Share

Tentang Cinta

SELAMAT MEMBACA

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Pagi ini Hana akan membicarakan masalah Rezza pada Aryo. Dia sudah sampai pada siasat barunya untuk menjauhkan Rezza dari Bella. Posisi Wanita itu kini tengah duduk santai menikmati secangkir kopi di balkon bersama Aryo.

"Katakanlah! Kenapa pagi-pagi sekali kamu datang ke kantor?" tanya Aryo setelah didapatinya Hana di ruang kerja.

"Aku mau membicarakan sesuatu," tutur Hana dengan menghela nafas pendek.

"Aku berfikir, akan lebih baik jika Aless melanjutkan study di Spanyol! Tempat mendiang istrimu," lanjut Hana dengan berjalan dan menikmati pemandangan kota yang terlihat jelas dari atas balkon.

"Kau pasti tau, aku tidak akan setuju dengan hal ini," balas Aryo spontan.

Ia tak bisa membiarkan anak satu-satunya itu pergi jauh darinya. Terlebih lagi, Aryo sudah berjanji pada istri pertamanya agar selalu menjaga Rezza.

"Aku tau yang terbaik buat dia! Aku akan ikut dengannya agar kau tak khawatir," cletuk Hana kemudian membuat Aryo terkekeh pelan.

"Apa? Apa aku tak salah dengar?"

"Memangnya kenapa?" tanya balik Hana pada Aryo.

"Baiklah, aku setuju! Tapi aku akan menanyai Aless dulu tentang ini," balas Aryo lalu menghampiri Hana.

"Aku sudah membicarakan hal ini pada Aless, dan diapun setuju. Dia bilang... ingin menemani kakeknya di sana," ujar Hana membubuhi kata-katanya dengan banyak kebohongan.

-_-_-_-_-_-_-

-_-_-_-_-_-

Di kosan Bella.

Pagi ini Bella sudah bersiap untuk berangat ke sekolah. Kyla juga sudah bersemangat untuk mengantar Bella.

Kali ini Bella kembali ceria. Tapi tidak dengan Kyla, benaknya masih bersedih menyimpan duka untuk hubungannya yang kandas. Walaupun Kyla berusaha menutupi kesedihannya dari Bella namun tetap saja ia gagal. Malah Air matanya tumpah.

"Kenapa kaka tiba-tiba menangis? Bukankah seharusnya kaka bahagia, karena kita sudah tinggal bersama lagi?" ujar Bella menatap Kyla.

Kyla hanya terdiam dan menghapus air matanya, ia fokus menyetir mobilnya.

"Ayolah! Kaka tak perlu sungkan untuk bercerita," tawar Bella kemudian.

"Tidak apa-apa, ini tidak penting!"

"Tidak penting bagaimana? Kaka saja bisa menangis seperti itu," pekik Bella mulai serius.

"Lebih baik kamu cepat turun, nanti kamu terlambat." Kyla memberhentikan mobilnya tepat di depan gerbang sekolah.

█■■■■█

Jam pertama di mulai. Hari ini Bella akan melaksanakan ujian tengah semester. Dan hari ini juga Bella tengah bersaing dengan Sandra untuk mendapatkan nilai tertinggi se-angkatan.

Rezza tak ada persiapan untuk mengikuti ujian. Semalam ia tak belajar materi yang diujikan.

Ujian selesai Bella pun melenggang pergi ke Kantin.

"Gimana ujiannya?" tanya Sandra dengan berjalan menyamai Bella.

"Aku tidak kesulitan mengerjakannya," balas Bella dengan tersenyum tipis pada Sandra.

"Mau ke kantin juga? Kalo gitu bareng yuk!" ajak Bella.

"Sorry, gua gak level sama Jones! Ngerti?" balas Sandra dengan sinis.

Bella hanya menghembuskan nafas pendek.

Suasana riuh ricuh selalu hinggap di tempat banyak makanan ini. Rezza yang melihat kantin penuh dengan manusia-manusia lapar, kini berbalik tak jadi ke kantin.

Vino menyapanya.

"Heh, ned! Kenapa balik?"

"Rame ah, males!" jawab Rezza singkat.

"Heh, lu tuh sukanya menyendiri mulu. Lu dah terlalu lama gak gabung sama kita," sergah Vino merangkul Rezza.

"Gua emang akhir-akhir ini sibuk Vin. Mood gua ancur!"

"Sibuk? Sibuk ngapain lo? Ngapelin doi, ha?" gurau Vino.

"Kgk lah!"

"Solid lah! Kita dah mau lulus nih. Lo tau kan bakal ada party di rumah cecans? Namanya Cindy. Lo harus dateng! Jangan lupa bawa nyokap lo, hahah..." bisik Vino dan melepaskan rangkulannya.

"Sialan! Gelud yuk!" umpat Rezza kesal.

"Rezzaaaaa," panggil Bella membuat Rezza agak terkejut.

"Oh, iya Bell... gua mau ngomong sesuatu," ucap Rezza dengan menggandeng tangan Bella menuju belakang sekolah.

"Mau ngomong apa?" tanya Bella begitu sampai di tempat sepi itu.

Selang beberapa detik....

"Hm, lo pernah jatuh cinta enggak sih?" tanya Rezza sedikit kaku.

"Enggak! Dan gak akan jatuh cinta sebelum gue dapetin cita-cita gue!" jawab Bella dengan lantangnya.

Rezza pun terdiam, dia kira Bella juga merasakan hal yang ia rasakan. Yang bernama cinta.

"Gue berusaha menutup hati gue rapat-rapat, agar tak termakan kata laknat itu," lanjut Bella dengan membayangkan wajah ayahnya yang telah diperdaya oleh cinta.

"Ha? Kenapa lo bisa benci gitu sama cinta?" tanya Rezza begitu antusias.

"Karena cinta bisa membuat orang lupa diri, dan jadi sedikit gila!" pekik Bella dengan wajah datar.

Rezza mengerti, ternyata Bella pun membeci cinta sama seperti dirinya dulu.

Setelah Rezza mengenal Hana dan Bella, justru ia jadi tersadar dengan adanya cinta, hidupnya menjadi berwarna lagi. Bukan manusia lemah yang hanya meratap dalam kesedihannya saja.

"Jika gue tanya, seberapa bencinya lo pada cinta? Lo akan jawab apa?" ujar Rezza menanyai Bella. Kali ini ia serius menatap Bella tepat di manik mata.

Bella pun susah memalingkan wajahnya.

Sejenak adegan tatap-menatap itu membuat jantung Bella berdetak kencang, ia tak menyukai rasa aneh itu.

"Tak terhingga!" balas Bella lalu berpaling membelakangi Rezza.

"Ya, sama halnya! Seperti itulah rasa cinta gue ke elo!" ungkap Rezza dengan penuh rasa.

"Ha? Lelucon atau rayuan macam apa ini?" sergah Bella tak percaya sama sekali atas rasa yang di alami Rezza.

"Lihat gue!" Rezza memutar tubuh Bella hingga berhadapan dengnnya.

"Bell, ini cinta! Datangnya dari hati, bukan rayuan." jelas Rezza dengan lembut.

"Gak usah bawa gue, dalam cerita cinta lo yang masih dini ini. Gue mohon!" Bella menunjukkan raut melasnya.

"Oke, tujuan gue cuma ungkapin isi hati gue! Gue juga gak akan maksa lo bangun cinta sama gue. Karena gue tau, cita-cita is number one bagi elo. Dan cinta... mungkin nomer terakhir. Good luck girls!" sahut Rezza mencoba bertindak bijak di hadapan Bella, ia hanya tak mau melukai Bella.

Rezza menampakkan senyum palsunya di depan Bella.

"Setelah ini, bisakah kita bersikap layaknya kaka dan adik kelas?"

"Tentu saja!" jawab Rezza sedikit lega karena sudah mengungkapkan sesuatu yang selalu mengganggu hatinya.

Baru dua minggu Rezza mengenal sosok Bella, tapi entah mengapa ia seperti tak butuh waktu lama untuk menyerahkan hati seutuhnya untuk Bella. Ia bahkan tetap mencintai Bella dengan tulus walaupun tak mendapatkan balasan.

Perasaan Bella sedikit tersentuh atas apa yang Rezza ungkapkan tadi. Bella hanya berharap Rezza memakluminya dan untuk kedepannya Bella berfikir akan sedikit menjauhi Rezza.

Rezza kali ini mengantarkan Bella pulang. Di sepanjang jalan, hanya suara angin dan suasana beku yang jadi pengisi kekosongan pembicaraan mereka.

Saat Kyla sedang berbincang dengan ibu kos di pelataran rumah, ia melihat Bella diantar pulang oleh seorang lelaki yang sepertinya tak asing baginya.

Bella malihat Kyla, dan langsung terburu-buru masuk kerumah tanpa mengucapkan sepatah kata.

"Jadi, kamu yang namanya Rezza?" cletuk Kyla sedikit galak.

"Ah iya, kak!" balas Rezza masih di atas motornya.

"Alessio Rezza Lozano... kan?" Kyla berusaha memastikan. Apakah benar dugaannya ini, kalau Rezza yang di hadapannya adalah anak tiri dari Hana Lowis.

"Iya. Kok tau sih, kak?" tanya Rezza sedikit bingung.

"Aku bekerja di perusahaan papa mu, ia juga sering bercerita tentang anaknya. Bagaimana aku tidak tau?"

"Ooo... bukankah kaka ini pacarnya Sandi ya?" tanya Rezza kembali.

"Hah... itu dulu, sekarang sudah tidak!" tegas Kyla.

"Oh gitu! Padahal kita ini dekat, tapi kenapa aku gak tau kalau kaka ini_____"

"Kakaknya Bella," potong Kyla.

"Haha..." mereka terkekeh bersama. Dalam hitungan menit mereka menjadi akrab.

Bella hanya bisa mengintip mereka berdua dari jendela tanpa tau apa yang mereka bicarakan.

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA

■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Please vote and comment, itu akan sangat membantu. Thanks for the follow. Sorry kalau ceritanya masih kurang ngerasa di hati, atau masih banyak typo- typo.

Author

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status