Share

Jodohku Calon Adik Iparku
Jodohku Calon Adik Iparku
Penulis: Siti Nurul B

Bab 1 Kaburnya Calon Pengantin

Malam ini adalah malam di mana seorang gadis akan mengakhiri masa lajangnya. Akan tetapi, ia tidak menginginkan hal itu karena meski ia yang dipilih oleh si pria dan keluarganya. Gadis itu tetap tidak ingin menikah dengan pria pilihan ibunya.

"Gak mau. Amel gak mau menikah dengan pria itu," rajuk Melda pada ibunya.

"Tapi Sayang. Kamu tahu, kan? Pria bernama Arjuna Wijaya itu kaya raya," bujuk Vina.

"Mama mau jual aku," mata Melda menatap ibunya dengan tajam.

"Melda, kamu selama ini selalu mama turutin kemauan kamu. Sekarang, kamu harus menikah dengan Arjuna itu," tegas Vina.

"Kenapa gak kak Kirana aja yang nikah sama dia?"

"Kamu tahu kakak kamu penampilannya kayak gimana cupu dan kutu buku,"

"Ya setidaknya mama bisa manfaatkan kak Kirana yang nantinya nikah sama Arjuna. Lagian, aku sayang sama Bima. Aku gak mau pisah sama dia," ucap Melda. Ia memang sudah menduga kalau kakaknya itu tidak mungkin dijodohkan pada pria itu. Pria itu sangat tidak menyukai kehadiran Kirana selama ini.

'Maaf kak, aku malah berkata seperti itu,' ucap Melda dalam hati.

Plak, sebuah tamparan mendarat di pipi Melda. Sebenarnya, hanya Melda yang merupakan anak kandungnya. Sementara itu, Kirana hanyalah anak tiri dan suaminya pun sudah tidak ada. Ia tidak bisa bekerja, hingga ia mencarikan jodoh untuk putrinya. Ia begitu senang saat keluarga Wijaya terpesona dengan Melda. Namun, sepertinya Melda sangat tidak suka dengan perjodohannya dengan Arjuna itu karena ia memiliki Bima.

"Mama kenapa nampar aku? Aku anak kandung Mama,"

"Iya, kamu anak kandung Mama. Sayangnya Mama selalu manjain kamu dan sekarang malah kayak gini," cecar Vina.

Wanita itu pun pergi meninggalkan putrinya. Ia bahkan mengunci Melda di kamar agar tidak kabur sampai hari besok.

"Apa gunanya kaya banget? Mending kalau dijadiin ratu. Kalau dijadiin upik abu gimana?" gumam Melda. Ia sangat takut dengan hal itu.

Selama ini ibunya memang beruntung karena menikah dengan ayah tiri yang sangat baik. Mungkin karena kebaikan itu pula yang membuat Melda tidak seperti anak yang lain yang begitu terpengaruh oleh ibunya untuk sebuah harta.

"Padahal kak Kirana juga gak jelek amat. Kenapa mereka selalu menganggap kak Kirana rendah," gerutunya, "tapi jangan deh. Aku ngerasa Arjuna itu gak pantas buat kak Kirana. Huh, aku gak mau nikah sama pria itu,"

Melda mulai berpikir untuk kabur. Ia tidak ingin pergi ke gedung esok harinya untuk menikah dengan pria yang belum tahu pasti sifatnya seperti apa.

Melda dan Bima berpacaran cukup lama. Pria itu sederhana, tapi sangat perhatian. Bahkan, keluarga pria itu selalu ramah padanya. Saat ia sakit pun mereka tidak pernah absen untuk menjenguk. Segala perhatian itu membuat ia tidak memikirkan kekayaan. Ia selalu berharap Bima yang menjadi suaminya bukan yang lain.

"Ayolah, Bima!" ucap Melda dalam sebuah telpon dengan sedikit berbisik.

[Ibumu tidak setuju dengan kita.]

"Aku tidak kabur tanpa alasan. Aku hanya ingin membuat mama sadar kalau aku nyaman dengan keluargamu dan kamu,"

[Kami juga sangat sedih dengan hal ini,]

"Bawa aku pergi jauh. Beri mamaku jeda agar mengubah pikirannya,"

[Ibumu akan membuatku seperti orang yang tidak bertanggungjawab, Melda.]

"Apa kau mencintaiku?" tanya Melda terisak.

[Aku sangat mencintaimu,]

"Apa kau rela aku dengan pria lain di pelaminan nanti?" tanya Melda.

[Aku tidak akan rela. Aku akan kesana? Walau aku tahu ini salah.]

"Aku tidak akan tinggal di rumah kamu, Bima. Aku tahu kalian sangat baik. Tidak mungkin aku membuat kalian tampak buruk. Hanya saja. Aku butuh bantuan kamu untuk pergi dari sini,"

[Baiklah,] ucap Bima setuju.

Melda menutup panggilan. Ya, Vina tidak sadar kalau Melda bisa menggunakan ponsel untuk mencari bantuan. Ia menatap keluar jendela. Entah apa yang harus ia lakukan karena ia berada di lantai dua.

"Aku harus berani," ucap Melda. Ia mulai mencari cara agar bisa turun.

Tiba-tiba ia teringat adegan dimana seorang gadis kabur dari rumah dengan sprei yang terikat.

"Semoga saja bisa," ucap Melda penuh harap. Ia kemudian mengikat sprei yang ada.

Dengan cepat ia pun menyiapkan beberapa berkas untuk kembali mencari pekerjaan baru nantinya.

Usai turun dengan susah payah. Melda pun berlari begitu cepat. Ia pun akhirnya bertemu dengan seorang pengemudi motor yang tidak lain adalah Bima.

"Kamu yakin, Mel?"

"Aku yakin, tapi sepertinya kamu tak yakin,"

"Aku akan berusaha membuat ibumu luluh nanti,"

"Cepat kita pergi!"

"Baiklah,"

"Apa keluargamu tahu aku kabur?"

"Tahu,"

"Lalu?"

"Mereka mungkin harus menghadapi ibumu nanti," ujar Bima.

"Maaf, Bim! Aku malah membuat kamu dan keluarga kamu dalam situasi seperti ini,"

"Kamu hanya berjuang untuk cinta kita, Melda. Aku ikhlas menghadapi ibumu dibandingkan harus melihat kamu bersanding dengan pria lain di pelaminan nanti," ujar Bima.

Keduanya pun pergi meninggalkan tempat mereka bicara saat ini sebelum ada yang menyadari kalau Melda melarikan diri.

Melda dan Bima menghela napas panjang. Dengan dadakan Melda mencari sebuah kontrakan dengan uang simpanannya.

"Sama cowoknya, Mbak?" tanya ibu pemilik kontrakan.

"Gak dong, Bu. Kami belum menikah. Pria ini calon suami saya,"

"Oh, begitu. Syukurlah!"

"Mel, aku pulang dulu ya. Jaga diri kamu!" ucap Bima.

Pria itu pun berlalu pergi. Melda masuk ke dalam kamar kostnya.

Melda menatap sekitar kamar. Ia kemudian merebahkan tubuhnya yang cukup lelah. Sekarang, ia lolos dari pernikahan. Namun, nanti ia akan membuat masalah baru.

"Aku tidak bisa mengakhiri perjuanganku dengan Bima sampai saat ini. Pria itu lebih mengerti aku dan keluarganya pun sama. Sedangkan ibuku sendiri hanya memikirkan kekayaan karena kekayaan ayah hampir habis. Kenapa ayah meninggal begitu cepat?" gumamnya.

Melda kembali teringat masa kecilnya. Ia tidak dibedakan oleh ayah sambungnya. Kasih sayang pria itu diberikan padanya dan Kirana.

"Aku harap keluarga itu membatalkan pernikahan. Tapi, apa yang terjadi jika mereka meminta ganti rugi atas uang yang dikeluarkan untuk pernikahan. Aku harap kak Kirana tidak jadi jaminan." Melda mengacak rambut frustasi.

Walau selama ini ibunya yang membedakan ia dan Kirana dan terkadang ia pun memang terhasut ibunya. Semakin lama ia pun semakin berpikir kalau Kirana selalu mengalah untuknya dan kali ini ia pun mulai menghawatirkan kakak tirinya itu.

[Jangan terlalu banyak pikiran. Ada masalah yang harus kita hadapi nanti,] pesan Bima.

[Baiklah,]

Melda menghela napas panjang. Gadis itu berusaha untuk tenang dan memejamkan mata.

Sementara di tempat lain. Seorang gadis tengah membaca buku novel. Besok akan ada acara, tapi sayangnya gadis itu tidak diperbolehkan untuk datang oleh Vina. Tanpa berkomentar gadis itu pun setuju. Ia tahu kalau ibu sambungnya akan malu dengan hadirnya ia di pernikahan adik tirinya nanti. Walau dalam hati ia ingin melihat adik tirinya tersenyum bahagia di pernikahannya nanti.

Dalam sunyi, ia pun mulai memikirkan pangeran di negeri dongeng. Ia ingin menjadi Cinderella yang berubah menjadi cantik jelita.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status