Home / Romansa / Jodoh Untuk Nona Manja / Mungkin Ini Jodoh

Share

Mungkin Ini Jodoh

Author: Indahsaira
last update Last Updated: 2021-03-22 09:17:40

Satu per satu lumpur yang menempel di tubuh Ellysia terkikis. Jatuh bersama air yang mengalir langsung ke sungai.

"Tadi Pak Heru kan udah bilang. Awas kepereset. Nggak tahunya kepereset beneran," ucap Pak Heru yang melihat Ellysia membersihkan tubuhnya dibantu oleh Bibi Tari.

"Udah Non, lanjutin di kamar mandi aja!" pinta bibi Tari pada Ellysia yang masih kesal dengan aroma yang berasal dari tubuhnya sendiri.

Ellysia membuang napas kaaar. Matanya terpejam merasa lelah dengan segalanya. Ia seperti sudah jatuh harus tertimpa tangga. Susah payah dirinya mencoba mencari hiburan di sebuah kampung kecil yang tidak ada apa-apa. Yang terjadi dirinya malah harus terpelosok di sawah. Ia merasa hidupnya mulai mengenaskan.

"Ya udah deh. Bantuin Bi!" Ellysia menegakkan tubuh. Menjulurkan tangan agar Bibi Tari membatunya untuk berdiri. Rasanya ia masih tak percaya dengan keadaan yang menimpa dirinya sekarang.

Ellysia seperti malas bergerak. Ia geli dengan tubuhnya sendiri. Rintik hujan mulai turun ikut menambah suasana gundah hati Ellysia.

**

Suasana di sawah semakin terlihat gelap. Awan hitam seketika berkumpul di langit. Terasa angin bertiup cukup kencang membuyarkan lamunan Alvan yang sedang menikmati pemandangan.

"Cepet banget cuacanya berubah," ucap Alvan yang masih berada di bawah pohon mangga.

Alvan bangun dari duduknya. Lebih baik ia segera cepat pulang, sebelum gerimis kecil ini berubah menjadi hujan deras yang siap membuat basah tubuhnya. 

Belum sampai kaki melangkah hingga tepi jalan utama. Hujan jatuh begitu cepat dan sangat deras. Alvan melihat sebuah rumah paling dekat dengan sawah. Ia pikir dirinya bisa berteduh di sana untuk sementara hingga hujan reda.

Segera mengambil langkah seribu. Alvan berteduh di rumah yang tadi dilihat. Ia pun menggerakkan kedua telapak tangannya agar bisa saling menghangatkan. Dingin seketika menguasai dirinya.

Pak Heru yang kebetulan berada di ruang tamu melihat ada seseorang yang berteduh di teras rumahnya. Ia memperhatikan gelagat Alvan. Sepertinya ia pernah bertemu pemuda itu. 

"Itukan Alvan yang sekarang jadi pengepul ikan di sini. Kasihan, dia pasti kedinginan," ucap Pak Heru. Ia pun bergerak keluar.

Terdengar suara pintu terbuka. Pak Heru dengan senyumnya yang ramah mempersilahkan Alvan untuk masuk. Namun Alvan menolak.

"Nggak papa Nak. Hujan juga kelihatannya deras. Kita bisa ngopi bareng, kalau kamu mau. Kayaknya kamu juga kedinginan!" sahut Pak Heru sekali lagi. 

Alvan tersenyum. Ia merasa tak enak juga jika harus menolak kebaikan yang ingin diberikan Pak Heru padanya. Alvan pun mau dan masuk ke dalam rumah. 

"Silahkan masuk!" 

Alvan masuk perlahan. Ia melihat kayu yang sedikit lapuk termakan usia menjadi tiang di salah satu sisi rumah. Bisa dibilang rumah tersebut seperti rumah adat. Tiang penyangga di tengah ada dua buah. Bentuk atap yang lain dari rumah modern sekarang ini terkesan simetris dan kuno. 

"Rumah Bapak, kayak rumah joglo ya?" ucap Alvan menebak.

"Pinter banget Nak Alvan. Pantesan bisa jadi juragan ikan di sini."

Alvan tertawa renyah. Ia merasa Pak Heru begitu baik. Apalagi, ia juga mendapat secangkir kopi hangat yang dibuatkan oleh istrinya, Bibi Tari. Suasana kekeluargaan terasa begitu kental.

**

Di kamar yang tidak banyak sinar matahari bisa masuk. Seorang gadis terlihat begitu sedih. Ia meratapi perubahan nasibnya. Tetes demi tetes air mata jatuh membuat basah pipi. Ia hapus bulir bening itu dengan tangannya sendiri.

Sesak dada menguasai tubuh. Wajah yang menunduk terpaksa ia angkat menghadap ke atas. Sebuah tetesan kecil yang berasal dari genteng yang sedikit pecah, membuat air hujan turun mengenai keningnya. 

"Apalagi ini?" pikir Ellysia sambil mengusap keningnya yang basah. 

Kini matanya berusaha melihat tajam. Diteliti dari mana air yang menetes itu. 

"Parah emang. Pas banget ada genteng bocor di sini!" gerutu Ellysia kesal. Bersamaan dengan itu petir menyambar begitu keras dan menakutkan. 

Ellysia langsung berteriak. Ia bahkan lari ke pojok kamar dan menyembunyikan diri di sana. Ditutupi tubuhnya dengan selimut yang berasal dari kain tipis bermotif seperti batik.

Pak Heru dan Alvan yang sedang mengobrol di depan ikut terkejut. Teriakan Ellysia cukup membuat Pak Heru cemas. Ia pun segera berlari ke arah kamar Ellysia untuk melihat kondisinya. 

Begitupun Bibi Tari yang sedang sibuk di dapur bergegas menghampiri Ellysia. Ia melihat anak majikannya itu ketakutan. Diraih tubuh Ellysia yang menggigil dan gemetar.

"Ada apa Nona Ell?"

"Takut," jawab Ellysia singkat. 

Petir sekali lagi menyambar cukup keras. Pak Heru yang terburu-buru masuk ke kamar Ellysia, terkejut melihat kondisi anak majikannya.

"Ada apa Bu?" tanya Pak Heru.

"Nona Ell, dia kayaknya ketakutan sekali."

Ellysia semakin gemetar. Ia seperti tak bisa menguasai dirinya sendiri. Tubuhnya tiba-tiba meringkuk ingin dipeluk oleh bibi Tari. Kepalanya mulai berat. Ia tak bisa menahan diri lagi.

"Nona Ell. Pak gimana ini. Tubuhnya ini dingin banget," terang Bibi Tari yang menjelaskan.

Pak Heru ikut bingung. Ia melihat Ellyisa lemas tak bergerak. "Bu, Nona Ell kayaknya pingsan."

"Ini udah pingsan Pak. Cepet bantu bawa ke kasur."

"Atau bawa ke tetangga di gang sebelah yang jadi dokter itu Bu."

"Iya bisa."

"Biar aku minta bantuan Nak Alvan," pikir Pak Heru.

Dengan cepat Pak Heru mengajak Alvan masuk ke dalam kamar Ellysia. Ia ikut panik saat dimintai tolong untuk ikut mengantar Ellysia menggunakan motor karena jaraknya cukup jauh. Sementara gadis itu sendiri sedang dalam kondisi pingsan.

Akan tetapi, ada satu hal yang belum Alvan sadari. Bahwa gadis yang bernama Ellysia itu adalah perempuan yang selalu membuatnya kesal. Bahkan dalam hatinya, ia tak ingin bertemu makhluk hawa yang satu itu. 

"Saya kurang ahli bawa motor Pak. Gimana kalau Pak Heru aja yang bawa motor. Saya gendong. Tapi ini masih hujan lho Pak."

"Nggak papa. Saya cemas kalau sampai terjadi sesuatu yang gawat."

Alvan menuruti saja. Namun, rasanya seperti terlalu memaksa untuk membawa orang pingsan di tengah hujan seperti ini. Meski hujan mulai sedikit agak reda sejak petir kedua yang menyambar begitu keras.

"Itu Nak Alvan, Nona Ell. Badannya nggak terlalu besar kok. Sebelumnya Bapak minta maaf ya, baru kenal udah merepotkan," ucap Pak Heru sambil menunjukkan Ellysia yang sedang pingsan.

Alvan mendelik saat itu juga. Mulutnya menganga tak percaya. Ia seperti bermimpi bisa bertemu dengan manusia menyebalkan yang ada di hadapannya itu. 

Spontan saja Alvan menggelengkan kepalanya karena merasa heran. Memangnya dunia ini sesempit apa? Sampai harus bertemu lagi dengan gadis yang selalu merepotkan di setiap pertemuan.

Tiba-tiba saja dirinya ingat ucapan Mamanya beberapa hari yang lalu. Saat Alvan bercerita pertemuan pertama kalinya dengan gadis di depannya. Mungkinkah ini yang namanya jodoh. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Untuk Nona Manja   29. Perang Dingin Sahabat

    Rasanya sudah seperti perang dingin. Antara Alvan dan Bima. Selama ini tidak hanya hubungan sebagai teman kerja saja di antara, mereka berdua. Tapi, juga sebagai sahabat karib, yang kemanapun bisa dibilang selalu bersama.Ya, tapi meski begitu, Alvan sadar. Ia bukan anak laki-laki yang baru menginjak remaja. Hati pria dewasa memang rumit. Jika ada yang bisa menjelaskan pun belum tentu orang yang mendapat penjelasan itu akan paham. Dicoba oleh Alvan untuk membuang sikap egois yang mungkin muncul dan tanpa sadar juga dirasakan juga oleh Bima."Bima!" panggil Alvan seperti biasa di ruangan kerjanya."Iya!" Bima mendekat. Ia tersenyum ceria seperti biasa. Mungkin karena merasa sudah menang satu kosong pagi ini dalam mencari perhatian dari Ellysia. Makanya ia bisa bersikap

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Persaingan Dimulai

    Malam ini rasanya sulit sekali untuk tidur. Ellysia menatap langit-langit kamarnya yang kosong dan terlihat berlubang. Atapnya berwarna hitam karena adabekas air yang menetes dan agak berlumut. Dulu hal itu terlihat seram. Tapi, untuk saat ini, Ellysa seperti sudah terbiasa.“Besok Papa datang. Mungkin nggak sih kalau papa bakal bawa aku balik ke kota,” gumam Ellysia sendiri. Ia bertanya pada hatinya.Rasanya ingin sekali memejamkan sepasang matanya. Berharap ia bisa segera masuk ke alam mimpi dan bertemu dengan sang papa. Namun, saat dirinya memejamkan mata. Yang muncul bukannya sang papa. Tapi, justru malah pria sok yang akhir-akhir ini terlihat baik.“Alvan!” Ellysia membuka matanya dengan

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Perasaan Yang Jujur

    Ellysia bergegas meninggalkan Alvan dan Pak Heru.. Ia sudah tidak berselera lagi untuk berbasa-basi dengan Alvan.Pak Heru menjadi tidak nyaman. Ia menatap pada Alvan karena merasa bersalah. “Maaf ya Nak. Nak Alvan jdi lihat pemandangan kayak tadi,” ucap Pak Heru.“Nggak papa Paman. Ell emang kayak gitu kan!” Alvan seolah mengerti dengan sifat Ellysia. Dari tempatnya berada, ia bisa melihat Ellysia yang akan masuk ke dalam rumah.Sebelum Ellysia benar-benar masuk. Ia berhenti sejenak pada bibi Tari. Diserahkan amplop yang diterimanya tadi dari Alvan. Amplop yang berisi uang dari hasil kerjanya seharian ini.‘Amplop itu diberikan pada Bibi Tari. Yang bener aja.’ A

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Ada Rasa

    Ellysia bisa merasakan peluhnya. Panas siang ini, benar-benar terasa menyengat. Beruntung, ia mampu melewati semua itu. Saat ini ia memutuskan untuk beristirahat. Menunggu waktu yang lima menit lagi adalah waktu untuk pulang kerja.Gadis itu memutuskan untuk berada di salah satu sudut. Di mana sudut itu bisa membuat dirinya mampu untuk melihat senja yang ada di ujung persawahan.Dia mengagumi pemandangan itu. Pemandangan matahari terbenam yang berdiri sendiri dan begitu menyilaukan bagi setiap pasang mata yang melihatnya. Hilang begitu saja, tapi kemunculannya sangat ditunggu-tunggu. Apalagi jika bisa melihatnya di tempat yang nyaman dan tenang, seperti pantai mungkin. Tapi itu, hanya imajinasi dari keinginan terdalam seorang Ellysia.Tak lama setelah itu, seorang pria terli

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Mulai Ada Perhatian

    Alvan kembali ke ruangan miliknya. Diletakkan kembali minuman yang diibawanya tadi di atas meja. Lalu duduk bersandar di kursi. Kedua matanya menerawang ke atap kantor. Hanya kosong yang dilihat. "Perasaan apa ini? Gimana bisa aku jadi kesel banget sama Bima gara-gara lihat dia beri minuman ke Ellysia." Bingung merajai perasaan Alvan. Ia tak paham apa yang menimpa hatinya. Tak pernah seperti ini sebelumnya. Sementara itu, Ellysia yang merasa diperhatikan oleh seseorang tiba-tiba mengawasi sekeliling. Ia mencermati yang ada, tapi dilihat lebih detail. Ternyata tidak ada siapa-siapa yang tampak mencurigakan. Namun, rasanya seperti ada sepasang mata yang melihat ke arahnya. "Ell, kamu kenapa? Kok kayak bingung gitu?" tanya Bima. Ia lalu meneguk minumannya.

  • Jodoh Untuk Nona Manja   Berubah Lebih Baik

    Di waktu malam yang begitu dingin, semilir angin sejuk mengalir dari sawah yang ada di sekeliling tempat tinggal Ellysia. Ia menikmati dingin itu, meski terasa tajam menyentuh pada kulit halusnya. Tapi, dibiarkan saja.Tersenyum menatap langit yang banyak bintang, Ellysia sedikit demi sedikit bisa merasa bahagia di tengah keterbatasan yang ada. Tinggal di desa yang sebagian besar dipenuhi persawahan. Baginya ini yang pertama dan paling mengesankan.Sulit sebenarnya menerima apa yang telah terjadi. Namun, seiring waktu ada kesadaran dari hati seorang Ellysia. Ia sadar bahwa dirinya harus berjuang. Mungkin sudah hampir terlambat, tapi ia tetap akan berusaha.Apalagi, mengingat sore ini. Saat dirinya baru pulang bekerja dari tempat Alvan. Ia dengan gaji harian

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status