Home / Romansa / Jodohku Seorang Janda Kaya Raya / 5. Sekar Datang Menemui Lintar

Share

5. Sekar Datang Menemui Lintar

Author: Irma_Asma
last update Last Updated: 2022-04-12 06:36:30

Dengan demikian, Dani pun langsung menjawab, "Menurut pandanganku, Sekar itu baik. Tapi—" kata Dani berhenti sejenak.

"Kok, ada tapinya?" potong Lintar mengerutkan kening menatap wajah Dani.

"Dengarkan dulu!"

"Baik, aku akan mendengarkan saran kamu. Tapi ingat, jangan becanda!"

Dani hanya tersenyum, kemudian melanjutkan perkataannya, "Kamu cocok dengan dia, tapi akan lebih cocok lagi jika kamu berhubungan dengan wanita lain! Jangan sama si Sekar, dia itu rumahnya dekat dengan si Eva. Jangan sampai hubungan kamu dengan si Sekar akan menumbuhkan rasa sakit hati dalam diri si Eva."

Apa yang dikatakan oleh Dani memang benar adanya. Sejatinya, Dani tidak mau jika sahabatnya itu, kembali terlibat masalah jika memutuskan untuk berhubungan dengan Sekar yang merupakan tetangga dekatnya Eva.

"Terus sama siapa, dong?" tanya Lintar bingung.

"Ya, kamu carilah! Kamu ini, 'kan playboy, masa tidak bisa cari wanita yang lebih baik dari si Eva," jawab Dani sambil tersenyum lebar.

Lintar hanya diam saja mendengar kalimat-kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu.

Kemudian Dani kembali berkata, "Kalau menurutku, kamu itu lebih cocoknya pacaran sama Ci Memen tukang jualan bapau itu!" seloroh Dani sambil tertawa lepas.

Mendengar perkataan Dani seperti itu, sontak Lintar langy melempar bantal ke arah Dani sambil berkata, "Bukannya memberikan jawaban yang benar malah meledek," hardik Lintar mendelik.

Dani terus tertawa, seakan-akan merasa puas melihat sahabatnya mulai tersulut emosi. Kemudian, ia berkata lagi, "Cari kekasih itu harus disesuaikan dengan kualitas umur, Tar! Biar kamu tidak merasa jomplang!" saran Dani tak henti-hentinya tertawa.

Lintar mengerutkan kening, menatap tajam wajah Dani. Seakan-akan, ia tidak memahami apa yang dikatakan oleh sahabatnya itu.

"Maksudmu?"

"Iya, pacaran sama wanita seumuran apa pun memang cocok-cocok saja. Tapi, 'kan tidak baik juga pria tampan seperti kamu punya kekasih seorang anak ABG seperti si Sekar, ditambah lagi dia itu tetangga dekatnya Eva," tandas Dani.

Lintar diam termangu, sejatinya ia mulai menyadari bahwa ucapan kawannya itu ada benarnya juga. "Ya, apa yang kamu katakan memang benar," desis Lintar.

Dengan demikian, Lintar mulai memutuskan untuk tidak menerima Sekar atau siapa pun gadis yang ada di sekitar tempat tinggalnya yang selama ini sudah terang-terangan menyatakan perasaan mereka terhadapnya.

Tidak terasa, perbincangan mereka terus berlanjut hingga menjelang tiba waktunya azan magrib. Setelah itu, Dani pun mengakhiri perbincangan tersebut. Ia bangkit dan langsung pamit kepada Lintar, "Sudah mau magrib, aku pulang dulu, Tar."

"Tidak mau makan dulu, Dan?"

Dani menatap wajah Lintar, kemudian menjawab, "Makan daging tikus?" Dani tertawa sambil melangkah berlalu dari hadapan sahabat baiknya itu.

Lintar hanya bergeleng kepala sambil tertawa memandangi langkah Dani yang sudah melangkah keluar dari kediamannya. Lantas, ia kembali merebahkan tubuh di atas sopa. Saat itu, Lintar mulai menelaah ucapan Dani.

"Benar juga apa yang dikatakan Dani tadi, aku harus mencari calon pendamping yang usianya sedikit lebih tua dariku yang mapan dan yang berpendidikan, juga bukan orang sini," desis Lintar. "Berarti apa yang dikatakan oleh almarhum kakekku itu memang benar. Jodohku bukan seorang gadis dari kampung ini," desisnya lagi sambil tersenyum-senyum sendiri.

Hingga pada akhirnya, Lintar memutuskan untuk berhenti memberikan harapan bagi para gadis yang suka mendekatinya. Terutama bagi para gadis yang ada di sekitar kediamannya yang selama ini mengejar-ngejar cintanya.

"Ya, Allah! Maafkan hamba-Mu ini, karena selama ini hamba telah banyak memberikan harapan kepada gadis-gadis di kampung ini."

Lihat bangkit dan langsung keluar rumah, ia melangkah menuju sebuah warung yang berada di sebrang jalan tidak jauh dari kediamanya. Lintar hendak membeli makanan dan minuman ringan untuk persediaannya di rumah.

"Assalamualaikum, Bu," ucap Lintar berdiri di depan warung tersebut. 

"Waalaikum salam," sahut sang pemilik warung dari dalam warung.

"Saya mau beli air mineral sama kue ini, Bu!" Lintar menunjukkan sebungkus kue kering yang ia raih dari meja warung tersebut.

"Iya, Nak. Minumannya ambil saja ada di depan!" jawab wanita paruh baya itu. 

Lintar langsung mengambil sebotol air mineral berukuran besar dan langsung meletakkannya di atas meja.

"Ini kantung keseknya, Nak!" Pemilik warung itu menyerahkan kantong kresek merah kepada Lintar.

"Iya, Bu." Lintar langsung memasukan makanan dan minuman itu ke dalam kantong kresek tersebut. Setelah itu, ia langsung membayarnya.

"Maaf ya, Nak Lintar. Bukan maksud Ibu mau ikut campur dalam persoalan kamu dengan Bu Rasti, tapi Ibu hanya kasihan saja melihat kamu dimarahi Bu Rasti kemarin," ucap wanita paruh baya itu sambil meraih uang yang diberikan Lintar. "Sebaiknya kamu tidak usah dekat lagi dengan anaknya Bu Rasti!" sambungnya lirih.

"Iya, Bu. Orang kaya memang seperti itu, mungkin Bu Rasti tidak ingin melihat Eva bergaul dengan saya karena saya orang miskin dan hidup sebatang kara," jawab Lintar.

"Iya, Nak Lintar. Buka hany Ibu saja, semua tetangga di merasa prihatin melihat kamu dicaci maki sama Bu Rasti. Ibu harap kamu tetap bersabar dan tawakal! Insya Allah, orang baik sepertimu akan mendapatkan kedudukan yang baik pula," tandas wanita paruh baya itu.

"Iya, Bu. Terima kasih banyak," ucap Lintar.

Setelah itu, ia langsung pamit kepada sang pemilik warung, dan langsung berlalu dari warung tersebut, kembali melangkah menuju kediamannya.

'Kasihan si Lintar, hidupnya terus dibayangi oleh kebencian Bu Rasti,' kata pemilik warung itu dalam hati. 

* * * 

Pagi harinya, sekitar pukul setengah delapan. Lintar tengah melakukan aktivitas di kediamannya, karena hari itu merupakan hari libur nasional.

Selesai menjemur pakaian, Lintar menyibukkan diri dengan melakukan pekerjaan di depan rumah, ia merapikan pot bunga dan menyiram tanaman bunga kesayangannya itu.

"Kak Lintar!" panggil seorang gadis melangkah menghampiri Lintar yang tengah melakukan aktivitas di depan rumah.

Lintar menghentikan aktivitasnya sejenak, lantas berpaling ke arah gadis tersebut. "Ada, apa, Kar?" tanya Lintar menatap wajah seorang gadis yang usianya terpaut jauh darinya.

"Maaf, Kak. Sekar mengganggu, ada hal penting yang ingin Sekar bicarakan sama Kakak," jawab gadis itu lirih.

Lintar mengerutkan keningnya, menatap tajam wajah gadis tersebut. Lantas bertanya lagi, "Memangnya ada masalah apa, Kar?" Suara Lintar terdengar lembut menyentuh gendang telinga Sekar, membuat Sekar semakin salah tingkah.

Sekar terdiam sejenak. Seakan-akan, ia tengah mempersiapkan sesuatu yang hendak dibicarakan dengan pemuda tampan itu.

"Maaf, ya, Kak. Sekar hanya ingin mempertanyakan tentang kedekatan Kakak dengan Eva," jawab Sekar lirih.

Lintar hanya diam menyimak apa yang dikemukakan oleh gadis cantik berkulit putih itu.

Kemudian, Sekar kembali melanjutkan perkataannya, "Apakah Kakak punya hubungan spesial dengan dia?" tanya Sekar.

Lintar hanya tersenyum-senyum saja mendengar pertanyaan tersebut. Ia merasa bingung kenapa Sekar bertanya seperti itu?

"Kok, malah diam sih, Kak?" tanya Sekar penasaran. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   52. Hari Terakhir Lintar Bekerja

    Keesokan harinya .... Lintar sudah berada di kantor, hari itu merupakan hari terakhirnya bekerja. Karena Lintar sudah menerima tawaran Dewi untuk mengelola perusahaannya. "Banyak sekali kenangan indah di kantor ini, tidak mudah aku melupakan semuanya." Lintar bergumam sambil duduk dengan pandangan menerawang jauh menembus jendela ruangan kerjanya itu. Memang berat meninggalkan perusahaan tersebut, tapi itu adalah jalan terbaik yang harus Lintar ambil. Demi masa depannya yang sebentar lagi akan menjadi suami Dewi. Dewi memintanya untuk bergabung dengan perusahaan miliknya bukan karena Lintar akan menjadi suaminya. Namun, Dewi memutuskan hal itu karena paham bahwa Lintar memiliki kemampuan dalam mengelola perusahaan dengan baik. "Kamu tahu, 'kan, Pak Lintar mau keluar dari kantor ini?" tanya Lusi kepada rekannya. "Iya, tahu. Kemarin aku baca status Pak Lintar di medsos," jawab seorang wanita cantik berkacamata, "Kantor ini akan menjadi sepi kalau Pak Lintar keluar," sambungnya. "H

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   51. Dewi Mengalami Kecelakaan

    Lintar dan Dewi terus berbincang-bincang santai bersama Syarif dan istrinya. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, bukan hanya terkait pernikahan mereka yang sebentar lagi akan digelar. Namun, mereka pun membahas hal lain yang berkaitan dengan bisnis dan juga kehidupan mereka selama ini.Sekitar pukul setengah enam sore, Lintar dan Dewi pamit pulang kepada Syarif dan istrinya. Saat itu, mereka buru-buru pulang karena mendapatkan kabar bahwa Mirna—asisten rumah tangga Dewi mengalami kecelakaan.Mirna mengalami kecelakaan saat pulang dari mini market. Ketika dirinya tengah menyebrang, tiba-tiba saja ia ditabrak lari oleh seorang pengendera motor. Hal tersebut, menyebabkan Mirna harus dirawat di rumah sakit."Kita langsung ke rumah sakit Siloam saja! Mirna dirawat di sana," kata Dewi panik."Iya, Wi," jawab Lintar sambil mengemudikan mobilnya, "Kamu jangan panik! Kamu harus tenang! Percayalah, Mirna pasti baik-baik saja," sambung Lintar sedikit berpaling ke arah Dewi yang d

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   50. Lintar dan Dewi Berkunjung ke Karawang

    Dewi kembali memeluk tubuh Lintar. Bibirnya yang halus terpulas merahnya gincu, menempel lembut di atas dahi Lintar."Terima kasih banyak Lintarku sayang," ucap Dewi lirih.Lintar hanya tersenyum, sejatinya ia sudah tidak dapat menahan godaan tersebut. Ingin rasanya Lintar mencumbui Dewi saat itu juga, akan tetapi Lintar masih kuat menahan gejolak dalam jiwa dan perasaannya itu. Lintar bersikap lebih dewasa lagi, tidak seperti dulu yang gampang terpancing oleh hawa nafsunya sendiri. Kini, ia lebih memikirkan dampak yang akan terjadi ke depan, ia tidak mau gegabah menjamah kesucian seorang wanita hanya melampiaskan hasratnya saja.****Setelah beberapa jam berada di kediaman Dewi. Lintar pun langsung pamit pulang kepada kekasihnya itu."Sudah jam sepuluh lebih, aku pulang dulu, yah," kata Lintar lirih, "Besok siang aku jemput kamu ke sini," sambungnya sambil mencium kening Dewi.Lintar bangkit dan langsung menelepon Koh Iwan yang ada di mes bersama para pegawai Dewi.Tidak lama kemudi

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   49. Hadiah Istimewa Untuk Koh Iwan

    Sepanjang perjalanan, Lintar dan Koh Iwan terus bercanda ria, gelak tawa menghiasi kebersamaan mereka. Hingga tidak terasa mobil sedan yang dikemudikan Lintar sudah tiba di depan gerbang rumah mewah milik Dewi. Hanya dengan membunyikan klakson dua kali saja, pintu gerbang rumah tersebut langsung terbuka dengan sendirinya.Tampak seorang petugas keamanan rumah itu berdiri tegak di depan pos keamanan sambil memberi hormat kepada Lintar yang baru tiba.Lintar langsung membuka kaca mobilnya. "Selamat malam, Yo. Apa kabar?" kata Lintar sambil tersenyum lebar."Selamat malam juga, Pak," jawab Rio sedikit membungkukkan badannya."Randi ke mana, Yo?" tanya Lintar lagi."Ada di mes, Pak," jawab Rio penuh rasa hormat.Setelah itu, Lintar kembali menutup kaca mobilnya. Perlahan, ia kembali melajukan mobilnya mengarah ke halaman parkir rumah mewah itu."Aku di sini saja, Tar. Kamu masuk sendiri yah," kata Koh Iwan lirih."Lah, kenapa, Koh?""Mau nemuin Fendi di mesnya.""Nanti kalau Dewi nanyain

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   48. Lintar dan Koh Iwan Menuju ke Rumah Dewi

    Dani hanya mengangguk dan langsung membuka dus tersebut. "Tumben yah, Koh Iwan tidak ke sini?" tanya Dani sambil mengunyah kue yang dibelikan Lintar.Usai makan makan kue, Dani langsung pamit kepada Lintar, karena saat itu sudah mau magrib. "Aku pulang dulu, Tar. Sebentar lagi magrib," kata Dani lirih."Iya, Dan," jawab Lintar, "Jangan lupa, sampaikan pesan sama Koh Iwan. Aku tunggu habis magrib," sambungnya."Ok, nanti aku sampaikan," jawab Dani langsung berlalu dari hadapan Lintar.Lintar bangkit dan langsung melangkah ke kamar mandi, Lintar hendak membersihkan diri karena sebentar lagi akan melaksanakan Salat Magrib berjamaah bersama warga lainnya di masjid yang ada di belakang kediamannya.Selesai mandi, Lintar ganti pakaian dan bergegas melangkah menuju masjid. Kebetulan Dani pun saat itu sudah ada di depan masjid tersebut."Tumben Koh Iwan tidak ke masjid?" tanya Lintar kepada Dani yang sudah tiba lebih dulu."Tidak ada di rumah, kata tetangganya tadi sore dia berangkat ke rumah

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   47. Sikap Lusi yang Menjengkelkan

    Setibanya di kantor, Lintar disambut hangat oleh beberapa orang rekan kerjanya. Terutama oleh staf accounting berparas cantik dan berkulit putih mulus, yang selama ini sangat menyukai dirinya."Selamat datang dan selamat pagi, Mas Lintar," sapa Lusi tersenyum manis menyambut kedatangan Lintar."Selamat pagi juga Lusi cantik," jawab Lintar seperti memaksakan diri menyanjung wanita itu. Kemudian ia langsung melangkah menuju ke ruangan kerjanya yang ada di lantai dua kantor tersebut."Biasanya dia mampir untuk godain aku," gumam Lusi langsung melangkah mengikuti Lintar dari belakang.Sebelum Lintar membuka pintu ruang kerjanya, dengan cepat Lusi mendahului membuka pintu ruang tersebut."Ya, Allah! Sigap banget kamu," kata Lintar sambil tersenyum-senyum."Silakan masuk, Mas!" ucap Lusi bersikap seperti layaknya seorang asisten pribadi."Terima kasih, Lus," ucap Lintar langsung melangkah masuk ke dalam ruang kerjanya itu.Setelah menutup rapat pintu ruangan tersebut, Lusi pun melangkah dan

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   46. Koh Iwan Pindah Keyakinan

    Ketika Lintar dan Dani sedang santai berbincang, tiba-tiba datang seorang pria paruh baya. Dia adalah Koh Iwan sahabat baik Lintar dan Dani. Koh Iwan tidak langsung menghampiri Lintar dan Dani, ia hanya berdiri di balik pagar sambil tersenyum-senyum menatap ke arah dua pemuda yang selama ini menjadi sahabat baiknya. Lintar dan Dani belum mengetahui kedatangan Koh Iwan, sehingga mereka terus berbincang-bincang tanpa sadar ada yang memperhatikan mereka di balik pagar. "Assalamu'alaikum," ucap Koh Iwan. Lintar dan Dani sedikit terperanjat lalu berpaling ke arah Koh Iwan secara bersamaan. "Waalaikumsalam," jawab mereka serentak. "Koh Iwan, kapan datangnya? Tiba-tiba saja muncul seperti jailangkung?" tanya Dani sambil tersenyum-senyum. "Bukan jailangkung, tapi Harry Potter," jawab Koh Iwan ketus. Dia melangkah dengan gagahnya menuju ke arah teras menghampiri Lintar dan Dani yang sedang duduk santai. "Gagah banget, mau ke mana, Koh?" tanya Lintar meluruskan pandangannya ke wajah pri

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   45. Kebersamaan Lintar dengan Dani

    Di tempat terpisah .... Lintar masih berbaring di atas tempat tidurnya, ia tampak resah dengan sikap Firda, Vira, dan gadis-gadis lainnya. Mereka secara terang-terangan sudah menyatakan perasaan mereka kepadanya. Padahal, mereka sudah mengetahui jika Lintar akan menikah dalam waktu tidak lama lagi. Tentu, sikap mereka sangat mengganggu. Lintar khawatir, jika mereka akan menjadi duri bagi hubungan asmaranya dengan Dewi. Terlebih lagi jika Dewi mengetahui semuanya, sudah barang tentu dia akan kecewa dan menganggap Lintar masih sama seperti dulu. "Selama ini, aku memang selalu bersikap terbuka dan juga sering memberi harapan bagi mereka. Tapi, itu hanya bagian dari gurauan saja," desis Lintar, "Kenapa mereka serius menanggapi sikapku ini?" sambungnya. Beberapa menit kemudian, ponselnya berdering. "Seperti itu Dewi," kata Lintar bangkit dan langsung meraih ponsel yang tergeletak di sampingnya. Namun, dugaannya salah. Yang meneleponnya itu bukan Dewi, tapi Firda yang selama ini selalu

  • Jodohku Seorang Janda Kaya Raya   44. Alena Jatuh Cinta

    Setelah Dani berlalu, Lintar kembali melanjutkan perbincangannya dengan Firda. Ada banyak hal yang mereka bicarakan pada saat itu, terkait masalah pekerjaan dan juga hal yang lainnya.Berada di dekat Lintar, tentu membuat nyaman jiwa dan perasaan Firda. Hingga bertambahnya rasa suka dalam dirinya terhadap Lintar yang selama ini ia kagumi.Setelah hampir satu jam berada di kediaman Lintar, Firda pun pamit kepada Lintar. Ia hanya meminta nomor ponsel Lintar saja, dan tidak berbicara terkait rencananya yang hendak menyatukan Lintar dengan Alena. Firda merasa bimbang, karena dirinya pun sangat menyukai Lintar.****Malam itu, Alena hanya duduk-duduk santai saja di sopa yang ada di ruang tengah kediamannya. Dia tampak resah dan gelisah, pikirannya terus tertuju kepada Lintar.Saat itu, Alena menunggu kedatangan Firda, ia tampak berharap informasi baik dari kunjungan Firda ke rumah Lintar."Mudah-mudahan, Firda bisa mendapatkan informasi banyak tentang Lintar," desis Alena penuh harap.Alen

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status