แชร์

Bab 4

ผู้เขียน: Pena Merah
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2021-06-12 12:13:28

Sesampainya di rumah Jasmin langsung berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri dan melaksanakan sholat Ashar. Rakaat demi rakaat ia laksanakan dengan khusyuk, hingga diakhir sholatnya Jasmin tidak lupa untuk berdoa. Fatimah yang hendak bicara dengan putrinya, hanya berdiri di depan pintu kamar Jasmin menunggu putrinya yang sedang berdoa.

 

" Tok tok tok " Fatimah menyadarkan Jasmin yang sedang merapikan mukenanya.

 

" Eh ibu, masuk bu " Fatimah pun masuk ke dalam kamar Jasmin

 

" Hari ini kamu kemana saja nak ?" tanya Fatimah seraya duduk di tepi tempat tidur. Usai menaruh mukena di atas meja, Jasmin duduk berhadapan dengan ibunya dan memegang ke dua tangan ibunya.

 

" Maafin Jasmin ya bu, sebenarnya siang tadi Jasmin bertemu dengan laki-laki. Tapi ibu tenang saja, Jasmin di temani Hana bu " Jasmin menatap wajah ibunya

 

" Siapa laki-laki itu nak ?" tanya Fatimah lembut

 

" Dia Rafa bu, Rafa sudah menikah dengan perempuan pilihannya " jawab Jasmin menunduk.

 

" Ibu sudah tahu kalau nak Rafa sudah menikah " 

 

" Jangan sedih nak... Masih banyak laki-laki yang lebih baik dari Rafa " Fatimah mengusap lembut pipi putrinya.

 

" Iya bu ... Jasmin akan coba mengambil keputusan dengan sholat istikharah " jawab Jasmin

 

" Nah ... ini baru anak ibu yang Sholehah " puji Fatimah. Jasmin memeluk tubuh ibunya, setetes air mata mengalir tanpa izin empunya. Dengan cepat Jasmin menyeka air matanya, ia tidak ingin melihatkan kesedihan di depan ibunya.

 

" Bu ... Apa ayah sudah pulang ?" tanya Jasmin seraya melepaskan pelukannya.

 

" Sudah nak, baru saja " jawab Fatimah

 

" Jasmin ingin bertanya sesuatu bu, ayo bu kita temui ayah " ajak Jasmin

 

Mereka beranjak dari duduknya dan berjalan beriringan menuju kamar dimana Ismail berada. Diusianya yang sudah lanjut, Ismail kini membatasi pekerjaannya. Ia tidak ingin memaksakan dirinya untuk mengejar duniawi. Dengan keuangan yang bisa dikatakan lebih dari cukup, kini Ismail meluangkan waktunya untuk bersama berkumpul dengan putrinya yang ia yakini akan menikah dan ikut bersama suaminya kelak.

 

" Ceklek " suara pintu terbuka

 

" Assalamualaikum ayah ..." ucap Jasmin memasuki kamar diikuti oleh Fatimah yang menutup pintunya kembali.

 

" Wa'alaikumus salam nak " jawab Ismail yang sedang duduk menyandar di tengah-tengah tempat tidur. Jasmin duduk di samping kanan sedangkan Fatimah duduk di samping kiri Ismail.

 

" Kenapa ni, tumben anak ayah nyamperin ke kamar ?" tanya Ismail mendekap ke dua tubuh perempuan yang sangat ia cintai.

 

" Yah Jasmin mau tanya, ayah tahu laki-laki yang akan dijodohkan dengan Jasmin ?" tanya Jasmin menatap wajah ayahnya.

 

" Tentu " jawabnya singkat

 

" Apa dia tampan ??? dan bagaimana dengan agamanya ?" tanya Jasmin, mendengar pertanyaan Jasmin Fatimah ikut tersenyum

 

" Jangan pernah menilai seseorang dari fisiknya sayang, soal tampan atau tidak yang penting agamanya oke " jawab Ismail

 

" Iya iya, siapa tahu ayah mau menjodohkan Jasmin dengan laki-laki yang sudah tua, duda pula " ucap Jasmin

 

" Nak ... Emang kamu mau menikah dengan laki-laki yang sudah tua, gigi ompong seperti ayah " goda Ismail, Jasmin menepuk pelan dada ayahnya.

 

" Ayaaahh " seru Jasmin.

 

" Sudah ayah ingin ke Masjid, sekarang kamu kembalilah ke kamar kamu nak. Ayah ingin berduaan dengan ibu mu saja "Ismail kembali bercanda dengan putrinya dan beralih memeluk sang istri.

 

" Iya iya .... Mentang-mentang ini kamar ayah, " gerutu Jasmin sambil turun dari tempat tidur ayahnya, dan meninggalkan ayah serta ibunya didalam kamar.

 

******

 

Di bawah shower yang menyala Rafa mengguyur tubuhnya, entah perasaan apa yang selalu hadir mengingat Jasmin yang sekarang semakin cantik dengan balutan hijab. Laki-laki mana yang tidak terpesona dengan kecantikan dan keanggunan Jasmin. Rafa baru menyadari dirinya salah melangkah, Rafa menyesali semua perbuatannya. Bayangkan saja perempuan mana yang sanggup menunggu dirinya sukses sedangkan si perempuan berusaha mematangkan agamanya untuk suaminya kelak. Bahu Rafa bergetar hebat, ia terus memukuli dinding kamar mandi dengan kepalan tangannya.

 

" Maafkan aku Jasmin, aku memang bodoh... Seharusnya aku tidak mempermainkan mu "

 

" Kamu pasti terluka, "

 

" Apa yang harus aku lakukan, apa aku harus berpisah dengan istriku yang sekarang "

 

" Aaaaaaahhhkkk rasanya tidak mungkin " Rafa terus memukuli dinding hingga tangannya terluka, kini hatinya dilanda kebingungan dan penyesalan. Ia tidak mungkin menceraikan istrinya yang baru saja ia nikahi dan usia pernikahan mereka bisa dikatakan masih seumur jagung.

 

" Sayang... Apa kamu baik-baik saja ??

ini sudah pukul tujuh, " teriaknya seraya menggedor pintu kamar mandi dimana Rafa berada. Rafa memang sudah satu jam lebih di dalam kamar mandi, membuat istrinya cemas dengan keadaan Rafa di dalam.

 

" Aku baik-baik saja " jawab Rafa lirih tanpa membuka pintu kamar mandi. Rafa kembali duduk di lantai kamar mandi dengan pakaian yang basah kuyup dan mengabaikan kesehatannya. Mungkin inilah cara dia meratapi kebodohannya.

 

*******

 

Di rumah Jasmin, Jasmin dan kedua orangtuanya sedang menikmati makan malamnya. Jasmin sangat senang dengan semua masakan ibunya. Fatimah selalu mengambilkan makanan lebih dulu untuk suaminya.

 

" Sayang kalau kamu nanti punya suami, masaklah dan makan bersamanya. Jangan mementingkan perut sendiri " ucap Fatimah seraya mengambilkan lauk pauk untuk suaminya.

 

" Iya bu... Jasmin akan ingat kata-kata ibu " jawab Jasmin tersenyum kearah ibunya yang kini beralih mengambil piring Jasmin.

 

" Terimakasih bu " ucap Jasmin setelah di ambilkan nasi dan lauk pauk oleh ibunya, Ismail tersenyum melihat Jasmin.

 

" Masakan ibu memang selalu membuat Jasmin rindu " celoteh Jasmin saat makan.

 

" Sudah makan dulu, kalau makan jangan sambil bicara " sahut Fatimah yang diacungi jempol oleh Jasmin, Fatimah pun menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat tingkah laku putrinya.

 

Usai makan malam, Jasmin dan kedua orangtuanya berkumpul di ruang tamu. Mereka bercengkrama hingga malam tiba, canda tawa menghiasi ruangan yang dulu sepi. Tanpa terasa waktu menunjukkan pukul sembilan malam. Jasmin pun mengingatkan kedua orangtuanya untuk sholat serta tidur karena esok hari ayahnya akan kembali bekerja. Begitupun dengan Jasmin yang berpamitan untuk pergi ke kamarnya lebih dulu. Sesampainya di dalam kamar Jasmin merebahkan tubuhnya dan memeluk guling.

 

" Kira-kira wajah yang akan menjadi imam ku seperti apa ya " gumam Jasmin seraya membayangkan wajah laki-laki yang belum ia kenal. Tak lama Jasmin pun terlelap karena rasa kantuknya yang melanda.

 

Jasmin terbangun pukul dua belas malam, ia pun teringat belum sholat Isya. Dengan segera Jasmin mengambil air wudhu lalu menggelarkan sajadah ke arah kiblat. Usai sholat Isya ia pun teringat akan kebingungannya, Jasmin kembali melanjutkan untuk sholat Istikharah memohon petunjuk dari Allah. Dengan khusyuk Jasmin melaksanakan sholat, di keheningan malam Jasmin pun berdoa agar diberi petunjuk untuk memilih imam yang tepat. Usai berdoa tangan Jasmin meraih Al-Qur'an pemberian dari Ustadzah Aisyah, lantunan ayat suci Al-Qur'an terdengar sangat merdu menghiasi malam yang sunyi.

 

 

 

 

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Jodoh dari ayah   Bab 41

    Sepuluh bulan berlalu, hari-hari Jasmin di sibukkan dengan mengurus putranya dengan penuh kasih sayang. Di usianya yang akan menginjak satu tahun, Hanif bertambah aktif dengan segala tingkah lucu dan menggemaskan. Jasmin mengurus Hanif dengan bantuan Bi Sumi yang sudah ia anggap seperti ibunya sendiri, sesekali mereka bertukar tugas rumah untuk menjaga Hanif. Namun yang sering Jasmin lakukan dia lebih senang melakukan tugas rumah, melihat Bi Sumi yang sudah tua rasanya Jasmin tidak tega untuk terus menggunakan tenaganya. Seperti saat ini dari jarak yang tidak terlalu jauh Jasmin yang sedang menyiapkan makan siang untuk Hanif, ia melihat kearah Bi Sumi dan putranya yang sedang duduk. Hanif selalu senang saat bermain dengan Bi Sumi, melihat putranya tertawa terbahak layaknya anak kecil, Jasmin teringat suatu hal di hatinya." Seandainya ibu tahu, Jasmin sudah memiliki putra yang sangat lucu bu " batin Jasmin memang selalu merindukan kehadiran ibunya. Seketika air mata Jasmin su

  • Jodoh dari ayah   Bab 40

    Usai makan Rafa bercengkrama sejenak dengan keluarga Jasmin dan Syarif, sedangkan para wanita membereskan piring kotor dan membantu membereskan tempat yang digunakan mereka saat makan. Jasmin berjalan sambil memandangi perut Dokter Nina, merasa seperti ada yang aneh." Apa jangan-jangan dokter Nina hamil ?" batin Jasmin seraya menyerahkan piring kotor kearah Bi Sumi." Dok, kalau boleh tahu... Apakah dokter sedang hamil ?" tanya Jasmin menghampiri Dokter Nina yang kini sedang menata mangkok berisi lauk pauk. Dokter Nina tersenyum dan mengangguk kecil kearah Jasmin." Benarkah alhamdulillah ya Allah .... " seru Jasmin sembari memeluk tubuh Dokter Nina, kedekatan mereka kini sudah melebihi dari persahabatan. Jasmin menganggap Dokter Nina sebagaimana saudara perempuan yang saling berbagi ilmu dan menyayangi." Semoga baby-nya sehat terus ya " lanjut Jasmin, tangannya mulai mengelus perut Dokter Nina yang mulai membuncit. Dokter Nina memegang tangan Jasmin ya

  • Jodoh dari ayah   Bab 39

    Gelapnya malam yang terasa sunyi, membuat semua insan tertidur pulas. Kehadiran Hanif membawa perubahan bagi Jasmin dan Syarif. Malam ini mereka mengubah posisi tidurnya, mereka saling memeluk Hanif yang kini berada di tengah-tengah mereka. Jasmin sengaja tidak memberikan guling sebagai batasan antara Syarif dan Hanif, karena Jasmin tahu suaminya sangat menyayangi putranya. Tengah malam Syarif merasakan gerakan Hanif, kaki mungilnya terus menendang-nendang tangan Syarif yang tepat berada di bawahnya. Perlahan Syarif mulai membuka matanya, Syarif melihat putranya yang tengah terjaga. Pandangannya beralih ke arah Jasmin yang masih terlelap dan tidak merasakan putranya yang kini bangun, senyuman terlihat di wajah Syarif kala melihat istrinya." Dia pasti sangat lelah " batin Syarif beralih menggendong putranya yang kini sudah berada di tangannya, awalnya Syarif merasa takut saat menggendong buah hatinya yang masih terlihat sangat kecil namun ia menyadari tidak mungkin membangun

  • Jodoh dari ayah   Bab 38

    Usai mengadzani putranya, melalui sambungan telepon Syarif memberikan kabar bahagia kepada orang - orang yang selama ini menunggu kehadiran buah hatinya. Rona bahagia tak lepas dari wajah tampannya yang terus mengucapkan syukur dan terima kasih kepada istrinya yang sudah berjuang." Mas .... Putra kita belum diberi nama " ucap Jasmin sembari memegangi tangan suaminya yang hendak pergi keluar ruangan." Mas, serahkan kepada kamu sayang karena kamu yang sudah berjuang " lirih Syarif kembali duduk di sisi Jasmin" Mas saja, Mas Syarif kan sekarang sudah jadi kepala keluarga " Jasmin tersenyum begitupun dengan Syarif." Mas beri nama Hanif Yasser Syathibi, bagaimana apa kamu setuju sayang ?" tanyanya yang dianggukki oleh Jasmin." Iya mas, nama yang bagus "jawab Jasmin tersenyum.Tepat pukul sembilan malam Ayesha, Musa dan Ismail tiba di rumah sakit dimana Jasmin berada, mereka tiba secara bersamaan disaat Syarif sedang melaksanakan shalat

  • Jodoh dari ayah   Bab 37

    Empat bulan berlalu .....Kini usia kandungan Jasmin memasuki usia delapan bulan, Jasmin sering mengeluh kesulitan saat tidur dan sering merasa panas di tubuhnya. Malam pun ia sering terbangun karena sering buang air kecil, tak jarang Syarif selalu dibangunkan di malam hari untuk menemaninya makan karena perutnya terasa lapar. Syarif pun menyadari bahwa istrinya sedang berbadan dua, dengan senang Syarif selalu menemani istrinya. Akhir-akhir ini Syarif harus menjadi suami yang siap siaga. Pagi ini adalah terakhir kalinya Jasmin cek kandungan, Syarif selalu antusias saat mengantarkan Jasmin karena ia sangat senang ketika melihat perkembangan buah hatinya di layar monitor." Alhamdulillah ... Tinggal tunggu waktu saja, posisi baby-nya sudah pas " ucap Dokter Nina sembari menggerakkan alat USG di atas perut Jasmin." Alhamdulillah... Semoga dilancarkan " doa Jasmin yang masih terbaring" Aamiin " sahut Syarif dan Dokter Nina bersamaan.Usai cek kandung

  • Jodoh dari ayah   Bab 36

    Ba'da Maghrib semua warga mulai berkumpul di rumah Syarif, Syarif memang terkenal dengan sikapnya yang ramah di kalangan masyarakat sekitar. Jasmin yang hendak keluar menyapa para tamu pun di halangi oleh Syarif." Sayang diluar kan laki-laki semua, lebih baik temani Ummi saja di kamar " jelas Syarif, Jasmin pun mengangguk mengerti." Mas tidak rela, jika bidadari mas dipandang oleh banyak orang " tutur Syarif tersenyum seraya memegangi dagu Jasmin, sekilas terlihat senyuman manis di wajah Jasmin. Syarif menggandeng tangan Jasmin, untuk diantarkan ke kamar Ayesha. Setibanya di depan pintu, tangan Syarif memegang handel pintu." Ummi, Syarif titip istri kesayangan Syarif ya mi " ujar Syarif menitipkan Jasmin seperti anak kecil. Ayesha yang kini sedang menonton berita di televisi pun tersenyum." Duduk sini nak, Syarif memang terkadang protektif nya kelewatan " sahut Ayesha yang tahu sekali sikap putranya. Ayesha meminta Jasmin untuk duduk di de

  • Jodoh dari ayah   Bab 35

    Malam ketika Jasmin sudah tertidur pulas, Syarif masih terjaga karena merasa haus. Ia melihat gelas kosong yang berada diatas meja, Syarif pun beranjak dari tempat tidurnya dan dengan pelan membuka pintu kamarnya. Namun ada yang ia lupakan, Syarif tidak menggunakan kembali kaos yang tadi ia lepas. Sesampainya di dapur, masih ada Aira yang juga sama hendak mengambil air minum untuk ia bawa ke dalam kamarnya." Sejak kapan Mas Syarif tidur telanjang dada, apa jangan-jangan nggak di kasih jatah ya... Sama Mba Jasmin ?" tanya Aira dengan nada menggoda kakaknya dan memegang gelas di tangannya." Berisik dek, anak kecil mau tahu saja " jawab Syarif dengan acuh, namun bukan Aira kalau tidak terus-menerus bertanya. Aira mendekati Syarif dengan arah sedikit berjinjit." Mas nikah itu, enak nggak sih ?" tanya Aira penasaran, tentu saja dengan suara lirih seperti sedang berbisik. Syarif pun tersenyum jahil, sebelum menjawab pertanyaan adik perempuannya ia menengguk air min

  • Jodoh dari ayah   Bab 34

    Sore hari ketika sang Surya sudah mulai terbenam dan menggambarkan semburat jingga yang disuguhkan dengan indahnya langit sore menjelang malam. mobil Jasmin dan Syarif kini memasuki sebuah rumah sakit dimana disana mereka sudah berjanjian dengan seseorang, siapa lagi kalau bukan Dokter Nina. Saat memasuki rumah sakit Syarif menggandeng tangan istrinya. Setibanya di depan pintu ruangan Nina, Syarif dengan sopan mengetuk pintu, setelah mendapatkan sahutan dari dalam Jasmin dan Syarif masuk. Syarif pun mengatakan niat kedatangannya, dengan cekatan Dokter Nina mengarahkan pasangan pasutri itu ke sebuah ruangan khusus dimana Jasmin akan melakukan cek USG.Jasmin dan Syarif memasuki ruangan yang menurutnya sangat asing, Jasmin diarahkan untuk berbaring di sebuah Brankar yang mana akan dilakukan USG. Syarif terus mendampingi istrinya dan duduk di samping Jasmin. Sedangkan dokter Nina, ia mulai menuangkan cairan di atas perut Jasmin. Dokter Nina mengarahkan Syarif dan Jasmin untuk me

  • Jodoh dari ayah   Bab 33

    Malam hari Aira dan Ayesha sibuk di dapur untuk membuat hidangan menuju hari Idul Fitri. Keberadaan Bi Sumi jangan ditanyakan, Bi Sumi diizinkan pulang ke kampung halamannya untuk beberapa waktu yang kemungkinan cukup lama. Kepulangan Bi Sumi membuat Ayesha meminta bantuan kepada Aira, putrinya untuk memasak berbagai menu khas lebaran." Ummi ... Aira panggil Mba Jasmin untuk bantuin kita ya mi " ujar Aira tangannya sibuk memegang sendok, memasukkan beras yang sudah dicuci bersih ke dalam ketupat." Jangan ganggu mereka nak, biarkan mereka melepas kangen " jawab Ayesha sembari mengaduk sayur di atas kompor." Iya iya mi " sahut Aira, merasa kecewa tidak bisa bertemu dengan kakak iparnya.Di balkon kamar Jasmin yang hendak keluar dari kamar terus dihalangi oleh suaminya dengan alasan ingin terus bersamanya di sepanjang malam ini. Terpaksa Jasmin harus mengikuti kemauan suaminya." Mas lepas... Jasmin mau duduk " Sampai detik ini Syarif b

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status