Share

Jodohku Calon Kakak Iparku
Jodohku Calon Kakak Iparku
Penulis: Isti12

Milik Alexander

“Saya, Alexander Andrew William, mengambil engkau, Arandra Hana Genoveva, untuk menjadi istri saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Dan inilah janji setia saya yang tulus.”

“Saya, Arandra Hana Genoveva, mengambil engkau, Alexander Andrew William, untuk menjadi suami saya, untuk saling memiliki dan menjaga, dari sekarang sampai selama-lamanya; Pada waktu susah maupun senang, pada waktu kelimpahan maupun kekurangan, pada waktu sehat maupun sakit, untuk saling mengasihi dan menghargai, sampai maut memisahkan kita. Dan inilah janji setia saya yang tulus.”

Sebuah upacara pernikahan diselenggarakan hari ini. Sang pastor menuntun kedua mempelai untuk membaca sumpah pernikahan. Tapi dengan nama pengantin yang berbeda. Pengantin prianya bukan lagi Axellino Andrick William, melainkan Alexander Andrew William.

"Kau adalah istriku sekarang, Arandra."

Arandra mengangkat kepalanya. Matanya langsung bertubrukan dengan mata biru Alexander yang berdiri tepat di depannya. Kalimatnya yang dingin dengan tatapan matanya yang tajam membuat Arandra merinding.

Lelaki itu menakutkan. Auranya sangat jauh berbeda dengan Axellino yang hangat dan lembut. Apa yang akan terjadi nanti ketika dia tinggal bersama lelaki ini?

Alexander hanya menggantikan adiknya untuk menikahi Arandra. Sudah jelas jika lelaki itu tidak benar-benar menginginkan pernikahan ini. Entah atas dasar apa dia menerimanya.

Sementara untuk Arandra, dia tidak memiliki pilihan lain selain menurut. Ibu dan ayahnya memaksanya habis-habisan. Mengingatkannya tentang kebaikan keluarga William– hingga mengungkit tentang 'kekurangannya'.

Keluarga William– old money penguasa Spanyol itu memang sangat baik. Mulai dari Arthur, Anggy, dan Axel. Apa yang dikatakan ayahnya memang benar. Tapi untuk Alexander, Arandra belum tahu sifat lelaki itu seperti apa.

Arandra tidak pernah bertemu dengannya. Lelaki itu tinggal di Amerika sebelum ini, dan baru kembali setelah Axellino meninggal. Arandra tidak tahu apapun tentangnya.

Tapi hanya melihat dari caranya menatap– seakan ada banyak rencana jahat yang sudah dia rencanakan untuknya– harusnya dia sudah menyadari setidak suka apa Alexander padanya.

"Aku tahu aku bukan suami yang kau inginkan. Tapi aku harap kau bisa menjalani pernikahan ini sebagaimana sebuah pernikahan pada umumnya. Karena aku juga akan melakukannya." Alexander melanjutkan ucapannya. Butuh beberapa saat bagi Arandra untuk mencerna kalimatnya. Tidak salah Alexander berkata seperti itu? Di saat mata birunya sendiri masih memberikan tatapan tajam yang menakutkan.

"Bagaimana, Ara? Setuju?"

Arandra mengerjap, sebelum kemudian memberikan anggukan pelan. Lalu dia melihat sebuah tarikan ke atas pada bibir lelaki itu. Senyum pertama Alexander padanya–setelah hanya ada raut datar yang terlihat setiap mata mereka bertubrukan.

Ini sangat aneh. Apakah lelaki ini benar-benar sedang merencanakan sesuatu yang jahat untuknya? Otaknya langsung berpikir keras. Menebak-nebak hal yang mungkin tengah direncanakan Alexander– ketika suara musik yang mengalunkan irama merdu mulai terdengar.

Alexander mengulurkan tangan di depan Arandra. Arandra hanya melihatnya. Seolah tidak sabar, Alexander berdecak. Arandra tidak memiliki waktu untuk berpikir ketika lelaki itu meraih tangannya, sebelum menariknya ke tengah ruangan– menjadi pusat perhatian.

"Berdansa denganku, Ara." Sembari mengatakannya, Alexander membimbing tangan Arandra untuk melingkari lehernya. Sementara dia merangkulkan lengannya di pinggang Arandra kemudian. Semua perhatian terpusat pada mereka.

Alexander dan Arandra tampak begitu serasi. Alexander sangat tampan dengan setelan tuxedo mahal bak pangeran kerajaan. Sementara Arandra tampak begitu cantik mengenakan gaun pengantin berwarna putih dengan bagian bawah yang menjuntai panjang di lantai. Persis seperti model gaun-gaun yang sering dipakai para princess Disney. Sementara sebuah crown berhiaskan berlian di kepalanya menyempurnakan penampilannya.

"Alex." Arandra memanggil pelan. Alexander menaikkan sebelah alisnya, bertanya. Sementara gerakan mereka beradu seiring irama lagu.

"Kenapa kau mau menikahi ku?" Pertanyaan yang membuat Arandra penasaran akhirnya terucapkan.

Alexander menghentikan gerakan. "Menurutmu kenapa?" tanyanya balik. Tangannya menekan pinggang Arandra. Menariknya lebih mendekat ke arahnya.

Arandra mengedip lambat. "Karena...Axel memintamu?"

Dan tepat ketika Arandra mengatakannya, dia sekilas melihat sebuah amarah muncul pada tatapan Alexander. Atau tidak? Mungkin matanya yang salah melihat.

"Mungkin iya. Atau mungkin juga tidak," jawab Alexander. Matanya menatap bibir Arandra. Alandra mengerjap, sebelum kemudian matanya membulat begitu merasakan benda kenyal itu menyentuh bibirnya.

Alexander menciumnya. Bibirnya bergerak lembut. Lidahnya membelai dengan santai seakan berniat menegaskan hubungan mereka. Alandra menahan napas.

"Kau bisa menentukan sendiri jawabannya," lanjut Alexander setelah ciumannya terlepas.

Arandra terpaku. Alexander mengunci tatapannya. Tersenyum dengan tenang. Lalu mengusap bibir bawah Alandra dengan ibu jarinya.

"Ingat baik-baik, Ara. Bibir yang kau cium ini bibirku, bukan adikku."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status