"Kamu kenapa?" Bima menatap sekilas pada Laras yang kini duduk disampingnya, sambil mengemudi konsentrasi Bima sesekali memastikan Istri Kecilnya tak lagi tantrum.
Saat pamit dan menjemput Laras untuk dibawa ke rumahnya bukan Papa Rasyid dan Mama Lana yang membuat repot dan menyulitkan tetapi LARAS! Laras merasa bagai mimpi, kemarin Ia baru saja memergoki Alex Si Brengsek selingkuh dan esok hari, hari ini Ia menikah dengan Laki-Laki yang lebih pantas menjadi Ayahnya dan kini Laras dalam perjalanan menuju Rumah Suami. "Sayang, bagaimanapun, sekarang Kamu dan Bima sudah Suami Istri dan Istri harus bersedia dan siap tinggal dimanapun bersama Suaminya. Kamu harus ikut ke Rumah Suamimu. Sesekali datanglah kesini, jika rindu dengan Papa dan Mama. Itupun jika sudah diberi izin oleh Bima." Pesan Mama Lana yang diangguki meski dengan berat hati Papa Rasyid melepas Putri satu-satunya yang tanpa direncanakan kini sudah menjadi Istri dari Seorang Bimasena Arya Saloka. "Enggak cuma males aja kalo sampe harus ketemu sama Alwx Si Brengsek!" Laras menyilangkan kedua tangannya enggan menatap Bima. Tarikan nafas Bima seakan menegaskan bajwa ada hal besar dihadapannya yang segera harus Ia bicarakan dengan Alex putranya. Kenyataan bahwa kini, Laras adalah Istrinya yang semula adalah Pacar Alex atau Mantan Pacar Putrnya kini akan tinggal dirumah Mereka. Memang selama ini, dengan Materi yang Bima berikan melebihi dari kata cukup bagi Alex hingga Alex meminta dibelikan Apartemen sendiri dan lebih sering tinggal disana, Bima mengabulkan karrna memang sebenarnya Bima lebih banyak mengurus perusahaannya yang berada di luar negeri. Bima tahu akan Laras hanya sebatas tahu, namun tidak pernah mengenalnya secara dekat. Bahkan tak pernah ada komunikasi sebelumnya antara dirinya dengan Laras sebagai Pacar Putranya. Hingga Laras memergoki Alex berselingkuh bahkan sampai berani tidur dengan sahabat Laras, Bella, Bima baru mengetahuinya. Selama ini dunia Bima hanya bekerja, perusahaan dan begitu seterusnya. Bima merasa kecolongan dengan sepak terjang putranya yang rupanya sudah melebihi batas. Limpahan materi yang Bima berikan bukan dimanfaatkan dengan baik malah membuat Alex terlena dan berfoya-foya. Menyesalpun tak ada guna karena semua sudah terjadi, dan yang terpenting sekarang Bima harus menghadapi reaksi Alex. Perjalanan panjang seakan teroangkas oleh pikiran rumit yang kini membawa keduanya sudah berada didepan Kediaman milik Bimasena Arya Saloka. "Ini rumah Om?" Laras terkejut, tak menyangka Pacar Brengseknya alias Mantan bejatnya Alex tinggal dirumah semewah ini. Meski Laras bisa fahu dari segala yang menempel dari diri Alex, motor sport, mobil mewah dua pintu hingga apapun yang melekat dari diri Alex tidak ada yang murah dan kaleng-kaleng. Semuanya ori alias Asli. Tapi bukan itu yang membuat Laras menerima Alex sebagai pacar dan awet berpacaran selama dua rahun namun semua sudah tak berarti apa-apa saat ini, terlebih mirisnya Laras sekarang adalah Ibu Sambung Alex! "What! Anak tiriku, adalah mantan pacarku! Damn!" "Kamu mau terus di dalam mobil?" Suara bariton menyadarkan Laras san rupanya pintu disisi kirinya sudah dibuka oleh Bima yang menanti ia keluar mobil. Laras perlahan menjejakkan kakinya di pelataran luas Kediaman Bima. Terlihat beberapa orang mungkin satpam, pegawai atau pengurus rumah tangga yang kini berbaris rapi menyambut Mereka. Laras canggung. Dirumahnya mana ada yang seperti ini, paling Pak satpam dan Bibi yang bekerja dirumah sedangkan di rumah Bima Laras bagai sedang menonton drakor yang menceritakan para konglomerat. "Seperti yang sudah Saya sampaikan, mulai hari ini Laras adalah Nyonya dirumah ini, Laras adalah Istri Saya, jadi Kalian juga harus memperlakukan Laras dengan baik sepeeri Kalian memperlakukan Saya." "Baik Tuan. Mari Nyonya, Kami bantu membawa barang-barang milik Nyonya." "Nyonya?" "Sumpah! Gue gak lagi syuting FTV kan? Ini terlalu ajaib sih! Gue dipanggil Nyonya!" "Ras, Kamu kenapa?" Suara Bima membuyarkan lamunan Laras. Laras memberikan kopernya kepada salah satu pegawai dan berjalan mengikuti langkah Bima. "Tuan dan Nyonya mau makan dulu atau istirahat dulu? Jika mau istirahat sudah Kami siapkan seperti yang Tuan minta kamar sudah Kami sesuaikan untuk Nyonya." "Bentar? Kamar? Maksudnya gimana Om?" Bima memejamkan matanya. Padahal sudah Ia ingatkan bahwa stop memanggilnya dengan panggilan Om. Lihat! Semua pegawai Bima menatap aneh kepada keduanya. "Ras, Mas," "Eh, " Laras malah kaget sendiri, belum terbiasa dengan panggilan ajaib yang baginya aneh saja memanggil Bima begitu. "Mari Nyonya, silahkan." "Loh, Kita kemana ini, O, Mas?" Laras segera meralat panggilannya melihat mata Bima melotot. "Si Alex bokapnya galak banget! Ganteng sih! Tapi kayak kulkas dua pintu! Dingin banget!" Lagi-lagi laras dikejutkan dengan lift yang ada dirumah ini. Laras, Bima dan pegawai Mereka kini membawanya menuju Kamar Bima yang kini menjadi kamar Mereka berdua. Pintu Lift terbuka. Sebuah pintu besar menyambut keduanya. "Silagkan Tuan dan Nyonya jika ingin istirahat, Kami akan menyiapkan makan malam dulu." Sepeninggal para pegawai Bima segera menempelkan sidik jarinya ke handle smart lock kamarnya. "Beneran Sultan Si Om!" Laras segera melipat bibir mendapati wajah datar Bima yang dengan gerakan kepalanya meminta Laras juga masuk ke dalam Kamar Mereka. "Kamu mau berdiri disitu sampai kapan?" Melihat Laras masih celingak celinguk mengedarkan pandangan keseluruh bagian kamar membuat Bima harus angkat bicara. "Ini kamar Om?" "Ras," "Kita tinggal berdua, udah gak ada pegawai Om. Gappa kali Aku manggil Om aja. Aneh! Masa Aku manggil orang yang seumuran Papa pake Mas!" Bima sungguh dibuat terkesima dengan kata-kata Laras baru saja, namun inilah resiko dirinya menikah dengan perempuan yang mungkin lebih pantas menjadi anaknya. "Ras," "Iya, manggil mulu, kangen?" Laras tetaplah Laras, situasi apapun dibuat bercanda olehnya. Gemas juga Bima meladeni Laras. Bima berjalan mendekati Laras, " Saya belum sempat mendekor ulang Kamar Kita, jadi Kamu boleh masukan saja dulu baju Kamu disisi Kanan lemari dalam wardrobe Saya. Nanti Saya akan panggil orang desain interior untuk menata ulang kamar ini untuk Kita berdua." "Kita sekamar Om?" "Ya terus Kamu mau tidur pisah gitu? Jangan aneh-aneh Ras. Kita suami istri. Bagaimanapun semua tahu dan pegawai dirumah sudah tahu Kita Suami Istri. Akan aneh kalau Kita pisah kamar. Kenapa?" "Ih yang ada Om malah bakal ambil kesempatan sama Saya. Minta Malam Pertama lagi!" Laras, Laras malah memancinh di air keruh. "Oh, Malam Pertama ya? Tadinya Saya gak kepikiran sih, tapi kalau Kamu mau ayo aja! Mau sekarang? Saya sih siap-siap aja!" Sengaja Bima menantang Laras, penasaran juga dengan reaksi Wanita yang pernah dua tahun menjadi Pacar Putranya. Euts, Om jangan ngaco! Kita ini nikahnya aja dadakan! Ngalahin tahu bulet! Saya gak cinta sama Om! Mana bisa skidipappap kalo gak cinta! Saya pokoknya gak mau!" Laras menyilangkan kedua tangannya didepan wajah.25 Tahun Kemudian"Sayang, Kamu kok melamun sendirian disini?" Revano berjalan menuju balkon kamsr Merek, mendapati Sandra sedang menatap arra taman belakang sambil menyilang tangan dan tatapan teduh menikmati udara sore."Mas, Kaget Aku. Kapan pulang Mas?" Sandra merentangkan kedua tangannya, Revano dengan segera membawa Sandra dalam dekapan hangatnya.Bagi Sandra pelukan Suaminya adalah tempat ternyaman. Revano adalah rumah sekaligus pelipur lara dan temoat berbagi semua perasaan."Masih kaget aja lihat ketampanan Suaminya. Oh iya Sayang, Lusa ikut Mas yuk."Sandra masih betah menghirup aroma yang sejak dulu selalu membius dan memberikan ketenangan."Ada acara apa Mas?" Sandra melepaskan pelukannya namun Revano yang masih betah, hanya memutar tubuh Istrinya, kembali memeluk dari belakang."Mitra kerja Kita ada yang mengundang, Mereka mau merayakan ulang tahun pernikahan. Datang ya temani Mas. Gak enak kalau Mas gak datang.""Iya. Aku selalu temani Mas, kapan Aku pernah gak nemenin?"
Seminggu sudah sejak kepulangan Sandra dari Rumah Sakit. Melahirkan dua bayi kembar laki-laki. Paras keduanya masih bayi saja sudah tampan rupawan.Mereka plek ketiplek mewarisi gen Revano. Dengan bangga Revano bahkan memperkenalkan kedua anak Mereka dihadapan para undangan yang datang keacara Aqiqah kedua Putra Kembarnya.Acara aqiqah untuk Putra Kembar Sandra dan Revano berlangsung megah di salah satu ballroom hotel berbintang lima di Jakarta. Dekorasi bernuansa putih dan emas menghiasi ruangan, menciptakan suasana hangat dan khidmat sekaligus elegan. Sandra tampil anggun dalam balutan kebaya modern berwarna pastel, sementara Revano mengenakan setelan jas hitam rapi yang menambah kesan berkelas.Kerabat dekat dan relasi bisnis pasangan itu hadir dengan penuh antusiasme, membawa berbagai doa dan hadiah untuk Baby Rey dan Baby Rein yang baru berusia beberapa bulan. Suara tawa dan percakapan hangat memenuhi ruangan, sesekali terdengar suara bayi yang lucu dari kedua buah hati yang teng
Sandra terbangun dengan rasa aneh di kakinya yang basah oleh air. Pagi itu udara masih dingin, tapi tubuhnya mendadak hangat oleh gelisah yang sulit diungkapkan. Opa Narendra yang sudah tua namun sigap langsung tahu apa yang terjadi. "Sandra, ini ketubanmu pecah. Kita harus segera ke rumah sakit," ucapnya dengan suara berat tapi penuh perhatian.Sandra menatap Revano yang terlihat panik, wajahnya berubah seketika dari tenang menjadi cemas. Revano menggenggam tangan Sandra erat-erat, mencoba menahan rasa takut yang menguasainya. "Sayang, bertahan ya," bisiknya dengan suara bergetar, mencoba memberikan kekuatan meski hatinya sendiri tak kalah gentar. Sandra menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri di tengah rasa sakit yang mulai merayap. Ia tahu, waktu mereka sekarang sangat berharga.Sandra terbaring lemah di ruang persalinan, wajahnya yang biasanya cerah kini tampak pucat dan penuh kecemasan. Air ketubannya sudah mulai keruh, pertanda bahaya yang mengancam dirinya dan kedua buah
"Papa sama Mama mau balik?" Suasana meja makan dirumah Bima saat menikmati sarapan."Iya Bim, Papa ada urusan di kantor." Papa Rasyid meneguk kopinya setelah menjelaskan alasan keduanya buru-buru pulang."Mama juga?" Laras kali ini menatap wajah Mama Lana yang sedang menikmati Teh Melati."Iya Sayang, Mama ada janji sama temen Mama. Gapapa ya, nanti Mama main lagi kesini. Nginap lagi. Atau Kalian yang menginap di rumah Kami.""Iya Ma, Bima dan Laras akan sering-sering mengunjungi Mama. Iya kan Sayang?" Wajah Bima berseri, mengambil jemari Laras menggenggamnya Mesra.Hati orang tua mana yang tak bahagia melihat rumah tangga anak Mereka rukun dan harmonis."Oh ya Bim, Nanti Kalian juga sudah Mama jadwalkan soal Prewed. Pokoknya Kalian tahu beres deh!" Mama Lana memang seantusias itu mempersiapkan Resepsi Laras."Iya Ma. Mama kan udah kasih tahu Kita." Laras yang menjawab."Mama itu bukannya bawel Ras, tapi Mama ngerti Bima itu sibuk makanya Mama mengingatkan."Bima tersenyum, sepertinya
"Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja." Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka." "Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania
"Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja."Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka.""Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania p