Share

Fitnah

Author: Irlina
last update Last Updated: 2023-09-05 20:00:50

"Gimana bu, Mia? Apa dia tidak marah-marah sama ibu,sama mbak juga?". Tanya Herman, melihat sekeliling rumah nampak bersih dan rapi. Tidak seperti pagi tadi,masih berantakan dan berdebu.

Bu Ratih dan Adel, sudah merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran kepada Mia.

"Tenggorokan ibu serak gara-gara memarahi, Mia. Mana dia berani membentak ibu dan mbak mu, Herman. Istri mu itu, benar-benar keterlaluan terhadap kami dan suka seenaknya saja". Ucap bu Ratih,dalam hatinya tersenyum merekah.

"Sialan, kurang ajar sekali Mia berani membentak ibu. Aku tidak terima ini,bu". Kata Herman, mengepalkan kedua tangannya.

"Dia juga mencaci maki,mbak. Mentang-mentang mbak ini,punya penghasilan sendiri katanya dan seenaknya sendiri menginjak harga dirinya". Sambung Adel, menyunggingkan senyumnya dan tak sabar melihat Mia di siksa Herman.

"Asalkan kamu tau, Herman. Ibu sama mbakmu,yang membereskan semua ini. Mencuci pakaian kalian, mencuci piring,ngepel,nyapu,buang sampah dan melap kaca jendela sudah berdebu. Kalau Mia,dia rebahan di kamarnya tanpa mengerjakan apapun. Kamu tau sendirilah, istri mu suka seenaknya sama ibu". Bu Ratih,kompak untuk memfitnah menantunya itu.

"Benar,kami tidak tega melihat mu kecapean pulang kerja dan rumah berantakan sekali. Terpaksa aku sama ibu, membereskan semuanya. Tau sendirilah Mia, tidak menyukai kami dan malah mengurung diri di kamar. Aku sama ibu, sudah memasak makanan untukmu makan malam". Adel, puas melihat raut wajah adik iparnya marah padam

"Iya,kamu tidak perlu marah-marah kepada Mia. Mungkin dia sudah tidak menghargai ibu sebagai ibu mertuanya". Bu Ratih, mengelus lembut punggung anaknya.

"Gak,aku harus memberikan pelajaran kepadanya. Sudah seenaknya memperlakukan ibu,mbak Adel, seperti ini. Lama-kelamaan dia ngelunjak bu, aku salah sudah memanjakan dirinya". Herman, bergegas mencari istrinya di dalam kamar.

"Aaakkhh... Ssshhhhttt...sakit,mas! Kamu kenapa,mas? Aku sangat lelah hari ini, izinkan aku istirahat sebentar". Mia, terkejut melihat sikap suaminya yang menyeret keluar kamar.

Mia, ketakutan melihat wajah suaminya memerah manahan amarahnya. Menoleh ke arah ibu mertua dan kakak iparnya, cuman terdiam tanpa ada memberikan jawaban apapun.

"Ya Allah,kamu kenapa mas? Salahku apa lagi,aku sudah mengerjakan tugas rumah ini". Kata Mia, menahan rasa sakit di bagian kakinya.

"Bohong! Kamu sudah berani berbohong kepada ku, Mia! Istri durhaka kamu, lancang berbohong kepada suami sendiri!"Teriak Herman,mencekal lengan istrinya.

"Mas,kamu apa-apaan sih? Aku tidak berbohong kepada mu,mas. Sakit mas, lepaskan cengkalan tangan mu". Pinta Mia, begitu kuat suaminya mencekram lengannya.

Plak!

Plak!

Dua tamparan keras di wajah, Mia. Dia sampai tersungkur di lantai, menahan perih di kedua pipinya. Air bening mengalir deras,betapa kejamnya sang suami.

Bu Ratih dan Adel, tersenyum sumringah melihat Mia di perlakukan kasar.

"Mas, kamu menampar ku lagi". Lirihnya Mia, menoleh ke arah sang suami dengan derai air matanya.

"Ck, jelaslah aku menampar wajah mu. Dasar istri durhaka kamu, begitu tega terhadap ibu dan kakak iparku. Kau malas-malasan mengerjakan rumah,membentak ibuku dan mbak Adel. Membereskan rumah kita yang berantakan, mencuci pakaian,memasak makanan untuk ku!" Teriak Herman, sambil menunjukkan jarinya ke wajah sang istri.

Deg!

Mia, menoleh ke arah ibu mertua dan kakak iparnya.Begitu tega memfitnah dirinya,lalu berbohong kepada suaminya itu.

Jadi ini,ide mereka meminta ku beristirahat di kamar sebentar dan memfitnah ku. Hebat sekali mereka, menyalahkan ku seperti ini. Akan aku ingat selalu, apapun berbuat kalian terhadap ku.Batin Mia, untuk saat ini biarlah dirinya mengalah.

"Mas, mereka berbohong kepada mu. Semua ini,aku yang mengerjakannya mas. Asal kamu tau,mulai pagi dan sampai malam ini. Aku belum makan mas, tanganku sudah gemeteran menahan lapar. Ibu dan mbak Adel, tidak membiarkan aku makan". Ucap Mia, menghapus air matanya luruh.

"Bohong! Dia sudah makan banyak,jangan percaya dengan ucapannya. Istri mu ini pandai bersilat lidah, Herman". Sahut bu Ratih, mendelik tajam ke arah Mia. Oh,kau tidak bisa membela dirimu sendiri. Herman,akan selalu percaya dengan ucapan ku.

"Benar sekali, Herman. Mia, ingin kami yang di salahkan olehmu. Terserah kamu saja,mau percaya atau gaknya. Iyakan,bu?". Adel, menyenggol lengan mertuanya. Hahahaha.. Rasakan mau Mia, tidak ada satupun yang membela dirimu.

"Mas,kamu harus percaya sama aku. Mereka yang berbohong kepada mu, memfitnah segalanya agar aku di salahkan olehmu. Mas,aku mohon kepadamu dan percayalah kepadaku". Mia, memohon kepada suaminya itu dengan tatapan iba. Ya Allah, begitu tega mereka melakukan hal ini. Mereka memfitnahku dan berbohong kepada suamiku. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?.

Plak!

Lagi-lagi Mia, mendapatkan tamparan dari suaminya. "Aku benar-benar kecewa kepada mu, Mia. Aku lebih mempercayai ibuku,di bandingkan kamu cuman menumpang di hidupku. Jangan sok-sokan terhadap ku,yang selalu memanjakan mu dulu. Saat ini,aku sudah sadar Mia dan tidak mudah di berdaya lagi. Aku akan memberikan mu ketegasan sebagai seorang istri, tidak pantas berbicara keras kepada ibuku". Ucap Herman, jarinya mendorong kepala istrinya.

Mia, menangis kesegukan meratapi nasibnya sendiri. Suaminya sendiri tak mempercayai ucapannya, sungguh puas melihat raut wajah ibu mertuanya dan kakak iparnya itu. Sudah membuat dirinya salah di mata suaminya, pasti mereka kegirangan melihat dirinya menderita.

"Herman, sudah nak. Jangan memarahi istrimu lagi,kamu bersihkan diri dan kita makan sama-sama". Bu Ratih, mencoba membujuk anaknya dan mengambil perhatiannya juga.

Herman, memejamkan matanya sekilas dan menghala nafas beratnya. "Makasih bu,atas semuanya ini. Aku salah bu, memiliki istri yang tidak becus mengurus ku dan membentak ibu juga".

"Kamu tegas mas, tidak mempercayai ucapan ku. Hatiku sakit sekali mas,aku benar-benar kecewa sama kamu". Kata Mia, beranjak pergi meninggalkan mereka dalam keadaan pincang. Menutup pintu kamar sebelah, menumpahkan rasa sesak di dadanya.

"Sudahlah,jangan kamu pikirkan istri mu itu. Tidak perlu membujuknya Herman,nanti malah ngelunjak loh". Bu Ratih, mencegah kepergian anaknya untuk menyusul sang istri.

"Herman, mendingan kamu mandi dulu. Setelah itu,kita makan malam sama-sama yah. Setelah makan nanti,antar kami pulang ke rumah". Sahut Adel, tersenyum manis.

Herman, mengangguk patuh dan masuk kedalam kamar untuk mengambil handuknya.

Bu Ratih dan Adel, cekikikan menahan tawanya karena berhasil mengelabui Herman. Membuat Mia,di benci oleh suaminya sendiri dan tidak mendapatkan kepercayaan lagi.

"Inilah akibatnya sudah membentak ibu tadi siang, rasakan mendapatkan pelajaran dari Herman". Kata bu Ratih, menyunggingkan senyumnya.

Mia, bersandar di balik pintu kamar dan menangis histeris meratapi nasibnya saat ini.

Mampukah Mia, melewati masalah ini? Bisakah dirinya mengambil kepercayaan sang suami,tanpa ada bukti apapun.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Tamat

    Sebenarnya Herman, ingin sekali menunggu Rama dan Megan keluar dari hotel tersebut. Ingin mengikuti Rama pulang, mengetahui dimana tempat tinggalnya.Akan tetapi,ada orderan taksi online masuk dan harus ke tempat lokasi. Mana mungkin menolak Rezeki, suatu saat nanti bakalan ketahuan juga dan harus bersabar kali ini.Semenjak mengetahui Megan berselingkuh, Herman bersikap dingin dan tidak memberikan uang lagi. Diam-diam mengikuti Megan, mengambil bukti-bukti perselingkuhan mereka berdua.Ketika bukti sudah terkumpul jelas waktunya mencari istri sah Rama dan bersama-sama membongkar perselingkuhan mereka berdua.Herman, pertama kali melihat istri Rama rupanya seorang wanita karir dan pemimpin perusahaan. Mereka berdua bertemu di sebuah restoran ternama di kota ini,tak sabar memberitahu perselingkuhan mereka berdua."Kenalkan nama saya, Andini". Kata wanita itu, tersenyum ramah terhadap Herman."Saya Herman, seorang taksi online". Herman, menyambut uluran tangan Andini dan duduk di kursi."

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Selingkuh

    Beberapa hari kemudian, Herman mulai bekerja sebagai taksi online tanpa sepengetahuan istri dan mertuanya."Mau kemana kamu, Megan?". Tanya Herman, akhir-akhir ini sang istri jarang di rumah. "Sepagi ini,kamu mau pergi tanpa menyiapkan keperluan suami. Malam tadi kamu pulang larut malam loh, sebenarnya kemana kamu?"."Hussssttttt... Terserah akulah mas,aku mau jalan-jalan sama teman-teman aku. Jangan lupa transfer uang lima juta yah,aku mau shopping mall". Kata Megan, sambil mengoles lipstik di bibirnya."Tidak. Aku sudah mentransfer uang kemarin sekitar 3 juta,jangan terlalu boros Megan. Apa kamu tidak memikirkan perasaan ku,ha? Setiap hari bekerja tanpa mengenal lelah, sedangkan kamu di rumah enak-enakan dan nongrong sama temanmu". Herman, mengusap wajahnya dengan kasar."Aduhhh...Jangan pelit-pelit sama istri mas,aku Megan bukan mantan istri mu yang diam saja. Secepatnya kamu transfer uang ke rekening ku,jangan lupa mas. Aku tidak segan-segan memberitahu sikap mu kepada kedua orang

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Menguji Kesabaran

    Herman, memasuki tempat tinggal ibu kandungnya. Sangat sempit sekali, perabotan rumah tangga cuman seadanya saja. "Inilah tempat tinggal ibu, seadanya dan sempit. sedangkan kamu masih enakan, tinggal di rumah mertua". Kata bu Ratih, menyusun belanjaan tadi."Yang salah siapa,bu? Dulu,aku sudah memperingati jangan percaya dengan ucapan bang Lingga. sekarang ibu pasti menyesal bukan, coba menuruti perkataan ku dan ibu tidak akan tinggal di sini". Sahut Herman, mengusap wajahnya dengan kasar. memikirkan bagaimana nanti,jika istri dan keluarganya tau dirinya sudah di pecat dari pekerjaannya."Coba aja,kamu membayar perbulannya di juragan Karto. Ibu dan adikmu,gak bakalan di tinggal di sini. Malah Megan, enak-enakan menikmati gaji mu". Bu Ratih, menoleh ke arah anaknya itu."Ngapain aku capek-capek membayar di tempat juragan, Karto? yang menikmati uangnya siapa,bu? Lagipula sekarang aku sudah tidak memiliki pekerjaan apapun, aku tidak bisa membantu kebutuhan ibu. carilah bang Lingga, lagi

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Dipecat

    "Dani,kamu ada uang? Beras dan bahan dapur pada habis loh. Mana bayar kos bulan ini, abangmu Lingga gak pulang-pulang beberapa hari". Kata bu Ratih, mendekati anal bungsunya."Aduh...Aku capek bu, gajihan masih lama. Aku bakalan bayar tempat tinggal kita kok,kalau bahan dapur dan lainnya uangku gak bakalan cukup. Coba ibu mikir deh,cari kerja apa kek gitu". Kata Dani,mendengus dingin."Ya sudah, ibu minta sama Herman nanti". Kata bu Ratih, langsung masuk kedalam tempat tinggalnya. Mata tertuju pada tudung saji,cuman ada tempe goreng dan nasi. Mau tidak mau,memakan seadanya karena perut sudah keroncongan sejak tadi"Kenapa kehidupan ku berubah drastis seperti ini? Bahkan makan tidak sanggup beli ikan atau telor". Gumam pelan, memaksakan satu-persatu suapan ke dalam mulutnya."Lagi-lagi tempe terus, badanku kurus kering bu. Tiap hari makan seperti ini, menyebalkan sekali". Dani, memijit pelipisnya dan menatap menu makanan di depannya itu."Makan yang ada Dani,siapa tahu abangmu Lingga

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Gagal

    "Bang,tadi bu Arin ada ke peternakan sapi?". Tanya Mia, mendongakkan kepalanya menatap wajah sang suami."Ada. Beliau meminta untuk menjemput anaknya di kampus,tapi abang sibuk banget.Lagipula abang,malas meladeni ucapan bu Arin. Apa kata orang lain dek, Dania menolak perjodohan itu. Tapi,aku mau-maunya membantu. pastilah orang-orang berpikir aneh-aneh,iyakan?". Kata Gabbar, mengecup bibir Mia."Kayanya bang, Dania nyesal menolak perjodohan itu. Aku takut bang,kalau bu Arin ngomong macam-macam sama ibumu. Takutnya meminta abang, menikahi Dania". Mia, tertunduk sedih."Ee.. Kamu ngomong apa sayang? Ibu,gak bakalan ngomong seperti itu. Lagipula yah, ibu sudah kecewa berat dengan bu Arin karena masalah itu. Satu hal lagi,abang mana mau sama Dania. Sekarang abang, bersyukur memiliki istri seperti mu". Gabbar, menangkup wajah istrinya itu."Makasih,banyak bang.Aku benar-benar takut hal itu terjadi, karena aku mencintaimu bang". Kata Mia, tersipu-sipu malu. Entah sejak kapan,cinta itu tumbu

  • KAU CAMPAKKAN DIRIKU    Rencana Licik

    Adel dan teman-temannya, tercengang melihat Gabbar menggesek kartu untuk membayar makanan."Ayo, kita pulang ke hotel lagi". Kata Gabbar, masih terdengar oleh mereka."Iya,bang". Jawab Mia, tersenyum manis. "Mbak Adel dan lainnya, permisi dulu yah". pamit Mia, bergandengan tangan dengan suaminya itu.Adel,nampak tak suka dengan Mia yang sok belagu. "Masa sih, mereka nginap di hotel?"."Bisa jadi, kayanya suami Mia banyak uang deh". Sahut lainnya."Gak mungkin deh,kan suaminya seorang petani doang". Bantah lainnya,sambil menikmati hidangan di meja.Duhhh... Pasti harga makanannya mahal-mahal ini,sialan Mia benar-benar menjebak ku.Batin Adel, berharap uangnya cukup membayar makanan mahal yang mereka pesan."Pssstt... Kita bayar makanan ini, patungan kan?". Tanya teman Adel,karena uangnya tidak cukup."Iya-iya,kita patungan bayarnya. Masa iya, gak patungan". Sahut Adel, yang di angguki oleh lainnya juga.********************************Puas rasanya liburan bersama sang suami, pagi-pagi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status