Home / Romansa / KARMA IPAR JULID / Bab 4 - Babak Belur.

Share

Bab 4 - Babak Belur.

Author: Azzila07
last update Last Updated: 2022-06-18 10:44:28

"Mana si Maya!" perempuan bertubuh gendut menatap murka kearahku, kedua tangannya berkacak pinggang dengan mata melotot dan nafas yang memburu.

 

Aku menoleh kebelakang, aku lihat tubuh Maya menggigil bersembunyi dibelakang tubuh Ibunya.

 

"Lu pasti bocah ingusan itu kan!" perempuan gendut melangkah maju, mendekati Mila.

 

"Bu-kan ..." Mila menggeleng cepat.

 

"Dasar pelakor, ga punya adab! Bukan sekolah yang bener malah obral sel*ngkangan sama suami orang!" sembur perempuan itu dengan nafas memburu, kedua tangannya langsung melayang dan mendarat dikepala Mila.

 

"Aduhhh ... sakiiiittt!" Mila memekik keras, memegangi rambut yang dijambak kencang oleh perempuan gendut itu. Aku mematung ditempat, jantungku berdetak dengan kencang.

 

Mengerikan sekali. Bagaimana ini?

 

"Mbak Nurma, toloong ..." Mila mengulurkan tangan kearahku.

 

Aku yang masih kaget dengan kejadian ini, hanya bisa terdiam. Tak tahu harus berbuat apa. Jujur saja aku sendiri takut melihat perempuan gendut itu yang mengamuk membabi buta.

 

"Mbak ... huhu," Mila semakin kesakitan, tubuh kecilnya tak seimbang untuk melawan.

 

"Lepas, Bu. Lepas, bukan dia yang namanya Maya. Dia Mila!" jeritku mencoba memisahkan keduanya.

 

"Jangan ikut campur lo. Gua inget betul muka busuk ini," balas perempuan gendut itu sambil melotot kearahku. Mila semakin menjerit, kepalanya tertunduk akibat serangan mendadak yang diterima perempuan itu.

 

Sekilas jika di perhatikan wajah Maya dan Mila memang terlihat mirip, apa lagi mereka hanya berbeda dua tahun. Garis wajah keduanya memang terlihat sama, mereka bahkan dijuluki si kembar dari kecil.

 

Arya yang sedang terlelap menangis kencang, kaget dengan kegaduhan yang terjadi didekatnya.

 

"Bu ... tolong, Bu!" jerit Mila meminta pertolongan pada Ibunya. Ibu yang mau beranjak menolong, langkahnya tertahan kedua tangannya dipegangi oleh Maya yang sudah menggigil ketakutan.

 

Aku yang tak tega, mencoba melepas cengkraman dirambut Mila. Namun perempuan itu semakin bringas. Malah mendaratkan pukulan dipundakku, membuat Arya semakin menangis kencang.

 

Tenaga perempuan itu benar-benar kuat, jejak tangannya pundakku bahkan terasa sangat perih dan panas akibat pukulannya.

 

"Lepas, Bu. Lepas!" aku masih mencoba memisahkan, melihat Mila yang semakin lemas hatiku tak kuasa melihatnya.

 

"Diam kau si*lan. Jangan ikut campur!" Makinya padaku.

 

"Ibu salah orang. Dia Mila, bukan Maya!" sentakku. Perempuan itu menoleh bengis kearahku, sepertinya dia mulai mencerna kata-kataku.

 

"Dia bukan Maya, Ibu salah." jelasku menatap lekat bola matanya. Aku menoleh pada Maya, perempuan gendut itu mengikuti arah mataku.

 

"Itu Maya. Dia bersembunyi diketiak Ibunya!" tegasku sambil menudingkan jari telunjuk kearah Maya. Nafas perempuan disampingku memburu, dihempasnya kepala Mila dengan kasar kesembarang arah. Mila tersungkur menangis memegangi kepalanya.

 

"Mbak, sakit ..." rintih Mila sambil bangkit dari tempatnya langsung memeluk tubuhku dengan erat.

 

"Huhu ... sakit, Mbak." Mila menangis tersedu-sedu. Aku hanya bisa mengusap-usap kepalanya, mencoba menenangkan.

 

"Jadi elu jal*ng kecil itu!" desisnya sambil menggulung lengang baju.

 

Maya semakin meringsek kebelakang tubuh Ibunya, matanya menyorot tajam kearahku. Seolah marah, aku sudah mengatakan persembunyiannya.

 

"Yayah, sabar Yah. Malu," seru perempuan yang sejak tadi ada dibelakang perempuan gendut itu.

 

"Ini rumah orang, malu tuh diliatin!" sambungnya sambil menunjuk kehalaman rumah. Ternyata diluar sudah banyak tetangga yang berkumpul, mereka berebut masuk menyaksikan keributan ini. Bahkan tetangga teman ghibah Ibu sehari-hari sudah berdiri paling depan dengan mulut mencebik kekiri kanan dan kepala maju celingukan.

 

"Gua ga peduli. Biar semua orang tau sekalian, kalau bocah gatel itu sudah genit merayu suami gua!" sahut Yayah, sambil menepis tangan temannya yang mencoba menghalangi langkahnya.

 

Maya semakin ketakutan, begitu pun Ibu yang wajahnya sudah memucat ketakutan.

 

"Usir dia Bu, usir!" titah Maya, menyuruh Ibunya.

 

Ibu tergagap, tubuhnya didorong-dorong maju oleh Maya.

 

"Pergi kamu dari rumah saya. Jangan membuat keributan disini!" sentak Ibu, dengan suara bergetar.

 

"Gua akan pergi, setelah menginjak-ijak kepala jal*ng itu!" sahut Yayah dengan mata memerah. Sebelum Maya melarikan diri memasuki kamar, Yayah sudah lebih dulu menghadangnya. Ibu yang mencoba memasang badan, tubuhnya langsung didorong hingga terjatuh diatas sofa.

 

Plak plakk!!

 

Dua tamparan bolak-balik mendarat keras dipipi mulus terawat milik Maya, dia menjerit kesakitan saat kepalanya ditarik dengan kencang oleh Yayah.

 

Huh ... sepertinya itu sangat sakit, aku dulu sering merasakannya. Aku jadi mengingat peristiwa yang sama beberapa bulan yang lalu. Melihat Maya menjerit memegangi kepala, kepalaku ikut berdenyut merasakan sakit.

 

'Hajar terus, Bu. Kalau perlu injak kepalanya,' bisikku dalam hati. Bibirku mengulum senyum, melihat kesakitannya.

 

"Dasar gatel! Banyak laki bujang, laki gua lo sikat. Udah ga laku lo ya!" sembur Yayah sambil terus melayangkan pukulannya pada tubuh Maya.

 

"Ampun ... Udah sakit. Ibu toloooong," rintih Maya sambil bercucuran air mata. Aku hanya meringis, sepertinya serangan Yayah memang sangat-sangat menyakitkan.

 

Yayah dengan leluasa menghajar Maya, tak ada seorang pun yang berani memisahkan aksinya. Maya pun tak kuasa melawan, Yayah yang bertubuh besar itu.

 

Ibu hanya menangis, meratapi anak kesayangannya yang dihajar habis didepan matanya sendiri.

 

"To--long ... panggil RT. Kasihan Maya," Ibu menatap iba kearahku. Aku hanya bergeming, berpura tak melihat tatapan menyedihkan itu. Dari pada memisahkan Maya dan Yayah lebih baik aku menikmati tontonan ini.

 

Karna ... entah mengapa hatiku sangat puas melihatnya.

 

***Ofd.

 

Yang mau next kilat jangan lupa tinggalkan komentar dan lope-lopenya ya. Itu sangat membuat aku bersemangat.

 

Jangan lupa subcribe dan vote bintang 5 cerita ini.

 

Salam hangat. 🤗🤗

 

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KARMA IPAR JULID   Bab 44 - Mengintai Maya.

    "Tadi Ibu mimpi, Mila menangis kesakitan Pak, sambil menggendong bayi merah penuh darah. Huhuhu," Ibu menangis sesegukan, membuat hatiku sakit teriris-iris."Astagfirulloh ..." lirih Bapak dengan wajah sedih. Tangannya mengusap wajah dengan kasar."Istigfar, Buk. Jangan nangis gerung-gerung begitu, engga enak didenger tetangga." ucap Bapak sambil mengusap-usap pundak Ibu.Ibu masih terisak-isak, matanya bahkan tak bisa terlihat saking sembabnya."Ibu juga ga ngerti, Pak. Hati Ibu rasanya sakit, sediihhh saja bawaannya. Huhuhu," balas Ibu sambil sesegukan."Panggil Uwak Haji Sain, May. Suruh kesini, biar dibacain doa," titah Bapak. Maya langsung bangkit dari tempatnya, berjalan keluar kamar.Kupijiti kaki, Ibu dengan pelan. Sementara mulutku tak berhenti bergerak membaca ayat suci Alquran yang aku hapal.Aku merasa ada Mila ditengah-tengah kami, hari ini tepat kepergian Mila dua bulan. Mungkin saja, Mila datang kesini untuk melihat keadaan keluarganya."Ya Alloh, Buk. Nyebut, Buk ..."

  • KARMA IPAR JULID   Bab 43 - Mila.

    Pov Andri.Ada rasa takut, saat Nurma mengingatkan masalah Mila dan mengaitkannya dengan Maya. Hatiku bahkan masih berdenyut ngilu, membayangkan hal buruk, jika memang Maya nekat mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan masalahnya.Sebagai seorang Kakak, aku memang mengakui kurang memberi perhatian pada kedua Adikku. Aku pun tidak ingin terlalu mencapuri masalah pribadi mereka. Aku menganggap semua baik-baik saja, dan menganggap mereka masih anak-anak.Ragu ... aku mengetuk pintu kamar Maya, hati tiba-tiba merasa tercubit saat melihat Maya membuka pintu dengan mata sembab dan memerah. Pipinya bahkan terlihat besar sebelah."Eh, Mas Andri," Maya sedikit tergagap melihat keberadaanku. Dengan cepat dia menundukan wajah dengan tangan meyeka wajah secara kasar."Ada apa, Mas?" tanya Maya, kali ini disertai senyum kecil yang menurutku terlalu dibuat-buat."Mas mau bicara," jawabku lalu berbalik badan melangkah menuju teras rumah.Kuhempaskan tubuh dikursi plastik depan jendela, tak lama M

  • KARMA IPAR JULID   Bab 42 - Mencoba.

    Selesai mencuci aku langsung membawa ember kesamping rumah, mumpung Arya masih terlelap aku segera menjemur pakaian.Maya meringis saat menghampiriku menjemur, dia mengamati gerakanku dengan tatapan lurus dan senyum simpul."Kenapa, May?" tanyaku. Maya menggeleng sambil tersenyum tipis.Belum selesai menjemur, suara tangis Arya terdengar dari dalam kamar aku langsung meninggalkan cucian beranjak menemui Arya."Aduh, anak Mamah. Baru tidur sebentar sudah bangun aja." gumamku sambil berbaring disamping tubuh mungilnya lalu mengeluarkan asi.Kumainkan gawai sambil menunggu Arya tertidur kembali, namun mata terasa berat hingga aku pun ikut tertidur disampingnya."Dek ..." tepukan hangat membuat mata mengejrap, menyipitkan mata saat samar melihat sosok Mas Andri yang duduk disampingku."Eh, Mas ..." pelan, aku melepas asi dari mulut Arya tangan kanan terasa sakit akibat terlalu lama miring menyusui."Pegal?" tanyanya."Heum," balasku sambil merentangkan tangan."Sholat sana, sudah jam sete

  • KARMA IPAR JULID   Bab 41 - Ulah Firman.

    Gawai ditanganku berdering, langsung menaruh ditelinga setelah menggeser tombol hijau."Ada apa, Dek?" tanya Mas Andri disebrang telepon."Bisa pulang sekarang ga, Mas?""Pulang? Ada apa emang?" cecar Mas Andri."Si Maya pulang sekolah wajahnya penuh lebam, katanya dipukulin sama Firman." jelasku sambil melirik kearah Maya yang masih menangis sesegukan."Hah! Apa?" teriaknya."Si Maya dipukulin Firman," jelasku."Huh! Astaga ... ada aja lagi, dah!" geram suamiku sambil memutus sambungan."Lu kenapa bisa dipukulin saja si Firman, May. Lu salah apa?" cicit Ibu dengan wajah cemas."Huhu ... Bang Firman ga mau diputusin, Bu. Dia marah-marah, dan mukulin Maya ..." adu Maya sesegukan."Ya Alloh, tega banget si Firman." Ibu mengelus dada."Sudah biarin, biar si Andri urusannya. Biar dia yang ngajar balik si Firman. Ibu tidak terima kamu diperlakukan seperti ini, kalau perlu kita tempuh jalan hukum!" sungut Ibu berapi-api sambil memegangi wajah Maya.Kusodorkan segelas air dingin kearah Maya,

  • KARMA IPAR JULID   Bab 40 - Babak Belur, Lagi?

    Aku pandangi wajah lelah suamiku, terpaan sinar matahari pantai membuat wajahnya sedikit kusam. Melihat wajah tenangnya, entah mengapa hati menjadi haru. Sikap Mas Andri yang semula dingin dan tak acuh perlahan mulai mencair."Dek ..." tubuh itu bergeliat, matanya mengejrap melihatku."Kok belum tidur?" Mas Andri beringsut duduk sambil menguap panjang."Iya, Mas. Ini mau tidur kok," jawabku seraya tersenyum."Sini ..." Mas Andri sedikit memberi ruang menepuk bantal disampingnya. Aku menurut, merebahkan tubuh didekatnya."Hujan-hujan gini, paling enak peluk kamu, Nur. Empuk," ucapnya sambil mendekap tubuhku lalu menarik selimut. Untuk sesaat mata kami saling beradu, Mas Andri tersenyum manis lalu memejamkan mata. Sepertinya Mas Andri sangat kelelahan.Adzan subuh berkumandang, gegas aku menuruni ranjang berjalan menuju kamar mandi. Mata menyipit, melihat Ibu yang sibuk didepan kompor."Masak apa, Bu?" tanyaku."Eh, sudah bangun Nur?" senyum Ibu merekah terlihat ringan tanpa beban."Sud

  • KARMA IPAR JULID   Bab 39 - Jalan-jalan.

    "Pagi, Mbak. Saya Firman, Maya nya ada?"Aku bergeming ditempat, nama Firman seperti familiar dipendengaran."Si-apanya Maya ya?" tanyaku."Temannya," jawabnya seraya tersenyum."Oh ... ya sudah, mari masuk." aku membuka pintu pagar dengan lebar lalu melangkah masuk kedalam rumah."Bu, Ibu ..." mata dan kakiku mengedar mencari keberadaan Ibu."Iya, Nur. Kenapa?" tanyanya."Ibu habis dari mana?" aku balik melempar tanya."Dari kamar Mila," lirihnya. Aku menarik nafas, sambil melengok pintu kamar Mila yang terbuka setengah."Itu ada tamu, namanya Firman. Dia bilang temannya Maya." jelasku."Firman?" Ibu menautkan alis. "Mau apa dia kesini?" tanya Ibu. Aku hanya mengangkat bahu.Dengan wajah cemas Ibu melewatiku berjalan menuju ruang tamu."Bu ..." aku lihat Firman tersenyum ramah, mencium tangan Ibu."Ada apa, Nak? Kenapa kesini, nanti istrimu ngamuk lagi mukulin Maya," tanya Ibu dengan wajah cemas.Oh ... jadi ini yang namanya Firman. Pacar Maya?"Saya mau cari Maya, Bu. Sudah satu min

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status