Beranda / Romansa / KARMA IPAR JULID / Bab 5 - Baku Hantam.

Share

Bab 5 - Baku Hantam.

Penulis: Azzila07
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-18 10:50:19

"To--long ... panggil RT. Kasihan Maya," Ibu menatap iba kearahku. Aku hanya bergeming, berpura tak melihat tatapan menyedihkan itu. Dari pada memisahkan Maya dan Yayah lebih baik aku menikmati tontonan ini.

 

Karna ... entah mengapa hatiku sangat puas melihatnya.

 

"Huhu, tolong siapa saja lapor RT," Ibu meratap keluar pintu, dimana tetangga sudah padat menyaksikan pertikaian ini.

 

"Itu si Maya beneran pacaran sama laki orang? Ya ampun. Malu-maluin ya, ga nyangka!" cibir suara sumbang dari kerumunan.

 

"Idih najis ya ... sampai dilabrak sama istri sah nya. Gelayy!" sahut entah suara siapa.

 

"Pantes selalu modis, selingkuhan Om-Om kali ya. Apa Aki-Aki? Haha ..." Gelak tawa meremehkan terdengar riuh. Ibu semakin merunduk, tak punya muka untuk membantah ucapan mereka.

 

Aishh ... kidmat sekali mendengarnya.

 

Bibirku tersungging dengan sendirinya, kutatap wajah Arya yang sudah membuka mata dengan rasa haru.

 

Lihatlah, sayang. Bahkan Bunda tak perlu repot, membalas mereka semua. Nenek dan Bibimu sudah mendapat hukuman dari orang lain.

 

"Mati lo jal*ng! Mati." umpat Yayah dengan wajah beringas, wajah Maya habis dicakar-cakar dan dipukul oleh Yayah. Aku bergidik ngeri melihat aksi perempuan gendut itu. Maya menjerit kesakitan meminta pertolongan.

 

"Lepas setaan ... laki lo sendiri yang ngejar-ngejar gue. Laki lo yang ngemis-ngemis ga mau gue tinggalin!" jerit Maya kesetanan sambil mendorong tubuh Yayah dengan kuat.

 

Cengkraman dirambut Maya terlepas, Yayah membeku mendengar ucapan Maya.

 

"Lo ngaca. Badan kaya gentong, bau tengik mana ada laki-laki yang tahan sama perempuan kaya lo!" nafas Maya terengah-engah, rambut yang biasa terurai rapih dan menawan terlihat kusut seperti kunti baru bangun tidur.

 

"Siaallan ... emang pelakor ga tahu diri lo ya!" Yayah yang mendengar makian Maya semakin melebarkan mata kebencian. Dengan cepat, dia kembali menubruk tubuh ramping Maya dan menarik kencang rambut panjangnya.

 

"Sakitttt ... Lepas! Awas lo gendut, gue aduin sama Bang Firman, biar langsung dicerain lo!"

 

Aku hanya bisa mengelus dada mendengar umpatan Maya, ternyata bukan hanya padaku dia berkata kasar. Tapi juga pada orang yang dianggapnya musuh. Benar-benar sakit jiwa dia.

 

"Nurma, panggil Pak RT. Pisahkan Maya dari perempuan gila itu!" Ibu menjerit meraung-raung kearahku. Aku hanya mengangkat bahu, pertanda tak peduli.

 

Enak saja menyuruh-nyuruh. Tidak ingat beberapa jam yang lalu dia bahkan ingin membunuh anakku. Walau pun Maya akhirnya mati ditangan perempuan gendut itu, aku benar-benar bodo amat. Malah bersyukur setidaknya sampah di dalam hidupku sudah berkurang satu.

 

"Hentikaan!!" Jerit Ibu bangkit dari duduknya, mata itu terbelalak lalu melangkah lebar kearah Yayah.

 

"Lepas aku bilang!" tanpa aku duga, Ibu menarik rambut Yayah dari belakang membuat kepala perempuan gendut itu mendongkak seketika.

 

Mila masih menangis ketakutan, melihat pertengkaran yang ada di depan matanya. Tubuhku sendiri mulai lemas, aku menjatuhkan tubuh diatas sofa. Aku hanya ingin menyelamatkan diri dan Arya, tak peduli dengan ketiga orang yang saling baku hantam itu.

 

"Ada apa ini!!" suara menggelegar Mas Andri terdengar. Dia langsung menerobos masuk, memisahkan Adik dan Ibunya.

 

Pasti sudah ada yang mengadu kalau ada keributan dirumah ini, jarak bengkel Mas Andri dan rumah hanya sekitar 15 menit berjalan kaki. Tentu saja, sudah banyak mulut yang bicara padanya.

 

"Diam lo jangan ikut campur!" bentak Yayah sambil menyentak tangan Mas Andri. Kulihat Ibu sudah tersungkur diatas lantai, entah apa yang terjadi.

 

"Andri ... tolong Adikmu." ratap Ibu sambil menangis sesegukan. Rambut yang biasa tercepol rapihnya pun, kini terlihat aut-autan. Benar-benar menyedihkan.

 

"Mbak ... berhenti!" Dengan keras, Mas Andri memisahkan Yayah dan Maya. Maya merunduk bersembunyi dibalik tubuh suamiku.

 

"Jangan melakukan kekerasa dirumah saya. Mau Ibu saya laporkan ke Polisi!" Ancam Mas Andri. Yayah bukan menciut, dia malah tertawa keras mendengar ocehan suamiku.

 

"Lapor! Lapor kalau berani, gua ga takut. Tapi sebelum lo laporin gua. Adek lo yang kegatelan ini yang akan lebih dulu masuk kedalam penjara, karna sudah berzinah dengan laki gua!"

 

Jeduarrr!!

 

Suara petir mengiringi ucapan Yayah, wajah manusia yang ada di dalam rumah menegang seketika termasuk aku.

 

"A-apa maksud Mbak?" Mas Andri tergagap saat melontarkan kata.

 

"Heh. Anda jangan menebar fitnah disini!" teriak Ibu masih tak mau kalah.

 

"Fitnah? Gua ga fitnah ini kenyataan!" sentak Yayah, menatap bengis kearah Ibu juga Maya bergantian. Maya meringsut, menutupi wajah babak belurnya.

 

"Sudah ... sudah! Masalah ini biar kita selesaikan dengan kepala dingin." ucap Mas Andri dengan wajah cemas.

 

"Cih! Kepala dingin," cibir Yayah mengejek ucapan Mas Andri.

 

"Tolong semuanya keluar ya. Ini masalah keluarga, aib keluarga." Mas Andri menggiring para tetangga yang ada didepan pintu untuk keluar.

 

"Hhuuuu!!" sorak mereka ramai-ramai, sepertinya tak terima Mas Andri mengusir mereka.

 

"Tolong, keluar. Jangan menambah pusing kepala," ucap Mas Andri.

 

Pintu rumah ditutup, namun dari jendela masih terlihat bayangan beberapa orang yang ingin menguping pembicaraan didalam rumah.

 

"Silahkan duduk dulu, Mbak. Ceritakan sama saya, kejadian yang sebenarnya." Mas Andri menunjuk sofa panjang pada Yayah.

 

Yayah menatap sinis, lalu menjatuhkan tubuh diatas sofa.

 

"Ada apa, Mbak?" tanya Mas Andri tak sabar.

 

"Ngapain lo tanya sama gua. Lo tanya sendiri sama Adek lo yang kegatelan itu." sentak Yayah.

 

Mas Andri mengusap wajah kasar, lalu menghela nafas dengan gusar.

 

"May ..." sorot Mas Andri menoleh pada Maya yang berdiri dibelakang tubuh Ibu.

 

Maya hanya diam, kulihat tubuhnya masih bergetar dengan hebat.

 

"May!!" bentak Mas Andri sambil bangkit dari duduknya, dan menarik kasar baju Maya.

 

"Iihh, apaan sih. Sakit tauk," cebik Maya tak terima diperlakukan kasar oleh suamiku.

 

"Jelasin sama, Mas. Bener lu pacaran sama suami orang!" tanya Mas Andri dengan nafas memburu. Maya menatap lekat Mas Andri, lalu membuang pandangan kearah lain. Tak menjawab satu kata pun.

 

"Kalau orang nanya dijawab. Jangan diam aja!" Lagi Mas Andri membentak.

 

Maya masih diam, wajahnya terlihat kesal dan marah.

 

"Lu budeg ya!" Mas Andri menoyor kepala Adik kesayangannya. Maya mengaduh, lalu menatap Mas Andri dengan mata melotot.

 

"Sudah, Mas. Sudah ... sabar," Ibu menengahi.

 

"Dasar sampah, kenapa ga mau jawab lo. Takut lo ya?" Yayah tersenyum mengejek kearah Maya.

 

Mas Andri menarik rambutnya, lalu menoleh pada Yayah.

 

"Mbak juga tidak bisa seenaknya memukuli Maya. Memang Mbak ada bukti, Mbak melihat sendiri dia jalan sama suami Mbak?" tanya Mas Andri. Sepertinya Mas Andri belum percaya, jika Maya pacaran dengan suami orang.

 

Yayah terkekeh, dan tersenyum sinis menanggapi ucapan Mas Andri. Yayah mengeluarkan gawai dari saku celananya. Sekejap dia memainkan gawai didepan kami, lalu menyodorkan gawainya pada Mas Andri.

 

"Lo liat dan pelototin tuh kelakuan Adek lo. Hebat, kalau lo ga jijik!" cibir Yayah dengan senyum menyerigai.

 

***Ofd.

 

Tinggalkan lope dan komen biar aku lebih semangat.

 

Jangan lupa subcribe cerita ini ya. 🤗🤗

 

 

 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KARMA IPAR JULID   Bab 44 - Mengintai Maya.

    "Tadi Ibu mimpi, Mila menangis kesakitan Pak, sambil menggendong bayi merah penuh darah. Huhuhu," Ibu menangis sesegukan, membuat hatiku sakit teriris-iris."Astagfirulloh ..." lirih Bapak dengan wajah sedih. Tangannya mengusap wajah dengan kasar."Istigfar, Buk. Jangan nangis gerung-gerung begitu, engga enak didenger tetangga." ucap Bapak sambil mengusap-usap pundak Ibu.Ibu masih terisak-isak, matanya bahkan tak bisa terlihat saking sembabnya."Ibu juga ga ngerti, Pak. Hati Ibu rasanya sakit, sediihhh saja bawaannya. Huhuhu," balas Ibu sambil sesegukan."Panggil Uwak Haji Sain, May. Suruh kesini, biar dibacain doa," titah Bapak. Maya langsung bangkit dari tempatnya, berjalan keluar kamar.Kupijiti kaki, Ibu dengan pelan. Sementara mulutku tak berhenti bergerak membaca ayat suci Alquran yang aku hapal.Aku merasa ada Mila ditengah-tengah kami, hari ini tepat kepergian Mila dua bulan. Mungkin saja, Mila datang kesini untuk melihat keadaan keluarganya."Ya Alloh, Buk. Nyebut, Buk ..."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 43 - Mila.

    Pov Andri.Ada rasa takut, saat Nurma mengingatkan masalah Mila dan mengaitkannya dengan Maya. Hatiku bahkan masih berdenyut ngilu, membayangkan hal buruk, jika memang Maya nekat mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.Sebagai seorang Kakak, aku memang mengakui kurang memberi perhatian pada kedua Adikku. Aku pun tidak ingin terlalu mencapuri masalah pribadi mereka. Aku menganggap semua baik-baik saja, dan menganggap mereka masih anak-anak.Ragu ... aku mengetuk pintu kamar Maya, hati tiba-tiba merasa tercubit saat melihat Maya membuka pintu dengan mata sembab dan memerah. Pipinya bahkan terlihat besar sebelah."Eh, Mas Andri," Maya sedikit tergagap melihat keberadaanku. Dengan cepat dia menundukan wajah dengan tangan meyeka wajah secara kasar."Ada apa, Mas?" tanya Maya, kali ini disertai senyum kecil yang menurutku terlalu dibuat-buat."Mas mau bicara," jawabku lalu berbalik badan melangkah menuju teras rumah.Kuhempaskan tubuh dikursi plastik depan jendela, tak lama M

  • KARMA IPAR JULID   Bab 42 - Mencoba.

    Selesai mencuci aku langsung membawa ember kesamping rumah, mumpung Arya masih terlelap aku segera menjemur pakaian.Maya meringis saat menghampiriku menjemur, dia mengamati gerakanku dengan tatapan lurus dan senyum simpul."Kenapa, May?" tanyaku. Maya menggeleng sambil tersenyum tipis.Belum selesai menjemur, suara tangis Arya terdengar dari dalam kamar aku langsung meninggalkan cucian beranjak menemui Arya."Aduh, anak Mamah. Baru tidur sebentar sudah bangun aja." gumamku sambil berbaring disamping tubuh mungilnya lalu mengeluarkan asi.Kumainkan gawai sambil menunggu Arya tertidur kembali, namun mata terasa berat hingga aku pun ikut tertidur disampingnya."Dek ..." tepukan hangat membuat mata mengejrap, menyipitkan mata saat samar melihat sosok Mas Andri yang duduk disampingku."Eh, Mas ..." pelan, aku melepas asi dari mulut Arya tangan kanan terasa sakit akibat terlalu lama miring menyusui."Pegal?" tanyanya."Heum," balasku sambil merentangkan tangan."Sholat sana, sudah jam sete

  • KARMA IPAR JULID   Bab 41 - Ulah Firman.

    Gawai ditanganku berdering, langsung menaruh ditelinga setelah menggeser tombol hijau."Ada apa, Dek?" tanya Mas Andri disebrang telepon."Bisa pulang sekarang ga, Mas?""Pulang? Ada apa emang?" cecar Mas Andri."Si Maya pulang sekolah wajahnya penuh lebam, katanya dipukulin sama Firman." jelasku sambil melirik kearah Maya yang masih menangis sesegukan."Hah! Apa?" teriaknya."Si Maya dipukulin Firman," jelasku."Huh! Astaga ... ada aja lagi, dah!" geram suamiku sambil memutus sambungan."Lu kenapa bisa dipukulin saja si Firman, May. Lu salah apa?" cicit Ibu dengan wajah cemas."Huhu ... Bang Firman ga mau diputusin, Bu. Dia marah-marah, dan mukulin Maya ..." adu Maya sesegukan."Ya Alloh, tega banget si Firman." Ibu mengelus dada."Sudah biarin, biar si Andri urusannya. Biar dia yang ngajar balik si Firman. Ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, kalau perlu kita tempuh jalan hukum!" sungut Ibu berapi-api sambil memegangi wajah Maya.Kusodorkan segelas air dingin kearah Maya,

  • KARMA IPAR JULID   Bab 40 - Babak Belur, Lagi?

    Aku pandangi wajah lelah suamiku, terpaan sinar matahari pantai membuat wajahnya sedikit kusam. Melihat wajah tenangnya, entah mengapa hati menjadi haru. Sikap Mas Andri yang semula dingin dan tak acuh perlahan mulai mencair."Dek ..." tubuh itu bergeliat, matanya mengejrap melihatku."Kok belum tidur?" Mas Andri beringsut duduk sambil menguap panjang."Iya, Mas. Ini mau tidur kok," jawabku seraya tersenyum."Sini ..." Mas Andri sedikit memberi ruang menepuk bantal disampingnya. Aku menurut, merebahkan tubuh didekatnya."Hujan-hujan gini, paling enak peluk kamu, Nur. Empuk," ucapnya sambil mendekap tubuhku lalu menarik selimut. Untuk sesaat mata kami saling beradu, Mas Andri tersenyum manis lalu memejamkan mata. Sepertinya Mas Andri sangat kelelahan.Adzan subuh berkumandang, gegas aku menuruni ranjang berjalan menuju kamar mandi. Mata menyipit, melihat Ibu yang sibuk didepan kompor."Masak apa, Bu?" tanyaku."Eh, sudah bangun Nur?" senyum Ibu merekah terlihat ringan tanpa beban."Sud

  • KARMA IPAR JULID   Bab 39 - Jalan-jalan.

    "Pagi, Mbak. Saya Firman, Maya nya ada?"Aku bergeming ditempat, nama Firman seperti familiar dipendengaran."Si-apanya Maya ya?" tanyaku."Temannya," jawabnya seraya tersenyum."Oh ... ya sudah, mari masuk." aku membuka pintu pagar dengan lebar lalu melangkah masuk kedalam rumah."Bu, Ibu ..." mata dan kakiku mengedar mencari keberadaan Ibu."Iya, Nur. Kenapa?" tanyanya."Ibu habis dari mana?" aku balik melempar tanya."Dari kamar Mila," lirihnya. Aku menarik nafas, sambil melengok pintu kamar Mila yang terbuka setengah."Itu ada tamu, namanya Firman. Dia bilang temannya Maya." jelasku."Firman?" Ibu menautkan alis. "Mau apa dia kesini?" tanya Ibu. Aku hanya mengangkat bahu.Dengan wajah cemas Ibu melewatiku berjalan menuju ruang tamu."Bu ..." aku lihat Firman tersenyum ramah, mencium tangan Ibu."Ada apa, Nak? Kenapa kesini, nanti istrimu ngamuk lagi mukulin Maya," tanya Ibu dengan wajah cemas.Oh ... jadi ini yang namanya Firman. Pacar Maya?"Saya mau cari Maya, Bu. Sudah satu min

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status