Arzetta, sayang. Selamat bekerja. Bos tampanmu ini akan berlibur sebentar. "Astaga!"Zetta mencengkram erat ponsel di tangan saat melihat pesan yang dikirimkan Alva lima menit yang lalu yang membuat darahnya mendidih. Di saat dia sedang sibuk-sibuknya ditambah persiapan acara pertunangan yang akan dilaksanakan tiga hari lagi, bos gilanya itu malah pergi berlibur sendirian secara mendadak di pagi hari. Zetta buru-buru melihat agenda Alva untuk hari ini dan terpaksa mengundurkan semua jadwalnya. Ternyata permintaan liburan ke Las Vegas kemarin bukan candaan belaka. Bosnya itu memang sudah berniat untuk melarikan diri."Bajingan itu!" Ucapnya geram setelah selesai menjadwal ulang agenda Alva dengan susah payah.Tring.Suara lift terbuka, Zetta menoleh dan melihat seseorang keluar dari sana membuat dia mengumpat serapah di dalam kepalanya untuk Alva Alexander atas kekacauan yang dia buat untuknya. Zetta mengepalkan kedua tangannya sesaat sebelum berdiri dengan senyuman ramah."Selamat p
Hilton Grand Vacation Hotel, Las Vegas"Hai."Zetta diam, melipat lengan di dada dan menatap tajam laki-laki di depannya yang hanya senyum-senyum."Kau seharusnya marah pada Alva bukan padaku," decaknya."Kenapa aku yang harus repot-repot membawa bos playboy itu pulang!" Gerutu Zetta. "Apa kau yang membawa Alva sampai sejauh ini di tengah jadwalnya yang sibuk?!""Tidak." Zafier mengangkat kedua tangannya, mengambil alih koper di depannya dan merangkul bahunya membawanya berjalan melintasi lobbi hotel yang ramai menuju ke arah lift. "Justru sebaliknya, dia yang menyeretku kemari. Percaya deh.""Kalian berdua laki-laki yang tidak bisa dipercaya!" Zetta melepaskan diri dari rangkulan Zafier, masuk ke dalam lift yang kemudian tertutup dan perlahan naik ke lantai atas. "Sebenarnya apa yang kalian berdua lakukan?!" Decaknya."Yah, hanya sedang mengambil liburan seperti yang Alva katakan!" Zafier tertawa melihat Zetta melotot. "Oke-oke. Kami hanya sedang mengulur waktu.""Untuk apa?""Yah, a
Zetta terpaksa mengabaikan telepon dari Jason karena dia tidak mau memancing keributan yang akan membuat Jason salah paham. Kepergiannya yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan dan bersama Alva Alexander pasti akan membuat Jason marah. Nanti saja saat kembali dia akan memberi tahu Jason dan menerima kemarahannya. Dihelanya napas panjang, mengambil handuk kecil yang dia letakkan di dahi Alva yang tubuhnya terasa panas dan membasahinya lalu meletakkannya lagi di sana. Entah akibat pukulan atau kaget karena bertemu lagi dengan luka masa lalunya yang membuat Alva sakit seperti ini membuat Zetta terenyuh. Laki-laki playboy yang selalu saja iseng dan menggoda orang itu ternyata menyimpan luka yang mendalam. Kepergian wanita Bernama Amira itu ternyata masih mempengaruhinya hingga saat ini. Zetta jadi tahu seberapa besar Alva mencintainya dan juga membencinya.“Kenapa harus saya sih pak yang susah sekarang?” gumam Zetta, membasahi leher dan dada Alva dengan air agar suhunya tidak semakin naik. Be
“Jason mencarimu sejak tadi karena tidak mengangkat telepon darinya.” Zetta diam, Jeremy menghela napas. “Dia nampaknya sangat khawatir.”“Tidakkah menurut Om dia terlalu berlebihan mengkhawatirkanku?” tanya Zetta, mencoba mengatakan kegusarannya tentang sikap Jason yang dia anggap berlebihan. “Aku tidak perlu dikhawatirkan sampai seperti ini.”“Kau tahu sendiri jika dari dulu dia selalu peduli padamu lebih dari yang kau pikirkan. Terlebih lagi ternyata dia menyimpan perasaan untukmu selama ini dan kau menyambutnya. Dia pasti tidak ingin kehilangan dirimu.”Tetap saja Zetta merasa kalau sikap Jason berlebihan terhadapnya. Zetta tidak tahu apakah hal itu sudah termasuk ke dalam obsesi atau memang hanya kekhawatiran biasa. Zetta memijit kepalanya yang agak berdenyut karena kejadian hari ini sungguh mengejutkan dan berlalu dengan cepat. Tiba-tiba saja dia ada di Las Vegas, menemani Alva berjudi hingga berkelahi entah dengan siapa dan akhirnya kembali pulang. Rasanya seperti mimpi yang te
“Zetta, Alva memberimu cuti.”“Hah?” Zetta belum sepenuhnya paham dengan ucapan Omnya yang siang ini meneleponnya. “Cuti?”Jason yang sedang menonton televisi di sampingnya menoleh ingin tahu.“Kenapa?”“Ada beberapa kekacauan yang harus diselesaikan Alva jadi untuk beberapa hari ini om yang akan menemaninya.”“Dia tidak memecatku?”“Untuk apa dia memecatmu,” decak Omnya. “Lain ceritanya kalau kau yang memang mau mengundurkan diri—”“Tidak,” sela Zetta.Omnya terdengar menghela napas, “Dengar, Arzetta. Kau tahu sendiri keadaan Alva saat ini yang sedang berusaha melepaskan diri dari pertunangan jadi dia ingin menyelesaikannya dulu agar kau tidak dilibatkan. Kau mengerti maksudnya kan?”“Kenapa bukan dia yang menghubungiku sendiri?”“Dia sedang memulangkan Cherry ke London.”“Oh.” Zetta tidak bisa berkata-kata. Mungkin posisinya akan berbahaya jika semakin memprovokasi Cherry. Terlibat skandal dengan Alva bukanlah hal yang bagus. “Baiklah kalau begitu,Om.”“Bagus kalau kau mengerti. Al
"Aku ingin kita saling menjauh.""Kenapa?" Tanyanya dengan tatapan nanar dan kaget."Kau terlalu posesive, Alva. Sudah cukup bertahun-tahun sebelum ini kita bersama. Aku ingin bebas melakukan apapun di luar sana.""Tidak!! Kau tidak boleh jauh-jauh dari aku, Amira. Kau itu calon istriku dan aku tidak pernah mengekangmu untuk melakukan apapun yang kau sukai tapi tetaplah di sampingku."Amira menggelengkan kepala, "Aku belum siap untuk menikah. Aku masih memiliki impian menjadi model.""Aku tidak pernah melarang keinginanmu itu, aku hanya tidak suka kalau kau terlalu memamerkan tubuhmu untuk lelaki di luaran sana," desisnya."Aku tidak mau di batasi. Jika aku masih bersamamu, aku tidak bisa menggapai impianku."Amira tersenyum sendu.Alva mengepalkan tangannya. Matanya berkilat oleh kecemburuan dan kemarahan. Seharusnya dari awal Amira tahu, kalau Alva hanya menginginkannya bukan yang lain. Sebelumnya mereka dalam keadaan baik-baik saja sampai Amira mendapat tawaran menjadi model untuk b
"Kalian datang untuk mengancamku?!" Desis Alex,Papanya Cherry.Alva duduk tenang di tengah-tengah Zafier dan Jeremy. Cherry menatap lekat Alva dengan pandangan benci di samping Papanya."Pak Alex, kita harus meluruskan sesuatu di sini." Alva duduk tegak memandang Alex lekat menunjukkan bahwa dia tidak takut dan terintimidasi. "Sejak awal, saya sama sekali tidak tertarik dengan Cherry dan tidak berniat untuk menjadikannya calon istri."Alex terlihat berusaha menahan amarahnya. Alva melanjutkan bicaranya."Tapi, anda tetap memaksa. Saya menyetujuinya dan mencoba tapi ternyata putri anda yang terhormat ini sama sekali tidak memiliki sopan santun. Jadi, akhirnya saya memutuskan untuk menghentikan perjodohan ini."Alex nampak meradang mendengar penjelasannya."Saya rasa tidak perlu saya jelaskan panjang lebar di sini. Saya hanya ingin menyelesaikannya dan pergi dengan cara kekeluargaan. Menurut saya, penarikan sejumlah saham di AlexanderCorp bukan sesuatu yang bijak di lakukan terlebih And
"Ah,ini baru yang namanya hidup lagi." Zetta menyendok es krim strawberry, memasukkannya ke dalam mulut dan mendesah nikmat. Jason yang duduk melipat lengan di depannya hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkahnya. "Makanan manis memang terbaik." Duduk berdua di balkon kamar, menikmati sarapan nyaman dengan pemandangan menara Eiffel di kejauhan setelah insiden Zetta yang memuntahkan sarapannya dan malah menginginkan es krim.“Zetta, kau yakin sudah tidak apa-apa?”Jason menatap khawatir, Zetta menggelengkan kepala karena perutnya yang tadi terasa bergejolak dan kepalanya yang sedikit pusing mulai menghilang setelah makan es krim.“Apa sebaikanya kita periksakan saja?"“Tidak usah. Sekarang aku merasa jauh lebih baik. Mungkin efek kelelahan karena seharian kemarin setelah dari rumah Kenzi, kita berkeliling Paris sampai malam.”"Kalau kau masih merasa tidak enak badan, kita periksakan ke dokter." Zetta mengangguk. Jason memajukan duduknya, meletakkan kedua lengan di atas meja dan