"Kamu kenapa cemberut aja?" Sambil mengemudi, Bima memang menawarkan mengantar Laras ke Kampus, bagaimanapun sekarang Laras adalah tanggung jawabnya.
"Nanti Om gak usah ikut turun, kalo enggak turunin Aku gak usah di Kampus ya." "Loh, kenapa? Kamu malu kalo temen-temen Kamu tahu Saya anter?" "Ga gitu juga Om, Males aja debat lagi kalo ketemu sama Anak Om yang Brengsek!" Bima sudah memikirkan. Bertemu Alex di Kampus adalah kemungkinan terbesar yang sudah Bima perhitungkan. Laras dan Alex satu Kampus. Mereka hanya berbeda jurusan. "Ya gapapa lah kalau ketemu Alex, sekalian biar bisa bicara baik-baik." "Bicara baik-baik? Mana bisa! Om gak tahu aja anak Om itu keras kepala! Kalau sudah maunya ya maunya!" Bima menyetujui kata-kata Laras. Alex memang keras kepala. Bima saja sebagai ayahnya sering angkat tangan jika menasehati Alex. "Makanya lebih baik gak usah bentrok sama Dia Om! Bikin mood Aku jelek seharian!" Jalanan sedang bersahabat, lancar jaya hingga tak terasa sampai di depan kampus Laras. "Om nanti gak usah jemput deh! Aku pulangnya bisa naek taksi atau nebeng temenku." "Kamu emang pulang jam berapa?" "Tuh kan maksa, gapapa Aku pulang biasa kok. Cuma mau ketemu pembimbing, paling nongkrong bentar sama temenku, kenapa? Om gak lagi cosplay jadi Suami yang posesiv kan?" "Bukan gitu, Saya mau ajak Kamu kesuatu tempat? Bisa gak, jam 3 lah," "Bisa sih, tapi kemana dulu nih?" "Adalah nanti aja, kejutan!" "Gaya banget sih Om pake kejuran segala." "Laras!" "Duh, males banget!" Bima melirik ke depan, rupanya Alex yang memanggil Laras. "Om mau ngapain?" Bima tak memperdulikan Laras, dan kini Bima ikut keluar mobil berjalan mendekati Laras yang masih bersandar di depan mobil Bima. Wajah Alek tak bersahabat, menghampiri Laras dan Papanya Bima. "Semalam Kamu kemana Lex? Kenapa gak pulang?" Bima menyilangkan tangannya memulai konfrontasi sebelum Alex sang Anak buka suara. "Papa masih peduli sama Aku? Bukannya Papa semalam sibuk sama Istri baru Papa!" Alex dengan sengaja mengejek Laras dengan membawa nama Bima. "Jaga bicara Kamu Alex! Ini di Kampus, Kamu mau bikin nama Kamu buruk disini?" "Terus, yang sekarang Papa lakuin apa? Papa sengaja anter Istri Papa ini kesini, ke Kampus, padahal tahu Aku dan Laras satu Kampus, buat apa Pa! Buat Pamer! Kalo Kalian udah nikah!" "Alex!" Gamoir saja amarah Bima tersulut kalay tidak ditahan Laras. "Kenapa? Fak ada yang salah kan? Denger ya Lex! Gue sama Om Bima emang udab nikah! Dan Kami akan bikin resepsi dan undang temen-temen disini buat dateng ke acara Kita setelah Gue wisuda! Yang harusnya malu itu Lu! Sejak kapan Lu tidur sama Bella padahal semua tahu kalo Lo pacar Gue! Ups, sekarang sorry deh udah Mantan!" Ramai! Disaat yang sama Bella ada disana dan menjadi perhatian Mahasiswa lain yang memang sedang berada disana. Malu! Mau ditaro dimana wajah Alex dan Bella. Kini keduanya malah jadi pusat gunjingan Mahasiswa. Bukan pernikahan Laras yang menjadi topik utama. Tetapi perselingkuhan Alex dan Bella yang kini menjadi topik hangat dan Bella mendapat lavel PELAKOR! "Jadi Ras, Lo udah nikah nih ceritanya sama bokapnya Alex?" Teman sekelas Laras yang cukup dekat meski sebelumnya lebih dekat dengan Bella nyatanya Bella cuma pengkhianat. "Ya gitu deh. Baru siri sih, nanti setelah wisuda lah Gue sama Om Bima resmiin." "Wah selamat deh Ras. Gue doain Lo bisa langgeng sama Om Bima. Jodoh itu rahasia Tuhan banget ya Ras, Lo pacaran sama anaknya malah nikah sama Bapaknya." "Ya itu kan karena Si Kunyuk dan Si Gatel! Mungkin begitu kali jodoh Gue datengnya!" "Gak nyangka juga si Ras, Bella begitu. Tapi ya udah lah Ras mending sebelum Lo nikah sama Alex kan tahu kalau Mereka selingkuh." "Ya mungkin," "Oh ya Ras, Lo jadi kan mau bimbingan, yuk bareng Gua juga mau bimbingan nih!" Selesai bimbingan skripsi Laras tersenyum. Rasanya lega, minggu depan Laras bisa mengajukan sidang skripsi. "Lega tapi deg-degan! Tapi semangatlah!" "Semangat buat Kita Ras, biar cepet beres, cepet lulus!" "Lo emang mau ngapain setelah lulus Ras, secara sekarang Lo udah nikah." "Tahu juga deh Ran, Gue belum kepikiran. Apalagi mendadak Gue nikah, sama Om Bima pula, semua yang Gue rencanain dulu ya bubar!" "Sama sih, tapi Gue kepingin kerja dulu lah. Cari pengalaman." "Lo mau ngelamar kerja?" "Iya coba-coba aja." "Apa Gue juga kerja aja ya habis selesai kuliah, secara Gue fak rahu mau ngapain." "Tanya dulu Suami Lo, kan sekarang udah punya suami." "Dih, ribet banget!" Ponsel Laras berbunyi, rupanya Bima yang menghubungi. "Tuh kan, udah ada Suami dicariin kan." "Iya lagi, udah didepan, Gue duluan ya!" "Ya, hati-hati Ras." "Sip Nar. Oke, duluan Beib!" Laras keluar fakultasnya, melihat di parkiran mobil Bima sudah menunggu. Bukan di dalam mobil tapi di depan pintu mobil. Lebih menyebalkannya lagi, Suaminya malah menjadi santapan cewek-cewek lapar yang lewat sambil menyapa ganjen pada Bima. "Seneng, cuci mata! Tebar pesona banget nih ceritanya!" Laras membolakan matanya saat masuk ke dalam mobil. "Saya hanya balas karena mereka nyapa itu juga senyum aja, salah? Atau Kamu cemburu?" Bima memasang kacamata hitamnya dan mulai mengemudi. "Terserah deh! Atur aja sama Om! Kayak sugar daddy aja!" Bima tertawa tanpa mau menanggapi gerutu Laras dan kini keduanya sudah sampai ditempat yang Bima janjikan. "Ngapain Kita ke Showroom?" Bima tak menjawab, memilih keluar mobil dan melambai tangan pada Laras yang masih mematung depan mobil. Pegawai showroom begitu ramah menyambut kejadiran Bima dan Laras, kini keduanya dipersilahkan melihat-lihat mobil yanh terpajang. "Om mau ganti mobil?" "Buat Kamu. Pilih mau yang mana?" "Gak usah Om, Aku bawa aja mobil yang dirumah Papa." "Sekarang Kamu tanggung jawab Saya Laras, jadi termasuk kendaraan juga Saya tanggung jawab Saya." "Jangan nantang Om! Beneran nih?" "Saya gak bercanda. Pilih aja!" "Ok! Saya bakal pilih yang Saya mau ya!" "Silahkan!" Laras dengan happy dong, dalam hati kok bisa-bisanya si Om tahu brand mobil yanh sedang Laras idam-idamkan. Sudah lama sekali Laras ingin mobil ini dan Papanya bukan tak mau membeli hanya tak mau terlalu memanjakan Laras. Bima tersenyum, melihat keriangan Laras Bima sadar Ia memang menikahi perempuan yang masih muda belia bahkan Mantan Pacar Putranya. "Bener yang ini, mau ganti?" Bima saat menerima laporan dari Sales yang menemani Laras mengecek mobil pilihannya. "Ini aja Om!" "Kalau gitu diurus ya Mas," "Ras kasih identitas Kamu ke Masnya biar BPKB dan STNKnya diurus atas namamu." "Beneran ini Om, atas namaku?" "Ya kan Kamu yang mau pakai, masa Saya." "Ok! Makasi Om!" "Panggil yang bener Ras," "Makasi Mas Suami!" "Ya, okelah!"Suasana di Mansion Opa Arman saat makan malam bersama Bian dan Jefri terasa hangat dan menyenangkan, dulu Bian jarang sekaki mau pulang, seringnya menghabiskan waktu di apartemennya. Kini kehadiran Jefri ditengah keduanya membuat semakin dekat saja hubungan diantara Mereka. Opa Arman begitu bersyukur, akhirnya rumah yang memang seharusnya menjadi tempat Mereka pulang kini kembali berfungsi dengan sebenar-benarnya."Kalian berdua besok jangan kemana-mana." Opa Arman meneruskan suapan terakhir dari piringnya dan tandas tak bersisa."Memang ada acara apa Opa?""Iya Om, Jefri gak ada acara kemana-mana kok, orang yang mau diajak juga nolak terus.""Si Om kenapa jadi Cupis gini sih!""Ada aja istilahmu Bi, apa itu?""Curhat tipis-tipis!"Opa Arman menggelengkan kepalanya dengan ringan, melihat Bian memang selalu saja ada tingkah polahnya."Sudah pokoknya Kalian besok malam gak usah ada acara lain, Opa sudah booking Kalian berdua ikut Opa!""Duh berasa cowok apose Kita!""Bi, jangan suka bec
Langkah Bima terasa lebih ringan. Mendaoat dukungan dari kekuarga barunya, Bima merasa ada jalan keluar untuk mengurai satu per satu persoalan Alex.Sebelum ke kantor, Bima sengaja ke Rumah Sakit dulu, untuk melihat kondisi Alex dan Bella hari ini.Sesampai di rumah sakit, Bima bergegas menuju ruang rawat Alex, namun saat akan masuk ke dalam ruangan Alex Bima melihat dari celah pintu yang sedikit terbuka mendengar bahwa Bella yang duduk di kurai roda sedang bertatap tegang dengan Alex yang masih berada di atas brangkar.Bima menahan diri tidak masuk, ingin tahu apa yang Alex dan Bella bicarakan."Gugurkan!"DEG!Hati Bima mencelos. Bukan. Betul itu suara Alex? Bima masih menolak percaya indera pendengarannya yang menangkap kata-kata keji itu.Terlalu naif memang hati seorang orang tua yang selalu berpikir anak Mereka adalah anak baik. Namun Bima sadar, saat ini adalah kenyataan bukan imajinasinya."Lex, tapi dia ada karena kesalahan Kita, dia gal salah apa-apa," suara parau Bella, ses
"Menurut Papa, tidak apa-apa jika acara resepsi Kalian ditunda dulu, bagaimanapun Kamu harus merawat putramu dulu Bim." Semalam, Bima mengajak Laras, pulang. Bukan kerumahnya namun kembali ke rumah Papa Rasyid dan Mama Lana, kedua orang tua Laras.Bagaimanapun saat ini kedua orang tua Laras adalah Ayah dan Ibu Mertuanya juga. Bima menceritakan semua yang terjadi pada Alex.Dan sebagai orang tua, Papa Rasyid dan Mama Lana mengambil jalan tengah dan memberikan pendapatnya."Bim, yang sabar. Sebagai orang tua memang banyak sekali hal yang terkadang membuat Kita mengusap dada, dan terkadang Kita hilang sabar dalam menghadapi anak, namun begitu Mereka adalah tetap anak Kita. Saat ada kesalahan dan kekeliruan Mereka maka Kita sebagai orang tualah yang harus menasehati dan memberikan solusi secara bijaksana." Mama Lana bisa melihat, raut wajah menantunya yang lelah dan sedang banyak pikiran, apalagi tak mudah bagi Bima yang kini menghadapi dua persoalan serius soal Alex, Kecelakaan dan Ada
Langkah Bima dan Laras berjalan cepat menyusuri lorong Rumah Sakit tempat dimana Alex dirawat.Bima diberi kabar oleh pihak Rumah Sakit bahwa kondisi Alex yang baru saja kembali siuman setelah diberi obat penenang mendadak histeris saat dijenguk oleh seseorang."Lex," Bima dan Laras masuk bersamaan tepat saat melihat Bella sudah tersungkur dilantai sedangkan Alex berada tak jauh dari lantai juga sudah tergeletak dan selang infus lepas membuat darah di tangannya bercucuran.Tanpa aba-aba Laras menuju nursery room memanggil perawat mengatakan bahwa pasien atas nama Alex butuh tindakan.Sementara Bima segera membantu Alex yang masih kesulitan berjalan, kaki Alex masih dipasang gips dan tentu saja membuat Alex susah bergerak bebas.Bima tak bertanya mengapa Alex maupun Bella kini berada di lantai."Kamu, berdarah?" Belum selesai otaknya mencerna kondisi Alex, kini dihadapannya Bima dikejutkan oleh Bella yang berdarah disekitar pahanya dan mengalir hingga betis."Maaf, Pak Alex, Kami akan
Bima meraih ponselnya cepat, berbicara singkat di telepon dengan orang yang memberi kabar.Raut wajah santai Bima kini berubah seketika selepas menerima telpon, "Ada apa Om?""Saya harus ke Rumah Sakit sekarang. Alex kecelakaan." Bima dan Laras berpamitan dengan Papa Rasyid dan Mama Lana setelahnya segera berangkat menuju Rumah Sakit dimana Alex kini terbaring.Sampai di Rumah Sakit, bergegas Bima dan Laras menemui Dokter yang menangani Alex, beruntung Alex selamat namun luka-luka di kaki Alex butuh perawatan ekstra."Tapi bisa sembuh seperti sedia kala kan Dok?" Wajah khawatir Bima seakan separuh jiwanya ikut merasakan sakit yang kini Alex derita."Tentu bisa Pak Bima. Hanya saja butuh waktu dan perawatan intens. Akan ada terapi yang akan Kami berukan kepada Pasien setelah rawat inap selesai. Agar kondisi kaki Pasien bisa kembali beraktivitas seperti sediakala. Namun untuk saat ini, Kami sudah melakukan operasi dan pemasangan pen agar Pasien bisa perlahan sembuh meski dibantu dengan
Disini, di kantor WO terkemuka, Laras dan Bima serta Papa Rasyid dan Mama Lana, memilih konsep pernikahan yang diinginkan."Kamu maunya gimana Ras?"Laras menjelaskan keinginannya dihadaoan seorang WO yang diminta khusus melayani permintaan dan keinginan calon pengantin dihadapannya."Oke, Kami akan coba buat konsepnya seperti apa, besok, Mbak Laras dan Pak Bima bisa melihat dan memilih, konsep mana yang mau digunakan untuk resepsinya. Untuk gedung mau Kami yang carikan sekalian atau sudah ada referensi?""Kami akan coba cari dulu Mbak,"Kali ini Laras memang banyak ambil suara, karena kalau tanya Bima jawabnya terserah Laras mau seperti apa, Bima sih ikut saja.Setelah selesai urusan dengan WO, Laras dan lainnya menuju salah satu gedung yang biasa dipakai untuk acara resepsi pernikahan. Mama Lana menyarankan di hotel saja agar mudah, sedangkan Papa Rasyid mengatakan pakai gedung saja agar lebih leluasa, Bima sih terserah, sedangkan Laras, tahu mau seperti apa?"Serius Kamu mau resepsi