Share

Bab 7

last update Last Updated: 2025-07-14 13:52:54

Setelah membuat kamar Bima berantakan, lebih tepatnya bagai kapal pecah, Laras dan Bima kini bisa kembali istirahat di dalam kamar setelah para ART membersihkan semua kekacauan yang Laras ciptakan.

Laras menatap dengan harap-harap cemas. Sejak tadi, Bima belum bersuara. Bagaimanapun kali pertama Laras memulai tinggal sudah menghancurkan kamar Bima.

"Om, Om marah ya sama Aku?" Laras sesekali melirik Bima yang kini duduk di sifa sambil menatap tabletnya.

Bima melepas kacamata bacanya, usia memang tak bohong, seperti pria pada umumnya yang sudah mengalami rabun dekat diusianya Bima memang sudah mengalami itu.

Laras sebenarnya masih kesal dengan Alex yang merusak semuanya. Tapi kini hanya Laras yang dibuat salah tingkah dihadapan Bima. Sedangkan Alex memilih entah pergi kemana setelah membuat masalah.

"Kamu masih mau berdiri disitu? Gak capek?" Bima sepertinya harus menyuapkan diri dengan reaksi apapun yang Laras berikan.

"Ya, capek sih, tapi dari tadi Om diam aja. Aku takut Om marah." Suara Larah yang semakin mengecil membuat senyum Bima terukir tipis. Namun Laras bisa menangkap senyuman minimalis dari Suaminya itu. What! Suami! Hampir saja lupa!

"Lebih baik Kamu istirahat saja sekarang. Disini." Bima menepun sisi ranjang sebelahnya. Bima beranjak lebih dulu ke ranjang. Tubuhnya letih, tapi pikirannya lebih letih. Sedangkan besok masih banyak yang harus Bima pikirkan. Paling tidak tidur mengurangi sedikit segala beban pikirannya saat ini.

Laras masih ragu. Iya sih. Sekarang Bima dan dirinya sudah Suami Istri, tapi kan Laras masih ngeri dong, iya dong! Tidur disamping Laki-laki dewasa, pasti gak aman kan? Iya kan?"

"Ras, Kamu mau disana, belum ngantuk? Kalau gitu Saya tidur duluan ya. Saya capek." Melihat Laras belum beranjak Bima memutuskan merebahkan dirinya di ranjang dan mengambil sisi kanan dan membiarkan sisi kiri dengan dihalangi guling agar Laras merasa nyaman.

Bima paham betul, Laras cemas. Bagaimanapun gadis seusia Laras pasti gak tak nyaman menikah dan kini harus seranjang dengan dirinya. Jarak usia Mereka sangat jauh dan Mereka menikah karena situasi. Bukan karena cinta.

"Kamu jangan khawatir, Saya memang sekarang Suami Kamu, tapi Saya bukan pemaksa. Dan Saya gak akan paksa Kamu melakukan kewajiban sebagai Istri."

Laras memasang telinganya lebar-lebar. Kata-kata Bima rasanya bisa dipegang. Tapi hati kecil Laras masih meragukan. Apa karena Bima dan dirinya hanya pasangan di atas kertas? Ah, mana ada laki-laki yang tak mencari kesempatan dalam kesempitan. Anaknya saja gak dikasih jatah sebagai pacar malah main kuda-kudaan dengan sahabatnya, lah ini Bapaknya! Duda senior woy! Masa iya gak nafsuan! Ups!

"Jadi, Kamu gak usah takut Saya bakal macam-macamin Kamu. Tapi kalau Kamu tang minta duluan, ya Saya sih Yes!"

"SORRY YE! OM KALI YANG NGAREP!" Laras mencoba percaya dan mulai naik ke ranjang disisi kiri dengan menambah kembali guling agar batas lebih tinggi dan menghalangi keduanya beradegan Iya-Iya.

Sepertinya malam berjalan mulus. Yang awalnya ragu dan takut, malah suara dengkuran Laras bisa Bima dengar.

"Katanya takut, tapi tidur duluan!" Lirih Bima setelah mengecek kondisi Laras disisinya melalui pembatas dua guling yang dibuat Laras.

Tak ada drama berpelukan atau bahkan kebablasan, Bima bangun lebih dulu sedangkan Laras masih tertidur. Satu-satunya drama yang terjadi adalah, Bima malah tak bisa tidur karena Laras bagai gangsing banyak gerak hingga Bima merasa terjajah di kasurnya sendiri.

"Kamu itu lucu Ras! Tidur aja kayak gangsing muter aja!" Bima yang baru saja selesai menunaikan shalat subuh, kini duduk di tepi ranjang memperhatikan wajah acak-acakan Laras lengkap dengan iler disudut bibirnya.

Sebetulnya Bima mau membangunkan Laras untuk subuhan bersama, namun Bima melihat noda di celana piyama Laras, Bima bukan anak kemarin sore tentu saja tahu kalau Laras sedang datang bulan dan tembus.

Bima tak marah juga meski darah haid Laras mengenai sprei dan selimut. Toh itu bisa dicuci dan diganti. Beres!

"Ras, bangun." Bima memberanikan diri memegang lengan Laras, setelah berkali-kali dengan suara Laras tak kunjung bangun.

Sambutan menguap Laras membuat Bima sedikit mundur, bukan karena bau hanya saja, Bima agak risih dan terkejut ada perempuan seperti Laras. Gak jaim dan apa adanya! Sedangkan selama ini perempuan yang mendekatinya bertopeng luar dalam.

"Apa sih Ma, Laras masih ngantuk! Kuliah kok!" Belum sadar bahwa mulai semalam Laras tidur di rumah Bima.

"Ras, bangun, Kamu inget gak sekarang Kamu dimana?"

Laras mengucek matanya, kesadarannya perlahan pulih, "Loh Om! Ngapain dikamar Aku!"

Laras dengan suara dan tatapan penuh intimidasi kepada Bima.

"Kamu ada dirumah Saya Ras. Kamu lupa?"

Laras memperhatikan sekelilingnya, "Astaga! Sorry, iya kamar Om! Ngapain sih bangunin Aku! Masih ngantuk Om!"

Laras baru saja mau kembali rebahan dan Bima sigap menahan lengan Laras," Eh jangan pegang-pegang! Semalam janjinya gimana ya?"

"Kamu jangan asal marah gitu, lihat dulu! Tuh!" Bima segera menunjuk pada bagian bawah Laras yang sudah berubah warna.

"Ahhh! Om apain Aku! Om, jahat! Katanya gak mau maksa, kok sampe berdarah gini! Om udah ngelecehin Aku!"

Bima memutar bola matanya, melihat Laras langsung tantrum, meraung dengan basah air mata Bima bingung harus bagaimana memulai memberikan penjelasan.

"Gak Anak! Gak Bapak! Sama aja! Sangean! Huaaaa!"

Bima tak percaya, Laras sefrontal itu berbicara dihadapannya.

"Kamu tenang dulu bisa?"

"Huaaaa! Gimana bisa tenang! Om udah lecehin Aku! Aku sampe berdarah-darah gini!"

"Astaga! Ras, coba Kamu cek, Kamu lagi period gak? Lagi pula darah Malam Pertama itu gak sebanyak ini," Bima mengusap wajah kasarnya.

Kemudian Laras berhenti meraunh, mengingat kembali dan mencerna kata-kata Bima, "Hape mana Om? Hapeku mana?"

"Mana Saya tahu Laras! KAMU semalam taro dimana," Frustasi! Bima hampir menyerah menghadapi Laras.

Larah kini berjalan mencari ponselnya yang nyatanya berada dibawah bantal yang Ia tiduri.

"Astaga!" Laras mengulum bibirnya, sejenak Ia melupakan sesuatu.

"Sekarang sudah inget?" Bima bisa menebak kelanjutannya.

"Maaf, Om, kayaknya Aku butuh pembalut deh!" Bodo amat soal malu, tapi ini urgent Laras lupa waktu datang bulannya dan sudah rembes kemana-mana dan satu hal yang Ia butuhkan PEMBALUT!

"Ini, Kamu mandi saja sekalian. Saya tunggu di bawah. Sekalian Kita sarapan dan Saya antar Kamu ke kampus."

"Makasi Om, Maaf, kasurnya jadi kotor." Malu juga sudah asal tuduh dan marah-marah.

"Ya udah. Ga usah dipikirin, nanti biar Bibi saja yang ganti sprei."

"Gak usah Om, biar Aku aja yang cuci, malu!" Laras mengulum bibir kemudian menunduk.

"Ya sudah senyamannya Kamu. Tapi ini berat Ras, kalau Kamu mau laundry juga gapapa. Nanti Saya yang antar ke laundrynya."

"Iya Om, gitu juga boleh. Makasi."

"Iya. Sekali lagi bilang makasih, Kamu Saya kasih piring!"

"Kok ketawa?" Bima mengernyitkan dahi melihat rekasi tawa Laras.

"Jokes Bapak-Bapak!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 51 THE END

    25 Tahun Kemudian"Sayang, Kamu kok melamun sendirian disini?" Revano berjalan menuju balkon kamsr Merek, mendapati Sandra sedang menatap arra taman belakang sambil menyilang tangan dan tatapan teduh menikmati udara sore."Mas, Kaget Aku. Kapan pulang Mas?" Sandra merentangkan kedua tangannya, Revano dengan segera membawa Sandra dalam dekapan hangatnya.Bagi Sandra pelukan Suaminya adalah tempat ternyaman. Revano adalah rumah sekaligus pelipur lara dan temoat berbagi semua perasaan."Masih kaget aja lihat ketampanan Suaminya. Oh iya Sayang, Lusa ikut Mas yuk."Sandra masih betah menghirup aroma yang sejak dulu selalu membius dan memberikan ketenangan."Ada acara apa Mas?" Sandra melepaskan pelukannya namun Revano yang masih betah, hanya memutar tubuh Istrinya, kembali memeluk dari belakang."Mitra kerja Kita ada yang mengundang, Mereka mau merayakan ulang tahun pernikahan. Datang ya temani Mas. Gak enak kalau Mas gak datang.""Iya. Aku selalu temani Mas, kapan Aku pernah gak nemenin?"

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 50

    Seminggu sudah sejak kepulangan Sandra dari Rumah Sakit. Melahirkan dua bayi kembar laki-laki. Paras keduanya masih bayi saja sudah tampan rupawan.Mereka plek ketiplek mewarisi gen Revano. Dengan bangga Revano bahkan memperkenalkan kedua anak Mereka dihadapan para undangan yang datang keacara Aqiqah kedua Putra Kembarnya.Acara aqiqah untuk Putra Kembar Sandra dan Revano berlangsung megah di salah satu ballroom hotel berbintang lima di Jakarta. Dekorasi bernuansa putih dan emas menghiasi ruangan, menciptakan suasana hangat dan khidmat sekaligus elegan. Sandra tampil anggun dalam balutan kebaya modern berwarna pastel, sementara Revano mengenakan setelan jas hitam rapi yang menambah kesan berkelas.Kerabat dekat dan relasi bisnis pasangan itu hadir dengan penuh antusiasme, membawa berbagai doa dan hadiah untuk Baby Rey dan Baby Rein yang baru berusia beberapa bulan. Suara tawa dan percakapan hangat memenuhi ruangan, sesekali terdengar suara bayi yang lucu dari kedua buah hati yang teng

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 49

    Sandra terbangun dengan rasa aneh di kakinya yang basah oleh air. Pagi itu udara masih dingin, tapi tubuhnya mendadak hangat oleh gelisah yang sulit diungkapkan. Opa Narendra yang sudah tua namun sigap langsung tahu apa yang terjadi. "Sandra, ini ketubanmu pecah. Kita harus segera ke rumah sakit," ucapnya dengan suara berat tapi penuh perhatian.Sandra menatap Revano yang terlihat panik, wajahnya berubah seketika dari tenang menjadi cemas. Revano menggenggam tangan Sandra erat-erat, mencoba menahan rasa takut yang menguasainya. "Sayang, bertahan ya," bisiknya dengan suara bergetar, mencoba memberikan kekuatan meski hatinya sendiri tak kalah gentar. Sandra menghela napas dalam, mencoba menenangkan diri di tengah rasa sakit yang mulai merayap. Ia tahu, waktu mereka sekarang sangat berharga.Sandra terbaring lemah di ruang persalinan, wajahnya yang biasanya cerah kini tampak pucat dan penuh kecemasan. Air ketubannya sudah mulai keruh, pertanda bahaya yang mengancam dirinya dan kedua buah

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 48

    "Papa sama Mama mau balik?" Suasana meja makan dirumah Bima saat menikmati sarapan."Iya Bim, Papa ada urusan di kantor." Papa Rasyid meneguk kopinya setelah menjelaskan alasan keduanya buru-buru pulang."Mama juga?" Laras kali ini menatap wajah Mama Lana yang sedang menikmati Teh Melati."Iya Sayang, Mama ada janji sama temen Mama. Gapapa ya, nanti Mama main lagi kesini. Nginap lagi. Atau Kalian yang menginap di rumah Kami.""Iya Ma, Bima dan Laras akan sering-sering mengunjungi Mama. Iya kan Sayang?" Wajah Bima berseri, mengambil jemari Laras menggenggamnya Mesra.Hati orang tua mana yang tak bahagia melihat rumah tangga anak Mereka rukun dan harmonis."Oh ya Bim, Nanti Kalian juga sudah Mama jadwalkan soal Prewed. Pokoknya Kalian tahu beres deh!" Mama Lana memang seantusias itu mempersiapkan Resepsi Laras."Iya Ma. Mama kan udah kasih tahu Kita." Laras yang menjawab."Mama itu bukannya bawel Ras, tapi Mama ngerti Bima itu sibuk makanya Mama mengingatkan."Bima tersenyum, sepertinya

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 47

    "Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja." Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka." "Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania

  • KAMU SELINGKUH? KUNIKAHI PAPAMU!   Bab 46

    "Rania? Kamu pulang sama Siapa?"Bunda Rita melangkah sambil tersenyum ramah, menyambut Rania dan Raka."Malam Tante, Saya Raka." Raka meraih tangan Bunda Rita memberi salam."Ayo masuk Nak Raka, Rania kok ada Tamu dibiarin aja."Rania ternganga, kenapa Bundanya jadi ramah banget.Tak mau repot memikirkan apa yang selanjutnya terjadi, Rania pun masuk dan kembali dibuat terkejut."Makasi Nak Raka sudah repot antar Rania, Ran, buatkan minum untuk Nak Raka.""Pak Raka mau langsung pulang Bun.""Kenapa juga mesti Gue bikinin minum nih orang! Ini lagi Bunda, malah disuruh mampir, masuk ke dalem.""Loh kok gitu Ran! Gak boleh Jutek begitu Sayang, Nak Raka memang buru-buru?"Tatapan Rania sudah ingin makan orang. Ini lagi Si Kulkas kenapa mode ramah sama Ibu-Ibu. Jangan-Jangan selera Si Kulkas yang STW begini. Rania memang suka ngawur jalan berpikirnya."Tidak kok Tante. Tante maaf tadi Saya ajak Rania dulu ke Bengkel. Mobil Saya dan Rania sekarang ada dibengkel dulu. Jadi Saya anter Rania p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status