula aku tidak mengenalmu." Timmy terlihat membuang napas kesal dan berucap, "Kamu pikir aku akan menculikmu?" "Aku tidak bermaksud begitu, hanya saja aku tidak mengenalmu, ini sangat canggung." "Aku hanya ingin kamu mentraktirku minum, aku sangat haus setelah berolahraga pagi," terang Timmy sedikit memberi kelegaan pada hati Li Xiao Le. "Oh, baiklah, aku akan mentraktirmu." Li Xiao Le segera membuntut di belakang Timmy dan berhenti di sebuah kedai minuman. "Sekali lagi terima kasih kamu menyelamatkanku." Li Xiao Le berucap sopan dengan sedikit membungkukkan tubuh pada Timmy. "Hmm." Timmy berdehem sambil menyesap air mineral dari botol. "Kamu sudah tahu 'kan namaku Li Xiao Le? Kalau boleh tahu siapa namamu?" Timmy menatap Li Xiao Le lekat-lekat. Bukankah ini cukup aneh? Meski tidak tahu jika Timmy adalah suaminya, wajah tampan laki-laki itu sering wara wiri di televisi, majalah, dan juga berbagai media. Mustahil Li Xiao Le tidak mengetahui siapa Timmy? "Kamu yakin kamu tidak mengenalku?" tanya Timmy heran. 'Ya ampun … laki-laki ini narsis juga ternyata, memangnya dia siapa, hingga aku harus mengenalnya? Dasar aneh!' umpat Li Xiao Le dalam hati. Tapi tiba-tiba dia menyipitkan matanya sambil menatap Timmy lekat, sepertinya dia sedang mengingat sesuatu. "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Timmy mulai risih dengan tatapan aneh Li Xiao Le. "Sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya, tapi di mana ya?" Li Xiao Le tampak berpikir. Mata Timmy langsung melebar, berharap Li Xiao Le kembali mengingatnya. "Oh, aku ingat. Kita pernah bertemu di rumah sakit, kamu berada di sana saat aku sakit. Tapi kenapa kamu berada di rumah sakit waktu itu? Apa kita pernah mengenal sebelumnya?" Wajah Li Xiao Le berbinar ketika berhasil mengingat Timmy di rumah sakit. Timmy menghela napas sejenak. Kecewa, lantaran Li Xiao Le belum bisa mengingat siapa dia sebenarnya. "Tentu saja aku berada di rumah sakit, aku adalah temanmu." Timmy terpaksa berbohong. "Oh jadi kamu temanku. Tapi teman macam apa kamu ini? Kenapa kamu tidak menjengukku selama dua tahun ini?" tanya Li Xiao Le sambil memukul lengan Timmy dengan akrab dan juga santai. Timmy terhenyak, dan mengerjapkan matanya, sedikit terkejut dengan pukulan ringan dari Li Xiao Le. 'Astaga ... perempuan ini, dua tahun tidak bertemu ternyata dia masih suka memukul lengan orang. Sebenarnya bukan aku tidak pernah menjengukmu, tapi kakek selalu mencegahku bertemu denganmu, Xiao Le.' "Aku tidak berani datang ke rumahmu, kakekmu galak." Timmy kembali berbohong. "Hah … kamu benar, kakek memang sangat menyebalkan!" Li Xiao Le diam sejenak. "Aku ingat kamu menyebut sesuatu di rumah sakit, jadi namamu Timmy?" Timmy mengangguk sambil tersenyum. "Baiklah, Kak Timmy." Timmy menatap Li Xiao Le lekat, hatinya berdesir. Untuk sesaat Timmy merasa namanya terdengar sangat indah. Hanya Li Xiao Le yang memanggilnya seperti itu. Nama aslinya adalah Jiang Tim. "Xiao Le." Timmy kembali membuka percakapan setelah membiarkan waktu hening untuk beberapa saat. "Hm?" "Kenapa kamu selalu melarikan diri dari pengawalmu? Kamu ini perempuan, bukankah kamu akan aman jika bersama mereka? Kamu jangan terlalu menyusahkan pengawalmu." Li Xiao Le membuang napas kasar, dan berucap lesu. "Kalau hanya ingin menjagaku, aku juga tidak keberatan. Masalahnya bukan itu." "Lalu?" "Kakek menyuruh mereka memastikan aku berkencan buta dengan seseorang, aku tidak mau." Dada Timmy terasa sesak untuk sesaat. Dia terhenyak sembari menatap Li Xiao Le yang tertunduk lesu. Demi memisahkan mereka, ternyata kakek Li berusaha menjodohkan Li Xiao Le dengan laki-laki lain, meski statusnya saat ini masih sah sebagai istri Timmy.Di salah satu ruangan hotel Li Xiao Le masih menangis tersedu-sedu sembari memegangi dadanya sebelah kiri.Bukan hanya dadanya yang sakit, serpihan ingatan samar saat mengenakan gaun pengantin juga datang silih berganti dengan tidak jelas, membuat kepalanya seperti ditusuk serpihan duri.Dia terus meraung kesakitan membuat orang yang menjaganya khawatir.Namun, saat melapor kepada kakek Li, mereka hanya mendapatkan cibiran kental."Biarkan saja."Kakek Li mengira Li Xiao Le menggunakan sedikit trik untuk mencoba melarikan diri.Kekek Li sudah tidak bisa mentolerir lagi, terlebih keluarga Zhang terus mendesak dan mempertanyakan status Li Xiao Le dengan Timmy.Kemunculan Li Xiao Le di layar kaca bersama Timmy saat menghadiri acara award, dan juga ketika Li Xiao Le mencium Timmy agar dibelikan jagung bakar itu juga tertangkap oleh kamera.Dan sekarang menjadi topik menggemaskan para fans di dunia maya.Terlebih saat aksi kejar-kejaran Li Xiao Le dengan Timmy kala meminta kaos di pelatara
Suasana ricuh tak bisa dielakkan sesampainya Timmy di Lianchen hotel.Wei Lian dan Wang Wei yang berjalan di depan segera menjejak dan memberi pukulan pada anak buah kakek Li yang mencoba menghalangi langkah Timmy untuk menemui istrinya.Timmy masih berjalan dengan tenang juga langkah yang lebar, ujung mantel abu-abu selutut yang ia kenakan bergerak melambai mengikuti irama langkah kakinya yang jenjang.Kilat matanya yang tajam fokus menatap ke depan, seakan tidak terpengaruh oleh baku hantam dua pengawalnya yang sedang membukakan jalan untuknya.Anak buah kakek Li kian berdatangan, Wei Lian dan Wang Wei semakin sibuk berbaku hantam di lobi hotel dengan begitu ricuh.Timmy pun juga sudah tidak bisa tinggal diam, kakinya segera menjejak setiap orang yang berusaha menghalangi.Tangan kokok yang ia miliki juga bergerak lincah menghantam wajah, punggung, dan apapun yang bisa dia hantam untuk memuluskan perjalanannya menemui sang istri demi mencegah pernikahan tidak masuk akal itu terjadi.
Senyum Timmy masih melengkung indah tatkala mengingat wajah cantik yang tersipu setelah kecupan lembutnya dini hari tadi.Jantungnya berdebar ….Sebahagia ini membuat Li Xiao Le senang.Terlebih saat Gendut menyerahkan hasil tes kesehatan Li Xiao Le.Meskipun sudah tahu bahwa Li Xiao Le hamil, tapi bukti otentik ini masih saja menimbulkan ekspresi histeria di wajah Timmy.Itu adalah senjata kuat untuk memenangkan hati kakek Li.'Aku akan segera menjemputmu Xiao Le.'"Cie... cie… ada yang berbunga-bunga nih, mau jadi ayah," ledek Gendut dengan ekspresi nyinyir.Timmy sangat bahagia hingga tak dapat menahan diri untuk menggila.Dipeluknya tubuh gempal gendut sembari tertawa lebar penuh suka cita."Ahahaha… astaga Bos, apa yang kamu lakukan? Nyonya Li bisa salah paham jika melihatmu seperti ini," pekik Gendut melihat tingkah majikannya yang seperti kejatuhan durian runtuh.Tapi bukannya melepas pelukannya Timmy justru mengguncang-guncang tubuh Gendut dengan gemas, hingga tubuh gempal it
Para penjaga mengira Li Xiao Le akan kabur. Membuat Li Xiao merengut sebal, dan mulai mengiba memelas."Kak Timmy, aku tidak bisa ke situ. Cepat ke sini!"Timmy tersenyum dan mendekat membawa paper bag di tangannya.Tanpa memperdulikan dua pengawal yang mengawasinya, Li Xiao Le memeluk Timmy dengan erat dan menghirup dalam-dalam aroma maskulin yang sangat ia rindukan.Timmy kembali tersenyum dan mencium puncak kepala Li Xiao Le. "Aku membawakan apa yang kamu minta.""Terima kasih, tapi biarkan aku seperti ini dulu, aku sangat merindukanmu.""Aku juga, bagaimana kabarmu dua hari ini? Apa masih mual-mual?""Hanya di pagi hari saja, selebihnya aku baik-baik saja.""Oh ya, aku juga membawakanmu vitamin sesuai dengan resep dokter Han, jangan lupa meminumnya secara teratur ya.""Aku sudah tidak sakit, kenapa harus minum obat?""Bukan obat, ini cuma vitamin, supaya kamu kuat dan tidak gampang pingsan seperti kemarin. Aku sangat khawatir jika kamu gampang sakit.""Iya, iya, aku akan meminumny
Dua hari Li Xiao Le sudah merasa sangat tenang, batang hidung Zhang Zui tak lagi tampak di kediaman keluarga Li. Tapi ada hal lain yang justru mengusik kedamaiannya. Ngidamnya mulai tak aturan. Pukul dua dini hari dia masih marah-marah menginginkan makanan tertentu, membuat para pelayan puyeng. Sementara di sisi lain Timmy baru saja selesai menghadiri acara, perasaannya sedikit terusik dan sangat ingin menghubungi Li Xiao Le. Namun, bukan hanya tidak mendapatkan sapaan sayang, Timmy justru menemukan suara yang melengking-lengking menusuk pendengaran. "Xiao Le, kamu ini kenapa? Pagi-pagi buta begini berteriak-teriak seperti itu, kenapa kamu belum tidur?" tanya Timmy sambil menjauhkan ponselnya dari daun telinga. "Tentu saja belum tidur, kalau sudah, mana mungkin aku bisa menjawab panggilanmu. Sudah aku bilang aku tidak mau ayam seperti itu!" "Xiao Le, kamu ini bicara apa?" Timmy semakin bingung dengan teriakan tidak jelas Li Xiao Le. "Eh, maaf, maaf, bukan kamu, tapi aku sedang
Kakek Li kembali ingin memukul Li Xiao Le, tapi saat itu Zhang Zui tertatih keluar dari toilet, perhatiannya terpecahkan kemudian menurunkan tongkatnya."Xiao Zhang, bagaimana keadaanmu?" tanya kakek Li pelan dengan suara sangat prihatin.Zhang Zui belum bisa menjawab lantaran napasnya tersengal, juga saking lemasnya akibat menguras seluruh isi perut selama satu jam lebih."Lihat, kelakuanmu pada calon suamimu, dia sampai lemas seperti itu." Kakek Li tidak berhenti merutuki Li Xiao Le.Li Xiao Le mengintip Zhang Zui yang duduk lemas tidak berdaya, lengkap dengan wajah pucatnya di atas sofa."Maaf," ucap Li Xiao Le pelan dari balik tubuh kakaknya."Apa begitu caramu meminta maaf pada calon suamimu?" bentak kakek Li."Aku takut dipukul Kakek kalau mendekat ke situ, dari tadi Kakek ingin memukulku 'kan!""Haish… kamu ini…." Kakek Li melayangkan tongkatnya ke udara lagi, kembali ingin memukul Li Xiao Le yang bersembunyi di belakang tubuh kakaknya."Jangan pukul dia, Kek!" Zhang Zui bersua
Masih tidak percaya gadis yang selalu ketus, dan mencoba menghindarinya tiba-tiba mengajaknya bermain dengan suara lembut.Zhang Zui menatap kotak yang dibuka Li Xiao Le saat ini.Itu adalah permainan catur china atau disebut juga dengan catur gajah.Zhang Zui meninggalkan keterkejutan, senyumnya mengembang indah dan segera duduk di dekat Li Xiao Le."Jika menang, apa hadiahnya?" tanya Zhang Zui sambil membantu Li Xiao Le memasang koin kayu pada papan catur.Belum sempat Li Xiao Le menjawab, dua pelayan tiba, mereka segera menyajikan dua cangkir teh dan juga kudapan berupa keripik jagung, manisan buah plum, dan juga semangkuk kecil permen berbentuk biji kacang transparan dan berwarna-warni.Dua pelayan itu lantas tidak segera pergi, mereka berdiri mematung tidak jauh dari Li Xiao Le, karena nantinya mereka harus kembali menuang teh hangat di cangkir Li Xiao Le dan Zhang Zui jika sudah kosong."Sudah aku bilang berkali-kali, kalian tidak perlu berdiri seperti manekin begitu, tidak perl
Lamunan Li Xiao Le buyar setelah bau yang sangat menyengat menyeruak masuk ke indra penciuman.Pelayan menyajikan semangkuk mie instan dengan rasa yang tidak dia suka."Siapa yang menyuruh kalian memasak mie luosifen?! Hoek!"Li Xiao Le berlari sambil membekap mulut menuju toilet.Tidak hamil saja dia sangat muak dengan mie instan dengan kuah kaldu siput dan babi yang sangat menyengat itu.Apalagi sekarang sedang hamil, serasa mau pingsan saja setelah mencium baunnya.Untung saja tadi dia sempat merampok pakaian Timmy. Aroma maskulin itu bisa menjadi obat mujarab untuk mengatasi rasa mualnya.Ia segera menjatuhkan diri di atas kasur sembari menutup wajahnya dengan t-shirt putih milik Timmy.Aromanya benar-benar sangat menenangkan seperti aroma terapi.Beberapa detik kemudian dia baru ingat kalau Timmy memasukan sesuatu di dalam tasnya.Li Xiao Le segera memeriksa.Matanya melebar dan terlihat sedikit kesal ketika ada kartu kredit di dalam sana."Apa karena aku terlihat sangat menyedih
Puluhan mata yang menyaksikan kekonyolan Timmy dan Li Xiao Le memunculkan ekspresi aneh yang berbeda-beda dari raut wajah mereka.Ada yang melongo dengan mulut ternganga.Ada yang melotot sampai tidak bisa berkedip.Ada yang gemes sambil meremas kedua tangan mereka.Ada juga yang mupeng sambil cekikak-cekikik tidak jelas dengan membekap mulut.Ada pula yang menutup matanya dengan telapak tangan tapi melirik dari sela jari.Juga ibu-ibu yang mesam-mesem sambil membekap kedua mata anaknya yang kebetulan saat itu sedang lewat.Image Timmy yang biasanya selalu tenang dingin saat di layar kaca, sirna sudah dengan kejadian ini.Sementara yang dilihat saat ini sudah mulai duduk sambil memegangi tubuhnya yang lumayan sakit karena membentur paving setelah tertindih tubuh istrinya.Dia sedikit gusar dengan tingkah Li Xiao Le yang mendadak menjadi aneh bin absurd.Sedangkan Li Xiao Le sama sekali tidak malu atau merasa bersalah, dia masih bersungut-sungut karena belum mendapatkan apa yang dia in