Home / Rumah Tangga / Jodoh Wasiat Ayah / 3. Melarikan diri

Share

3. Melarikan diri

Author: IR Windy
last update Last Updated: 2024-08-29 13:48:50

"Ck! Menyebalkan! Darren benar-benar ingin mengurungku. Kenapa aku harus terjebak disini dan lagi ... dengan pria itu!?"

Mau tidak mau, Anna harus menunda rencananya untuk menemui tuan Freddy karena dia tertahan bersama Jason, pria itu benar-benar tidak melepaskan pengawasannya terhadap Anna.

Dia bahkan menyediakan apapun yang mungkin Anna butuhkan padahal yang butuhkannya hanyalah kebebasan. Selama beberapa saat wanita itu terus memikirkan cara untuk bisa mengelabuhi Jason.

"Berpikirlah, Anna! Kau harus segera bertindak sebelum pria licik itu berindak lebih jauh!" batinnya.

Anna pun kembali memutar otak, mengingat-ngingat dengan sesekali melihat  Jason yang terus berdiri di dekat pintu balkon. Hingga pada menit berikutnya sebuah ide gila pun muncul memenuhi pikirannya.

"Ah! Sepertinya cara itu akan berhasil," gumamnya menyeringai.

Sembari berdeham Anna pun melirik ke arah Jason dan berkata, "Aku ingin jus, tolong bawakan itu untukku."

"Baik, Nyonya." Tanpa berlama-lama Jason segera berlalu mengambilkan pesanan majikannya.

Sementara Anna segera bangkit dan berjalan cepat menuju ruang tidur untuk mengambil sebuah barang yang disimpan di dalam tas kecil dengan cepat lalu kembali ke balkon sebelum Jason tiba lebih dulu.

Tepat saat Anna tiba di Balkon dan kembali duduk, Jason pun tiba dengan membawa jus jeruk segar. Anna lantas tersenyum saat pria itu meletakkan minuman tersebut di atas meja.

"Terima kasih!"

"Sama-sama, Nyonya. Selamat menikmati." Jason membungkuk dan kembali pada tempatnya berdiri.

Anna lantas meraih gelas itu dengan posisi membelakangi Jason yang kebetulan sedang sibuk dengan ponselnya. Dengan gerakkan cepat wanita itu segera menuangkan sesuatu ke dalam gelas tersebut dan mengaduknya secara perlahan.

Sandiwarapun dimulai, Anna meregangkan tubuhnya seraya menguap, "Sepertinya aku mengantuk, tapi aku belum menghabiskan jus ini sedikitpun," ucapnya lalu melirik Jason, "Buatmu saja, kau pasti lelah dan haus karena berjam-jam hanya berdiri tanpa memakan apapun."

Jason lalu terkesiap mendengar tawaran itu, tapi dia kembali bersikap tenang dan menjawab, "Ah! Saya tidak apa-apa, Nyonya. Nyonya bisa segera istirahat."

"Kau menolakku?"

Anna mengerutkan keningnya seolah memperlihatkan rasa kecewa, hingga membuat Jason terkejut dan merasa bersalah. Dia pun segera menggeleng-gelengkan kepalanya.

"T-tidak, Nyonya. Saya benar-benar tidak ber maksud seperti itu, saya-"

"Kalau begitu minumlah!" Anna menyodorkan gelas berisi jus tersebut, mengancam dengan wajah sinisnya.

Tanpa berlama-lama Jason segera mendekat dan mengambil gelas dari genggaman Anna dengan gemetar pada tangannya yang kentara.

"T-terima kasih, Nyonya," ucapnya dengan nada bicara sedikit bergetar.

Akan etapi Anna hanya tersenyum simpul lalu beranjak dari balkon setelah memastikan pria itu menenggak minuman tersebut, Anna pun tersenyum penuh kemenangan sebelum benar-benar meninggalkan pria itu untuk segera kembali ke kamar.

"Bagus! Tinggal tunggu beberapa saat saja sampai dia teler," gumamnya berusaha menahan tawa.

Di dalam kamar, Anna segera bersiap dan mengemas barang ke dalam tas kecil. Tak lupa pula menghampiri meja rias untuk mengecek penampilannya. Setelah dirasa sempurna, dia kembali keluar kamar dengan berjalan mengendap-endap menuju Balkon.

Tepat seperti prediksinya! Dalam hitungan menit Jason sudah terkapar di atas kursi santai dengan posisi tidak beraturan. Anna kembali menyeringai dan berjalan menghampirinya.

"Darren, ternyata orang-orangmu tidak ada apa-apanya."

Anna segera merogoh beberapa saku jas pria itu dan menemukan kunci mobil. Lalu bergegas pergi dengan memastikan bahwa tidak ada orang yang melihat kepergian dirinya.

Dengan kecepatan maksimal wanita itu mengendarai mobil sedan hitam yang ditinggalkan Darren, menyusuri jalan yang terlihat lenggang hingga tak sampai serengah jam dia pun tiba di sebuah kantor pengacara milik tuan Freddy.

Saat Anna memasuki gedung tersebut, dia segera mendapat sambutan baik dari para pegawai tuan Freddy karena keluarganya telah menjadi klien tetap disana, mereka bahkan memudahkan Anna untuk langsung menemui tuan Freddy tanpa harus melakukan janji terlebih dahulu.

Begitu melihat kehadirannya, tuan Freddy lantas bangkit dari kursi dengan senyuman ramah yang selalu ditorehkan olehnya, "Nona? A-apakah ini benar-benar anda?"

"Seperti yang anda lihat, saya masih hidup dan sampai di tempat ini," jawab Anna singkat setelah menduduki sofa.

Anna pun terdiam sesaat karena merasa heran dengan sikap diperlihatkan tuan Freddy, pria itu tampak terkejut karena melihat kehadiran Anna yang tiba-tiba seperti ini.

"Ah! Maaf, saya terlalu terkejut karena saya pikir saya tidak akan bisa bertemu lagi dengan Nona setelah menikah," ucapnya.

Anna hanya tersenyum dan kembali fokus dengan tujuannya

"Sudahlah, lupakan. Aku tidak ingin berbasa-basi lagi," ucapnya sembari membenahi posisi duduk dan menatap tuan Freddy dengan lekat, "Katakan! Siapa pria itu sebenarnya? Aku yakin tuan sudah menyelidikinya terlebih dahulu sebelum ayah saya merencanakan hal gila dengan pernikahan ini."

Tuan Freddy pun terkesiap! Mulanya dia tidak mempermasalahkan hal itu karena Anna tidak pernah suka berbasa-basi yang tidak penting, namun berbeda saat Anna tiba-tiba membahas Darren, laki-laki yang dijodohkan dengannya.

Tuan Freddy lantas berdeham tampak berpikir sebelum akhirnya menjelasjan latar belakang Darren dengan detail.

"Tuan Donovan sepertinya tidak sembarangan memilih tuan Darren sebagai suami anda, karena tuan Darren memang orang yang paling berpengaruh di bidang bisnis, bahkan beliau orang yang paling disegani di seluruh penjuru negeri hingga tidak ada satu orang pun yang berani berurusan dengannya," tutur tuan Freddy, "Dan lagi-"

"Cukup!" Anna tiba-tiba mengangkat sebelah tangannya hendak menghentikan penjelasan tuan Freddy yang tidak berhenti memuji Darren, "Aku hanya ingin mengetahui kelemahannya, aku bahkan tidak peduli kalau dia seorang yang menguasai dunia sekalipun."

Tuan Freddy pun terdiam, tampak heran dengan ekspresi Anna yang tidak puas bahkan geram dengan penjelasannya, pun terlihat heran dengan permintaannya yang sedikit terdengar aneh.

"Maaf? Maksud anda ... kelemahan?" Tuan Freddy memperjelas permintaannya lagi dengan sebelah alis yang terangkat.

Anna segera mengangguk dengan penuh percaya diri, "Iya, bukannya setiap orang pasti memiliki kelemahan? Lantas apa kelemahan yang membuatnya bisa terkalahkan dalam sekejap?"

Untuk sesaat mereka pun terdiam, menciptakan suasana hening dan terasa dingin mencekam. Tuan Freddy memandang kosong ke sembarang arah tampak sibuk dengan pikirannya sendiri. Begitu pula dengan Anna yang terus menunggu seolah tidak sabar dengan jawaban pria paruh baya di hadapannya

Di tengah-tengah itu, terdengar suara keributan yang berasal dari luar. Tetapi mereka tidak terlalu mempedulikannya karena terlalu fokus dengan pembahasan tersebut. Namun semakin lama suara keributan itu semakin terdengar jelas bahkan disertai dengan langkah kaki yang berjalan cepat, dan ...

BRAK!!

"Sedang apa kau disini!?"

Anna dan tuan Freddy menoleh dan terkejut setengah mati melihat sosok pria yang muncul dengan napas terengah-engah.

"Darren!?" ucap Anna lalu bangkit, "Kenapa kau bisa disini?"

Alih-alih menjawab, Darren justru menghampiri dan menarik tangan wanita itu, secara refleks Anna berontak dan melepaskan diri.

"Maaf, Tuan Freddy. Saya harus membawa istri saya karena ada hal penting yang harus kami selesaikan berdua, kami permisi!" tutur Darren kembali meraih tangan istrinya namun Anna kembali menepisnya

"Jangan coba-coba menyentuhku atau aku akan teriak!"

Akan tetapi Darren justru mendengkus kesal dan menatapnya dengan nyalang, "Ck! Kau sungguh merepotkan!"

Anna pun hendak menimpalinya namun seketika tubuhnya terasa ringan dan melayang karena tiba-tiba pria itu menggendongnya.

"Tidak, Darren! Lepaskan-" Ucapan wanita itu terhenti saat terdengar bisikkan orang di sekitar mereka yang ternyata tengah menyaksikan adegan konyol tersebut.

"Ah! Romantis sekali pasangan itu, aku sampai iri melihatnya."

"Kau benar! Apa mungkin mereka pengantin baru?"

Mereka sibuk membicarakan keduanya dan terhanyut dalam kesalah pahaman yang terjadi saat ini. Herannya Darren justru diam seolah menikmati situasi tersebut. Tentu saja Anna tak terima dan terus meronta berusaha melepaskan diri.

"Kubilang lepas! Aku-"

"Coba saja berteriak, tidak akan ada yang mau mendengarkan ocehanmu karena kau istriku."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh Wasiat Ayah   22. Hari tanpa Darren

    Hari-hari Anna tanpa Darren berjalan seperti yang ia bayangkan. Ia menikmati kebebasan yang baru, menjalani setiap momen tanpa perlu merasa terkekang. Tidak ada lagi Darren yang menegurnya karena pulang larut, tidak ada lagi perdebatan panjang tentang siapa yang ditemuinya, atau mengapa ia mengenakan pakaian tertentu. Anna merasa ringan, seperti beban yang selama ini menahannya telah terangkat.Seperti saat ini, wanita itu telah siap dengan pakaian ternyamannya dan menuruni tangga menuju ruang makan."Selamat pagi, Nyonya. Anda terlihat bersemangat sekali," sapa bu Ratna.Dengan mengembangkan senyumnya, Anna menjawab. "Apakah jelas terlihat? Aku hanya merasa kembali seperti dulu, menikmati waktu-waktu kesendirianku."Bu Ratna pun mengangguk pelan. "Saya turut senang melihatnya."Anna lalu memulai sarapannya dengan lahap, dengan asyik memainkan tab di sampingnya melihat beberapa tempat menyenangkan yang hendak ia kunjungi."Sepertinya tempat ini menyenangkan," gumamnya membayangkan. "

  • Jodoh Wasiat Ayah   21. Aku bebas!

    "Nyonya??"Terdengar suara Jason dari balik pintu berusaha membangunkan Anna sembari mengetuk pintu beberapa kali. Anna lalu mengerjap-ngerjapkan matanya, tubuhnya menggeliat di atas kasur besar."Ya, ya ... aku sudah bangun.""Baiklah. Sarapan juga sudah siap, sebentar lagi bu Lasmi juga izin masuk ke dalam untuk membersihkan kamar Nyonya."Anna lalu berdecih. "Ya, ya, ya ... aku mengerti.""Baiklah, saya pamit menunggu di bawah, Nyonya."Anna hanua berdeham, mengiyakan pernyataan Jason.Suasana pun hening mendandakan bahwa Jason sudah tidak ada di balik pintu itu lagi. Sedangkan Anna tidak langsung bangkit dari tempat tidurnya. Begitu Anna tersadar dari tidurnya yang tak nyenyak, hal pertama yang terlintas di benaknya adalah sosok Darren yang tiba-tiba menghilang tanpa pamit. Rasa marahnya masih tersisa, tetapi rasa penasaran yang lebih besar mendorongnya untuk segera mencari tahu lebih banyak. Ia berjalan cepat ke arah pintu, keluar dari kamar dan menuruni tangga menuju ruang depan

  • Jodoh Wasiat Ayah   20. Hari tanpa Darren

    "Dia belum turun? Tumben sekali," gumam Anna, sembari mengunyah sarapannya.Wanita itu seketika menyapukan pandangannya ke seluruh ruang makan bahkan sesekali melirik ke arah pintu masuk ruang makan tersebut. Namun, ia tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Darren."Apa dia berangkat pagi-pagi sekali?" terkanya lagi, kembali menyuapkan makanan ke dalam mulutnya, "kalau benar, aku tidak peduli."Ya, Anna akhirnya tidak terlalu mempedulikan keberadaan suaminya. Ia malah segera menyelesaikan sarapannya dan bergegas pergi bersama Jason karena hari ini ia akan mendatangi makam mendiang kedua orang tuanya. Di dalam mobil, Anna melihat ke arah luar jendela, entah mengapa perasaannya sedikit tak menentu. Ia pun melihat ke arah Jason yang tengah fokus di balik kemudinya."Jason?""Ya, Nyonya?" sahut Jason, sekilas melirik majikannya melalui kaca spion tengah."Kau tahu kemana Darren? Aku belum melihatnya pagi ini, apakah dia berangkat sejak pagi buta?" tanya Anna, tanpa sadar memberondingi Jas

  • Jodoh Wasiat Ayah   19. Jagalah dirimu, kumohon!

    "Ah! T-tidak apa-apa, Nyonga." Jason berusaha menutupi raut wajahnya setelah berbincang dengan Darren, "apakah anda sudah siap?"Anna mengangguk pelan, meski masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi pada Jason.Ya, setiap pagi, Jason sudah menunggu Anna di depan pintu, siap mengantarnya ke berbagai tempat. Bagi Anna, kehadiran Jason adalah semacam pelarian, seseorang yang bisa ia ajak bicara tanpa perlu merasakan tekanan atau pengawasan yang selalu ia rasakan dari Darren. Meski Jason tetap menjaga profesionalisme sebagai pengawal, Anna mulai merasa lebih nyaman bersamanya, dan bahkan mulai menyadari betapa pentingnya Jason dalam rutinitas barunya."Jason, apakah Darren tidak bicara apapun padamu?" tanya Anna, setelah berada di dalam mobil.Ia masih merasa penasaran dengan sikap Jason yang tiba-tiba terlihat canggung bahkan cenderung tertekan. Walaupun Anna sudah menahan dan berusaha untuk tidak membahasnya, tetapi sikap Jason terlalu kentara untuk dilewatkan.Jason sejak tadi me

  • Jodoh Wasiat Ayah   18. Kau kupecat!

    "Aku pergi dulu," ucap Darren, pamit setelah selesai menyantap sarapannya.Anna hanya diam tanpa menanggapi, lalu melihat sekilas kepergian suaminya yang langsung menghilang dari balik pintu.Betapa tidak? Setelah malam perdebatan keduanya malam itu, suasana di rumah tampak berbeda dari biasanya. Ada ketegangan yang terasa di antara mereka, seakan keduanya berada dalam dunia masing-masing tanpa saling menyapa. Darren yang akhir-akhir ini menghabiskan waktu di ruang kerjanya, sibuk dengan tumpukan dokumen dan menerima panggilan telepon, seolah-olah tidak ada waktu atau perhatian yang tersisa untuk Anna. Sebaliknya, Anna sibuk dengan kegiatannya sendiri, menghabiskan waktu di luar rumah, sering kali ditemani oleh Jason, pengawal yang kini lebih banyak mengisi kekosongan di hidupnya daripada suaminya sendiri.Sedangkan di luar rumah, begitu Darren muncul dari balik pintu dengan memasang wajah dinginnya, Rhodes dan Jason yang tengah asyik berbincang sambil duduk pun segera bangkit dan men

  • Jodoh Wasiat Ayah   17. Pesta selesai, Tuan Putri!

    "Pesta sudah selesai, Tuan Putri." Darren berdiri dengan tatapan tegas di hadapan Anna."K-kau??" Anna terkejut bukan main seraya mengemhentikan gerakkan badannya yang sebelumnya meliuk-liuk menikmati musik.Suasana di sekeliling mereka mulai berubah tegang. Anna yang tadinya tersenyum dan menikmati waktunya, mendadak merasa terganggu oleh kehadiran suaminya yang tiba-tiba muncul di klub malam ini tanpa peringatan. Tatapan Darren tak lepas darinya, sorot matanya penuh dengan ketidaksetujuan yang tak tertutupi. Ia bahkan tak perlu bicara banyak, satu pandangannya saja cukup untuk menyingkirkan pria-pria yang mengelilingi Anna, membuat mereka pergi dengan wajah ragu-ragu."Kita pulang sekarang," ujar Darren, suaranya terdengar tegas tetapi rendah, lebih seperti perintah daripada ajakan.Anna yang sudah setengah mabuk dan dikuasai suasana malam yang menyenangkan, menatap Darren dengan wajah kesal dan menolak mentah-mentah. "Tidak. Aku belum ingin pulang. Aku sedang bersenang-senang, tol

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status