Share

Bab 2 Pernikahan

Pukul dua dinihari. Kirana berada di alam mimpi. Ia baru tertidur beberapa jam sebelumnya karena terlalu asik membaca buku novel sampai selesai.

"Melda kabur! Pengantin perempuannya kabur!" Sebuah suara mengejutkan Kirana.

Dengan santai, ia lebih memilih berada di bawah selimut. Namun, setengah jam kemudian. Terdengar berisik di bawah sana membuat Kirana ingin tahu.

"Maafkan saya! Saya tidak tahu kalau anak saya kabur," sesak wanita yang tak lain adalah Vina.

"Kamu mempermalukan kami? Atau mungkin ini akal-akalan kamu saja. Aku sudah memberimu lima ratus juta dan bahkan membiayai pernikahan anak kita. Sekarang kami tahu watak anakmu itu. Dia memang cantik, tapi sikapnya saat ini mencerminkan kalau dia bukan wanita baik-baik,"

"Jaga ucapan Anda, Nyonya!" Kirana yang kesal memberanikan diri untuk menghampiri wanita itu.

"Adik saya tidak seperti itu, Nyonya."

"Bukankah dia pergi dengan pria lain? Padahal, sebentar lagi ia akan menikah dengan anakku,"

"Maaf Nyonya! Apakah itu sebuah kesepakatan antara adik saya, Melda dan putra Nyonya? Itu kesepakatan antara kedua orangtua, bukan? Bahkan kami sebagai putrinya tidak menerima sepeser pun uang yang diberikan," ucap Kirana. Selama ini dia memang takut pada ibu sambungnya. Akan tetapi, ia tidak terima adiknya itu dianggap tidak baik. Ya, walau mereka memang tidak terlalu dekat.

"Kalau begitu, kembalikan uang kami!"

Vina menatap Kirana dengan penuh amarah. Ini yang ditakutkan oleh Vina. Ia benar-benar kesal pada putrinya itu.

"Apa kamu yang menghasutnya, huh?" Vina menatap nyalang Kirana. Ia memang tahu kalau akhir-akhir ini mereka sangat akrab.

"Mama mengurung Melda di kamar. Bagaimana aku bisa menghasutnya? Kirana juga tidak diizinkan mempunyai nomor Melda agar kami tidak terlalu dekat dengannya. Apa Mama lupa?"

"Cukup! Saya tidak ingin melihat drama ini," pekik wanita itu.

"Saya akan menggantinya dengan mencicil, Nyonya," ucap Vina.

"Tidak,"

"Atau Kirana saja yang menggantikan anak saya. Toh, dia tidak punya pacar. Dia tidak mungkin kabur juga," ucap Vina berusaha bernegosiasi.

"Mama," Kirana nampak menatap tidak percaya ibu sambungnya itu.

"Terserah! Saya tidak ingin malu di depan keluarga besar saya. Tapi tolong dandani dia yang benar!" ucap wanita itu. Sesaat kemudian, wanita itu pun meninggalkan Vina.

-----

Kirana menatap pantulan wajahnya di cermin. Selama ini dia memang tidak suka ber-𝑚𝑎𝑘𝑒𝑢𝑝.

"Mbak tinggal dipoles sedikit dan di rawat pasti cantik banget,"

"Hemm, iya."

Usai siap dengan penampilannya. Rombongan pengantin wanita pun pergi ke sebuah gedung.

Saat Kirana melangkah ke dalam. Semua mata tertuju padanya. Namun, ada keterkejutan pengantin pria saat melihat wajah pengantin wanita.

'Kenapa bukan Melda?' tanyanya dalam hati.

Pria itu tidak mengenal siapa wanita yang kini dibalut dengan gaun pengantin.

Kedua orangtua Arjuna pun mengatakan sesuatu pada putranya dengan apa yang terjadi. Pria itu terkejut. Namun, saat mengingat binti dari keduanya berbeda. Ia lebih terkejut.

"Aku tidak mau menikah dengan gadis itu. Bukankah dia pembantu di rumah itu,"

"Kamu ngomong apa, Nak. Justru gadis itulah anak kandung pak Pramono. Dia yang punya rumah itu,"

"Tapi saat aku ke rumah Melda, ibunya Melda bilang...,"

"Jangan pikirkan wanita itu! Dia akan senang sekarang karena merasa akan memperalat anak tirinya untuk kekayaannya," ucap ibu Arjuna.

"Lalu kenapa ibu memilih dia?" tanya Arjuna.

"Ibu lihat dia sepertinya wanita yang baik. Sudah cepat! Acara sudah dimulai," ucap ibu Arjuna.

Acara dimulai. Arjuna tampak ragu untuk dekat dengan wanita yang ada di sampingnya. Sementara itu, wanita yang ada di sampingnya itu tampak datar.

Di pelaminan, Kirana tersenyum pada tamu undangan yang menyalaminya. Arjuna sesekali melihat ke arah Kirana yang lebih cantik dari biasanya.

Pesta telah usai. Kirana tampak begitu lelah. Ia menanggalkan perhiasan yang dipakainya.

Kriet, pintu terbuka.

"Maaf!"

"Kenapa harus minta maaf? Ini rumah Mas." Ucap Kirana.

"Maaf, karena pertemuan pertama kita di rumah Melda,"

"Jangan bahas! Aku lelah. Aku memang sering dianggap pembantu oleh orang yang tidak tahu aku," ucap Kirana. Ia pun beranjak dari ranjang.

"Aku bahkan menjadi penebus hutang ibu sambungku," ucap Kirana tersenyum getir.

Kirana mengganti pakaiannya di ruang ganti. Sementara, Arjuna tampak diam.

***

Malam ini, seorang pemuda datang menemui calon istrinya. Ia memang bersikukuh untuk mendapatkan Melda yang ia sukai. Penampilan Melda memang menarik. Meskipun, ibu dari Melda malah ingin diberi uang sebelum ia menikah dengan Melda. Itu tidak masalah baginya.

"Siapa dia?" tanya Arjuna pada Melda.

"Dia pembantu disini," ucap Vina mendahului Melda.

Melda tampak acuh pada pria yang kini berkunjung ke rumahnya.

"Pantas saja," ucap pria itu tersenyum sinis.

Melda tidak memperhatikan pria itu. Ia justru malah memikirkan Bima saat ini.

Saat Melda izin untuk ke kamar sebelum keluar rumah. Arjuna yang berjalan menuju ke belakang rumah pun berpapasan dengan Kirana. Gadis itu tampak gugup karena mereka berdua.

"Kau pikir aku akan tertarik padamu," ucap Arjuna sinis.

"Aku...,"

"Gadis cupu dan upik abu sepertimu bukan seleraku," ucap Arjuna setengah berbisik.

Pada akhirnya pria itu meninggalkan Kirana begitu saja. Pria itu bahkan bertingkah seolah tidak terjadi apa-apa. Beberapa saat kemudian, ia pun pergi dengan Melda.

"Pria itu tidak pantas untuk Melda. Bima lebih baik meski dari keluarga sederhana," gumam Kirana.

****

Kirana memikirkan ucapannya mengenai pria itu. Pada akhirnya, ia lah yang menjadi istri pria yang menyebalkan dan sok kaya.

Arjuna keluar dari ruang ganti dengan piyama yang dikenakannya. Pria itu terkejut melihat wajah asli Kirana yang tengah lelah. Wanita yang kini jadi istrinya itu terlihat menarik meski tanpa riasan dan rambut panjangnya yang dibiarkan tergerai.

Kirana yang menyadari kehadiran Arjuna pun menyimpan guling di tengah ranjang.

"Ngapain dihalangi?"

"Aku bukan tipemu, kan? Jadi gak usah dekat-dekat," ucap Kirana ketus.

"Ish, baik apanya. Yang ada ngeselin juga jadi orang. Gak kayak Melda yang lemah lembut," gerutu Arjuna. Kirana yang mendengarnya pun geram.

"Cari aja itu si Melda. Dijamin bakal nolak kamu yang bersikap seperti ini. Pantas aja dia milih Bima dibandingkan kamu," celetuk Kirana.

"Aku ngasih kamu satu bulan buat dapetin dia dan setelah itu ceraikan aku!" ucap Kirana penuh penekanan.

Arjuna terdiam. Jika Melda bersama pria lain. Mungkinkah sikapnya selama ini pura-pura? Arjuna terlalu mengejar Melda sampai tidak tahu kalau perasaan ataupun keinginan Melda selama ini.

Napas kirana mulai teratur. Arjuna menatap punggung wanita itu.

"Apa aku terlalu egois? Aku bahkan melakukan apa pun untuk mendapatkan Melda," gumam Arjuna.

Tanpa Arjuna tahu. Saat ibunya melihat Kirana. Ia merasa Kirana lah yang lebih baik untuk menjadi istri putranya. Ya, ia terkadang melihat Kirana di luar tanpa sengaja. Meski penampilan terkadang seperti seorang pembantu. Ibu Arjuna yakin kalau Kirana bisa membuat putranya itu berubah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status