Home / Romansa / Jungle Love / Ganti Rencana

Share

Ganti Rencana

Author: Kebo Rawis
last update Last Updated: 2021-05-07 19:30:36

SEKITAR satu jam berselang Abdi sudah keluar dari masjid. Tiara melihat sopirnya itu hendak menyusul ke dalam gerai kopi, tapi langsung berbalik langkah ketika mengetahui dirinya berdiri menunggu di sebelah mobil.

Buru-buru pemuda tersebut merogoh kantong celana. Mencari-cari remote control untuk membuka kunci pintu mobil.

"Maaf, Bu. Ibu sudah menunggu lama ya?" tanya Abdi dengan nada bersalah.

Bukannya menanggapi, Tiara justru balik bertanya, "Kenapa pintunya dibuka? Kan kita mau makan dulu?"

Abdi melongo sendiri. "Oh, saya kira Ibu mau masuk mobil dulu," katanya serba salah.

Tiara geleng-gelengkan kepala sembari merengut. Wajahnya terlihat jutek.

"Kamu mau makan ayam goreng apa bebek goreng?" tanya Tiara kemudian.

"Wah, apa saja boleh deh, Bu. Terserah Ibu saja enaknya di mana, saya ikut," jawab Abdi, tak berani menentukan pilihan.

"KFC apa Bebek Dower?" tanya Tiara lagi, mendesak.

Abdi garuk-garuk kepala. Selama bekerja di PT Tirya Parkindo, ia belum pernah sekalipun mengantar Tiara. Jadi pemuda itu tidak tahu tabiat juga kegemaran direktur muda tersebut.

Menurut hematnya, adalah tidak sopan jika sopir yang menentukan mau makan di mana. Selayaknya dirinya cukup ikut saja apa kehendak Ibu Bos. Tapi dari dua pertanyaan yang diajukan Tiara tadi, Abdi merasa agaknya sang atasan memang meminta dirinya yang menentukan pilihan menu makan siang mereka kali itu.

Abdi berpikir sebentar sembari memandangi luasan rest area. Begitu melihat satu rumah makan tradisional di kejauhan, ia pun menjawab, "Kalau Ibu tidak keberatan, kita makan di rumah makan khas Jawa Timur di depan sana saja."

Tiara arahkan pandangan ke tempat yang ditunjuk Abdi. Diam-diam ia memuji selera sopir mudanya tersebut.

"Ya sudah, ayo kita ke sana," sahutnya menyetujui.

"Naik mobil saja ya, Bu? Biar sekalian keluar nanti."

"Terserah kamu sajalah."

Keduanya segera masuk mobil. SUV berwarna hitam tersebut berjalan memutar agar dapat parkir tepat di depan rumah makan khas Jawa Timur yang diinginkan Abdi. Karena memang waktunya makan siang, rumah makan itu terlihat ramai pengunjung.

Kurang-lebih setengah jam berikutnya mereka habiskan untuk menyantap hidangan khas Jawa Timur yang dipesan. Tiara yang hanya memesan ayam goreng dengan nasi uduk terlihat geleng-geleng kepala menyaksikan aneka lalapan dan sambal, plus tahu-tempe goreng yang dipesan Abdi.

Bagi Tiara yang terbiasa dengan menu western food, apa yang dipesan Abdi adalah makanan kampungan. Ia sungguh tidak habis pikir, bagaimana bisa ada orang yang lahap menghabiskan aneka sayuran mentah. Dengan sambal yang juga dibuat dari bahan-bahan mentah pula.

"Kamu pasti bertanya-tanya kenapa Pak Ryan nggak jadi ikut?" kata Tiara tiba-tiba, sembari mencuil ayam goreng di atas piring anyaman lidinya.

Abdi telan makanan yang dikunyahnya, lalu menyeruput jeruk panas perlahan. Di dalam hatinya sungguh tidak menyangka Ibu Bos bakal berkata begitu. Sebelum ini, Abdi sudah merasa kikuk karena diajak makan satu meja oleh atasannya tersebut.

"Nggak kok, Bu," sahut Abdi berbohong.

Tiara tahu pemuda itu tidak berkata yang sebenarnya. Tapi si gadis hanya tersenyum simpul.

"Ya mana tahu kamu penasaran, saya tadi berubah pikiran setelah datang ke apartemennya," lanjut Tiara, tak peduli sopirnya peduli atau tidak. Gadis itu hanya ingin menumpahkan kekesalan di dalam hatinya yang tiba-tiba kembali muncul.

Abdi tak menyahut. Bukannya tidak peduli, tapi pemuda itu tidak mau dianggap lancang mencampuri urusan atasannya. Apalagi Abdi tahu antara Tiara dan Ryan ada ikatan pertunangan, yang berarti apa pun yang terjadi antara mereka itu adalah urusan asmara. Bukan urusan kantor.

"Tapi semuanya tetap sesuai rencana semula kok," lanjut Tiara, sembari berusaha menahan air mata yang siap tumpah.

"Nanti malam kita sudah harus sampai di Batang. Sebab besok pagi saya ada meeting dengan pihak Rumah Sakit Seger Waras. Lalu setelah makan siang dilanjutkan dengan pertemuan bersama pengelola sentra batik di perbatasan Pekalongan ...."

Tiara tampak mengingat-ingat.

“Pasar batik yang di Pekalongan itu, apa namanya?” tanya gadis itu kemudian setelah putus asa.

“Oh, Setono, Bu,” jawab Abdi cepat.

“Ah, iya, betul Setono!” sahut Tiara lega. “Sorenya kita ke Setono untuk ketemu sama pengelola pasar batik di sana.”

"Ke Kendal juga jadi, Bu?" tanya Abdi di sela-sela kunyahannya.

Tiara mengangguk.

"Ya, tentu saja. Selesai urusan di Batang besok Sabtu, kita lanjut ke Kendal. Saya ada janji temu dengan pemilik Kendal City Group di Minggu pagi. Mereka menawarkan pengelolaan lahan parkir Kendal City Mall dan juga Kendal City Amusement Park," sahut Tiara antusias.

Si gadis tak peduli pembahasan seperti itu tak selayaknya dibicarakan dengan Abdi yang seorang sopir perusahaan. Tiara hanya merasa hatinya jadi lebih lega dengan membicarakan urusan kantor. Membuatnya sedikit melupakan kelakuan si brengsek Ryan Wijaya.

Abdi manggut-manggut. Otak pemuda itu langsung menyusun rencana kerja untuk memperlancar meeting demi meeting yang harus dijalani atasannya.

"Jadi, kita di Batang sampai Sabtu sore, terus langsung ke Kendal dan menginap. Minggu pagi Ibu ada meeting sampai siang, dan sorenya kita sudah kembali ke Jakarta lagi. Begitu, Bu?" tanya Abdi.

"Ya, malam Senin kita sudah harus sampai di Jakarta lagi. Senin saya musti ngantor," jawab Tiara.

Menyebut hari Senin, Tiara jadi ingat bakal bertemu Anita untuk membahas apa yang terjadi pagi tadi di apartemen Ryan. Gadis itu menghela napas panjang. Kemudian buru-buru menyeruput milkshake-nya yang tinggal separuh.

Beres makan, mereka langsung melanjutkan perjalanan. Begitu mobil kembali melaju kencang di ruas jalan tol, Tiara tiba-tiba saja merasa sangat mengantuk. Belum lagi mobil yang mereka tumpangi masuk di ruas Jalan Tol Cikopo-Palimanan, direktur muda itu sudah terlelap.

Abdi mengamati wajah atasannya melalui pantulan kaca spion tengah. Ia berusaha menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi antara Tiara dan Ryan. Apa yang telah membuat Ibu Bos-nya itu begitu marah, sampai-sampai membatalkan rencana pergi berdua? Tapi Abdi tak menemukan jawaban.

Jalan tol yang lengang membuat Abdi dapat memacu mobil dengan kecepatan maksimal. Kebetulan pula arus lalu lintas di jalan tol tersebut sangat sepi.

Abdi hanya berhenti selama beberapa belas menit di Rest Area KM 207 Tol Palikanci. Ia harus menunaikan salat Ashar, dan mobil yang mereka tumpangi juga minta diisi bahan bakar.

Semua itu terjadi di saat Tiara masih tertidur pulas. Gadis itu masih terlelap saat kemudian mobil kembali melaju membelah jalan tol.

Tiara baru terbangun saat mobil melintasi kawasan Brebes. Gadis itu mengernyitkan kening ketika mengamati jalan tol yang begitu lengang dan daerah di kiri-kanan yang hanya terbentang areal persawahan dan kebun luas. Nyaris tak ada gedung dan rumah yang terlihat.

"Sudah sampai di mana ini?" tanya Tiara dengan suara masih parau.

"Menjelang exit toll Pemalang, Bu," jawab Abdi tanpa menoleh.

"Kita keluar di Pemalang," ujar Tiara kemudian.

Abdi mengernyitkan kening. Matanya seketika memandang ke arah Tiara melalui kaca spion tengah,

"Nggak di Batang, Bu?" tanya Abdi heran.

Tiara hanya menggeleng.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jungle Love   Pertemuan Kembali

    TANPA terasa tiga tahun sudah Tiara menjalani pendidikan di Inggris. Impian lamanya untuk meraih gelar doktor sebentar lagi tercapai. Sudah tercapai sebetulnya, hanya tinggal menunggu upacara pengukuhan beberapa hari ke depan. Karena itulah gadis tersebut jadi lebih sibuk hari-hari belakangan ini. Bukan lagi disibukkan oleh urusan persiapan ujian tesis, karena itu semua sudah berlalu. Tiara memperoleh nilai memuaskan karena berhasil membuat terkesan para pengujinya. Kesibukannya kali ini karena papa dan mamanya akan datang. Terang saja kedua orang tuanya ingin menghadiri upacara pengukuhan sang puteri tercinta. Untuk itu Tiara musti mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan selama papa-mamanya berada di Coventry. Selama ini Tiara memilih tinggal di asrama kampus. Selain demi menghemat anggaran, itu juga menjadi caranya agar lebih fokus pada pendidikan. Namun, pihak kampus melarang selain mahasiswa untuk menginap di asrama. Jadilah Tiara kelimpungan mencari

  • Jungle Love   Duka Mendalam

    SEJAK mendengar penjelasan Haji Sobirin, perasaan cinta kasih Abdi terhadap Atisaya semakin bertambah-tambah. Abdi ikut merasa bersalah atas kematian ibu istrinya tersebut, sebab kelalaian ayahnya yang menyebabkan ibu mertuanya terluka parah dan akhirnya menutup usia.Tambahan lagi setelah mendengar uraian panjang lebar dari Haji Sobirin mengenai kanker serviks yang dialami Atisaya. Ketika akhirnya mau memeriksakan diri ke dokter, penyakit yang diderita Atisaya ternyata sudah sangat parah. Pilihan yang diberikan dokter hanyalah mengangkat rahim yang sudah dijangkiti sel-sel kanker.Atisaya sangat terpukul ketika itu. Namun, tak ada pilihan lain. Jika ingin peluang hidupnya bertambah, puteri semata wayang Haji Sobirin tersebut harus mengorbankan rahimnya dibuang. Sekaligus merelakan salah satu fungsi agungnya sebagai seorang wanita lenyap.Operasi besar itu dilakukan empat setengah tahun lalu. Jauh sebelum Haji Sobirin mendatangi ibu Abdi kemudian menawarkan jali

  • Jungle Love   Penjelasan Mertua

    UNTUNG saja Abdi dapat kembali menguasai diri dengan cepat. Mobil yang dikemudikannya hanya oleng sesaat karena mengalami perubahan kecepatan secara tiba-tiba. Berikutnya kendaraan tersebut kembali berada dalam kontrol.Tak urung, Haji Sobirin yang sangat kaget menjadi pucat pasi wajahnya. Lelaki tua itu mengelus dada sembari mengatur napasnya yang seketika tersengal-sengal."Kita berhenti di rest area di depan sana saja dulu, baru lanjut lagi obrolannya," kata Haji Sobirin kemudian.Dipandanginya Abdi yang terlihat memerah kedua pipinya."I-iya, Pak," sahut Abdi cepat. Sedetik berselang ia buru-buru menambahkan, "Maaf, saya tadi kaget banget.""Tidak apa-apa," respon Haji Sobirin.Lelaki tua itu sangat maklum jika Abdi dibuat kaget oleh ucapannya tadi. Kejadian yang melibatkan kematian istrinya dan ayah Abdi telah berlalu selama belasan tahun. Selama itu pula Haji Sobirin menyimpan rapat-rapat rahasia tersebut bersama ibu Abdi.Abdi me

  • Jungle Love   Pertanyaan Besar

    BULAN demi bulan telah berlalu sejak malam pertama yang mengejutkan bagi Abdi. Selama itu pula ia berusaha memendam satu pertanyaan besar di dalam hatinya. Pertanyaan yang sebetulnya sangat mengganggu pikiran, tetapi terus saja ia pendam sendiri. Meski rasa penasarannya setinggi bintang, namun Abdi paham sebaiknya ia tidak bertanya pada Atisaya. Gadis itu berurai air mata ketika mengatakan hal tersebut di malam pertama mereka. Jelas sekali ekspres kesedihan, kecewa, juga cemas pada wajah Atisaya ketika itu. Sejak pengakuan itu Abdi menganggap tak pernah mendengar apa-apa dari istrinya. Ia perlakukan perempuan tersebut sepenuh kasih, sebagaimana layaknya seorang suami memperlakukan istri. Malam-malam mereka juga berlangsung seperti biasa, sekalipun Abdi kian lama memperhatikan jika istrinya sedikit bermasalah dengan libido. Dari referensi yang pernah ia baca kemudian, memang seorang perempuan cenderung mengalami penurunan gairah seksual setelah menjalani opera

  • Jungle Love   London

    PUKUL tujuh lewat lima menit, pesawat yang membawa Tiara ke London lepas landas dari Bandara Internasional Abu Dhabi. Dari kursi kelas bisnisnya, gadis itu duduk termangu mengamati pemandangan yang tersaji dari jendela bulat. Mula-mula yang terlihat di mata Tiara adalah deretan pesawat besar-besar. Ketika pesawat yang ia tumpangi naik semakin tinggi, hamparan lautan luas muncul di horison. Beberapa kapal tampak bagai titik-titik kecil dalam pandangannya. Kedatangan pramugari yang menawarkan makanan dan minuman mengingatkan Tiara kalau dirinya belum sempat sarapan tadi. Karena harus meladeni telepon Theo, gadis itu praktis hanya menghabiskan kopi latte-nya. Aneka kue yang sudah terlanjur diambil sama sekali tak disentuh. Tawaran dari pramugari diiyakan oleh Tiara. Jadilah sekira setengah jam berikutnya gadis itu asyik menyantap aneka menu yang dibawakan secara berurutan satu demi satu oleh pramugari. Setelahnya Tiara memilih merebahkan tubuh. Semalam i

  • Jungle Love   Pengakuan Theo

    SEKETIKA saja ada setitik rasa bersalah dalam benak Tiara. Sejak terakhir kali mereka makan siang bersama, yang bertepatan dengan hari kedatangan Abdi dan Atisaya ke kantornya, Tiara memang berusaha menghindari Theo.Gadis itu memutus jalur komunikasi secara sepihak. Telepon dari Theo tidak pernah diangkat lagi. Pesan-pesan dari pemuda itu memang tetap ia balas, tapi Tiara sengaja membalas sangat terlambat demi menghindari obrolan lewat aplikasi perpesanan.Lalu ketika rencana berkuliah lagi ke Inggris muncul, tak sekali pun Tiara memberi kabar pada Theo. Pada pikir gadis itu, tak ada gunanya juga memberi tahu Theo. Toh, pemuda itu bukan siapa-siapa baginya. Hanya seorang kenalan yang ia temui sewaktu di Indramayu.Namun, yang Tira tidak tahu, Theo memandang jalinan interaksi di antara mereka selama ini dengan cara berbeda. Ajakan-ajakannya yang selalu dituruti gadis itu, juga keriaan Tiara setiap kali bersamanya, bagi Theo adalah sebuah lampu hijau. Theo ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status