Share

Enam

Di dalam ring tinju terdapat dua orang lelaki yang sedang bertanding. Mereka saling pukul, mereka tidak ada yang mau mengalah. Saat kepalan tangan Bisma akan terkena wajah Dayva dengan cepat Dayva dapat menghindar. Kemudian Dayva membalas pukul dari Bisma, hingga pukulan itu terkena wajah Bisma. Mereka belum berhenti sampai terdengar suara menghentikan adu jotos.

"Wooii... Udah belum latihannya, udah satu jam ini!" protes Tirta dari bawah ring.

Mendengar suara Tirta mereka berdua menghentikan latihan dan secara bersama turun dari ring, melepaskan sarung tangan masing-masing. Tirta yang membawa botol air mineral di kedua tangannya dengan cepat diraih oleh Bisma dan Dayva.

"Aku tunggu di cafe depan," ajak Tirta

"Iya," jawab Dayva dan Bisma secara bersama, membuat mereka berdua saling menoleh.

Olahraga tinju ini sudah lama di geluti oleh Dayva bersama kedua temannya, mereka selalu menyempatkan latihan meskipun cuma satu minggu sekali seperti sekarang ini.

Tirta yang melihat kehadiran kedua temannya, memberi isyarat dengan cara melambaikan tangan kanannya.

"Udah ku pesenin kok..," ucap Tirta

"Oke," jawab Dayva dan Bisma bersama lagi, saling menatap kemudian saling membuang muka karena merasa geli melihat tingkah diri mereka sendiri.

"Dari tadi jawab bareng terus, Lama-lama geli aku lihat kalian berdua," sahut Tirta sambil menggerakkan bahunya.

Sambil meminum segelas jus semangka di campur kemangi Dayva berkata, "Bis, tolong cari informasi tentang cewek namanya Amelia calista,"

"Sapa tu cewek?" tanya Tirta.

"Mau tau aja kau itu, aku beri tugas buat kau, buatkan surat perjanjian nanti isi perjanjiannya aku kirim " balas Dayva

"Oke, besok aku kirim hasilnya," sahut Bisma.

"Laksanakan komandan," canda Tirta dengan menegakkan punggungnya dan memberi hormat dihadapan Dayva.

Profesi Tirta seorang pengacara yang sudah memikili kantor pengacara sendiri, dia juga menangani masalah hukum di perusahaan Dayva. Sedangkan Bisma memiliki kantor yang bergerak dalam bidang keamanan, disamping itu Bisma juga seorang hacker yang selalu menyelidiki terlebih dahulu latar belakang orang yang akan berkerja sama dengan perusahaan Dayva. Tidak heran jika usaha Dayva cepat berkembang karena di sampingnya terdapat orang-orang yang hebat pula.

****

"Bos, Bisma udah tungguin di dalam," panggil Toni, saat Dayva akan memasuki ruangan kantornya.

"Sudah lama?" tanya Dayva.

"Kira-kira sudah setengah jam," jawab Toni.

"Gimana hasilnya?" tanya Dayva tanpa basa-basi, sambil melangkahkan kakinya menuju kursi kebesarannya.

"Kau bisa baca sendiri," Bisma yang kaget dengan kehadiran Dayva sontak berdiri kemudian menyerahkan seberkas laporan kepada Dayva. Kemudian duduk didepan Dayva.

Dayva yang membaca laporan itu kemudian bertanya, "Trauma masa lalu? Apa hubungannya dengan berita ini?"

"Amel yang kau cari memiliki nama lengkap Amelia calista setyowan, dia diperkosa oleh tetangganya bernama Danu dan berita itu masuk kedalam media. Danu memang salah satu orang terpandang di daerah tersebut, sehingga istri Danu menuduh Amel yang telah merayu suaminya. Hal itu yang membuat teman dan para tetangga menghinanya," jelas Bisma.

"Lalu karena berita ini dia memiliki trauma?" tebak Dayva.

"Itu salah satunya, Amel mulai kecil hanya hidup berdua dengan ibunya. Bisa dikatakan Amel seorang yatim. Kemudian ibunya meninggal akibat tabrak lari oleh seorang yang tidak diketahui identitasnya, sejak saat itu dia mulai tertutup dan tidak percaya dengan semua orang. Demi menghindari hinaan dari para tetangganya, Amel memutuskan pindah ke kota ini," Bisma mengakhiri penjelasannya.

"Tabrak lari? Bisakah kau cari tau siapa yang menabrak ibu Amel?" pinta Dayva

"Akan aku usahkan, apa ada lagi? jika tidak ada aku akan pergi sekarang!" tanya Bisma.

"Tidak ada, kau boleh pergi," usir Dayva

"Jika sudah mendapatkan jawabannya, aku langsung hubungi kau," ucap Bisma, berdiri dari duduknya, melangkah keluar.

Dayva masih terdiam, sambil berpikir siapa pelaku tabrak lari itu dan berpikir bagaimana cara agar Amel sembuh dari traumanya. Dia tidak tau apa yang mendorong hatinya untuk menolong Amel. Saat ini satu kalimat yang terlintas di pikirannya. Amel harus sembuh.

****

Sudah pukul delapan malam saat bell apartemen Amel berbunyi. Gadis itu dengan sigap membuka pintu. Saat membuka pintu, dia kira yang datang abang ojol pengantar makan. Ternyata seorang lelaki yang telah menolong dia kemarin. Dengan cepat Amel akan menutup pintu kembali. Tapi, dia kalah cepat dengan Dayva yang sudah mengganjal pintu dengan kaki dan mendorong pintu untuk menerobos masuk. Sepertinya laki-laki itu sudah sangat hafal kebiasaan Amel.

"Ka-kauu? ma-mau apa datang kesini?" tanya Amel.

"kepala ku sakit, kau tidak lupakan siapa yang memukulnya?" tunjuk Dayva kearah kepalanya.

"Ba-baiklah, duduk di sofa. Aku akan membuat minuman untuk mu," ujar Amel.

Rasa bersalah Amel yang membuatnya dengan sangat terpaksa mengizinkan Dayva berada dirumahnya.

Gadis itu melangkah menuju dapur untuk membuatkan minuman. Sambil sesekali melirik Dayva yang berjalan mengelilingi apartemen kecilnya.

Sambil menunggu Amel, Dayva melihat isi apartemen gadis itu. Langkah kakinya terhenti saat melihat gambar-gambar langit yang melekat di dinding. Lelaki itu akan menyentuh gambar di dinding tapi tiba-tiba terdengar suara.

"Jangan sentuh barang ku!" perintah Amel.

Mendengar perintah Amel, Dayva secara langsung mengangkat kedua tangannya disamping dada dan membalikan badan menuju sebuah meja yang berada di depan dapur.

"Kau suka melihat langit?" tatapan mata Dayva yang menjelajahi isi apartemen

"...."  tak ada jawaban selain menganggukan kepala sambil menyodorkan segelas teh panas di depan Dayva yang sudah duduk di depan meja.

"Kau sendirian tinggal disini?"

"..." angguk Amel, langkah kakinya menuju meja tumpukan kertas dan mulai merapikannya.

Lelaki itu mulai meminum teh buatan Amel tapi..

"Panas...panas...," keluh Dayva memegang bibirnya membuat Amel menoleh kearah Dayva yang merintih kesakitan. Bukannya menolong Amel malah tertawa yang di tahan dengan mengeratkan kedua mulutnya.

"Kau sengaja membuat aku tambah sakit?" tuduh Dayva.

"..." tak ada jawaban dari Amel, dia hanya menoleh dan melirik Dayva dari tempatnya berdiri.

"Hai.. apa kau bisu? dari tadi aku mengajak mu bicara tapi, kau tak menjawabannya!" protes Dayva.

"Kalau kau tidak suka, silahkan pergi dari apartemen ku!" ucap Amel sambil melirik tajam Dayva.

Beberapa saat dua anak manusia tersebut terdiam, dengan pikiran yang sama-sama masih melayang. Hingga suara lelaki itu memecahkan keheningan, 

"Maaf, apa kau tidak lelah berada di dalam sini sendirian?" tanyanya.

"..." tetap saja Amel diam.

"Kau tau diluar sana banyak tempat-tempat yang sangat indah, apa kau tidak ingin melihatnya?" bujuk Dayva.

Amel yang mendengar ucapan Dayva semakin terdiam. Sampai suara bel kembali berbunyi. Amel segera membuka pintu diikuti Dayva di belakangnya.

"Kenapa kau mengikuti ku?" tanya Amel.

"Aku mau menjaga mu, mungkin saja orang asing yang datang kesini,"

"Apa kau tak sadar jika kau juga orang asing disini?"

"Aku bukan orang asing, kita kan sudah berkenalan, Apa kau lupa?" jawab Dayva sambil menaik turunkan alisnya.

"Terserah kau" jawab Amel, mengibas-ibaskan tangannya.

Amel membuka pintu, didepan pintu sudah terdapat abang ojol pengantar makan.

"Ini uangnya, Pak" ucap Amel sambil memberikan uang.

"Ini kebanyakan, Neng,"

"Gak pa-pa, kembalinya buat bapak aja,"

"Terima kasih, Neng,"

"Sama-sama, Pak,"

Abang ojol itu menyerahkan makannya. Tapi, saat akan diambil Amel dengan cepat makan itu sudah berada di tangan Dayva dan membawanya kedalam. Kemudian Dayva membuka makanannya tanpa seizin Amel.

"Kita makan berdua, yuk!" ajak Dayva

"Aku belum lapar, kau makan saja semua!"

Dayva yang mendengar jawaban Amel lalu memakannya dengan lahap tanpa memperdulikan Amel. Sedangkan Amel yang melihat kelakuan Dayva merasa jengkel.

"Kalau sudah kenyang cepat pulang!" usir Amel.

Karena di mulut Dayva masih mengunyah makannya, dia menjawab dengan ibu jari tangan kanan mengarah keatas. Tanda setuju.

Meskipun perut Amel terasa lapar dan perih dia tahan dengan sesekali menekan perutnya, rasa gengsi yang membuat dia tidak mau makan bersama Dayva. Di dalam hati dia berharap agar Dayva cepat pergi dari sini.

Dayva yang masih mengunyah makannya, diam-diam melirik Amel yang memegang perutnya. Niat Dayva agar Amel protes terhadap tingkah lakunya, namun hal itu tidak berhasil untuk Amel. Setelah kenyang Dayva pun pergi dari apartemen Amel.

Kemudian Amel membereskan semua alat makan yang telah di gunakan Dayva dan mencucinya. Saat mencuci peralatan yang kotor, Amel mendengar suara bell berbunyi lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status