Share

Fitnah

"Gimana bu, Mia? Apa dia tidak marah-marah sama ibu,sama mbak juga?". Tanya Herman, melihat sekeliling rumah nampak bersih dan rapi. Tidak seperti pagi tadi,masih berantakan dan berdebu.

Bu Ratih dan Adel, sudah merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran kepada Mia.

"Tenggorokan ibu serak gara-gara memarahi, Mia. Mana dia berani membentak ibu dan mbak mu, Herman. Istri mu itu, benar-benar keterlaluan terhadap kami dan suka seenaknya saja". Ucap bu Ratih,dalam hatinya tersenyum merekah.

"Sialan, kurang ajar sekali Mia berani membentak ibu. Aku tidak terima ini,bu". Kata Herman, mengepalkan kedua tangannya.

"Dia juga mencaci maki,mbak. Mentang-mentang mbak ini,punya penghasilan sendiri katanya dan seenaknya sendiri menginjak harga dirinya". Sambung Adel, menyunggingkan senyumnya dan tak sabar melihat Mia di siksa Herman.

"Asalkan kamu tau, Herman. Ibu sama mbakmu,yang membereskan semua ini. Mencuci pakaian kalian, mencuci piring,ngepel,nyapu,buang sampah dan melap kaca jendela sudah berdebu. Kalau Mia,dia rebahan di kamarnya tanpa mengerjakan apapun. Kamu tau sendirilah, istri mu suka seenaknya sama ibu". Bu Ratih,kompak untuk memfitnah menantunya itu.

"Benar,kami tidak tega melihat mu kecapean pulang kerja dan rumah berantakan sekali. Terpaksa aku sama ibu, membereskan semuanya. Tau sendirilah Mia, tidak menyukai kami dan malah mengurung diri di kamar. Aku sama ibu, sudah memasak makanan untukmu makan malam". Adel, puas melihat raut wajah adik iparnya marah padam

"Iya,kamu tidak perlu marah-marah kepada Mia. Mungkin dia sudah tidak menghargai ibu sebagai ibu mertuanya". Bu Ratih, mengelus lembut punggung anaknya.

"Gak,aku harus memberikan pelajaran kepadanya. Sudah seenaknya memperlakukan ibu,mbak Adel, seperti ini. Lama-kelamaan dia ngelunjak bu, aku salah sudah memanjakan dirinya". Herman, bergegas mencari istrinya di dalam kamar.

"Aaakkhh... Ssshhhhttt...sakit,mas! Kamu kenapa,mas? Aku sangat lelah hari ini, izinkan aku istirahat sebentar". Mia, terkejut melihat sikap suaminya yang menyeret keluar kamar.

Mia, ketakutan melihat wajah suaminya memerah manahan amarahnya. Menoleh ke arah ibu mertua dan kakak iparnya, cuman terdiam tanpa ada memberikan jawaban apapun.

"Ya Allah,kamu kenapa mas? Salahku apa lagi,aku sudah mengerjakan tugas rumah ini". Kata Mia, menahan rasa sakit di bagian kakinya.

"Bohong! Kamu sudah berani berbohong kepada ku, Mia! Istri durhaka kamu, lancang berbohong kepada suami sendiri!"Teriak Herman,mencekal lengan istrinya.

"Mas,kamu apa-apaan sih? Aku tidak berbohong kepada mu,mas. Sakit mas, lepaskan cengkalan tangan mu". Pinta Mia, begitu kuat suaminya mencekram lengannya.

Plak!

Plak!

Dua tamparan keras di wajah, Mia. Dia sampai tersungkur di lantai, menahan perih di kedua pipinya. Air bening mengalir deras,betapa kejamnya sang suami.

Bu Ratih dan Adel, tersenyum sumringah melihat Mia di perlakukan kasar.

"Mas, kamu menampar ku lagi". Lirihnya Mia, menoleh ke arah sang suami dengan derai air matanya.

"Ck, jelaslah aku menampar wajah mu. Dasar istri durhaka kamu, begitu tega terhadap ibu dan kakak iparku. Kau malas-malasan mengerjakan rumah,membentak ibuku dan mbak Adel. Membereskan rumah kita yang berantakan, mencuci pakaian,memasak makanan untuk ku!" Teriak Herman, sambil menunjukkan jarinya ke wajah sang istri.

Deg!

Mia, menoleh ke arah ibu mertua dan kakak iparnya.Begitu tega memfitnah dirinya,lalu berbohong kepada suaminya itu.

Jadi ini,ide mereka meminta ku beristirahat di kamar sebentar dan memfitnah ku. Hebat sekali mereka, menyalahkan ku seperti ini. Akan aku ingat selalu, apapun berbuat kalian terhadap ku.Batin Mia, untuk saat ini biarlah dirinya mengalah.

"Mas, mereka berbohong kepada mu. Semua ini,aku yang mengerjakannya mas. Asal kamu tau,mulai pagi dan sampai malam ini. Aku belum makan mas, tanganku sudah gemeteran menahan lapar. Ibu dan mbak Adel, tidak membiarkan aku makan". Ucap Mia, menghapus air matanya luruh.

"Bohong! Dia sudah makan banyak,jangan percaya dengan ucapannya. Istri mu ini pandai bersilat lidah, Herman". Sahut bu Ratih, mendelik tajam ke arah Mia. Oh,kau tidak bisa membela dirimu sendiri. Herman,akan selalu percaya dengan ucapan ku.

"Benar sekali, Herman. Mia, ingin kami yang di salahkan olehmu. Terserah kamu saja,mau percaya atau gaknya. Iyakan,bu?". Adel, menyenggol lengan mertuanya. Hahahaha.. Rasakan mau Mia, tidak ada satupun yang membela dirimu.

"Mas,kamu harus percaya sama aku. Mereka yang berbohong kepada mu, memfitnah segalanya agar aku di salahkan olehmu. Mas,aku mohon kepadamu dan percayalah kepadaku". Mia, memohon kepada suaminya itu dengan tatapan iba. Ya Allah, begitu tega mereka melakukan hal ini. Mereka memfitnahku dan berbohong kepada suamiku. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan?.

Plak!

Lagi-lagi Mia, mendapatkan tamparan dari suaminya. "Aku benar-benar kecewa kepada mu, Mia. Aku lebih mempercayai ibuku,di bandingkan kamu cuman menumpang di hidupku. Jangan sok-sokan terhadap ku,yang selalu memanjakan mu dulu. Saat ini,aku sudah sadar Mia dan tidak mudah di berdaya lagi. Aku akan memberikan mu ketegasan sebagai seorang istri, tidak pantas berbicara keras kepada ibuku". Ucap Herman, jarinya mendorong kepala istrinya.

Mia, menangis kesegukan meratapi nasibnya sendiri. Suaminya sendiri tak mempercayai ucapannya, sungguh puas melihat raut wajah ibu mertuanya dan kakak iparnya itu. Sudah membuat dirinya salah di mata suaminya, pasti mereka kegirangan melihat dirinya menderita.

"Herman, sudah nak. Jangan memarahi istrimu lagi,kamu bersihkan diri dan kita makan sama-sama". Bu Ratih, mencoba membujuk anaknya dan mengambil perhatiannya juga.

Herman, memejamkan matanya sekilas dan menghala nafas beratnya. "Makasih bu,atas semuanya ini. Aku salah bu, memiliki istri yang tidak becus mengurus ku dan membentak ibu juga".

"Kamu tegas mas, tidak mempercayai ucapan ku. Hatiku sakit sekali mas,aku benar-benar kecewa sama kamu". Kata Mia, beranjak pergi meninggalkan mereka dalam keadaan pincang. Menutup pintu kamar sebelah, menumpahkan rasa sesak di dadanya.

"Sudahlah,jangan kamu pikirkan istri mu itu. Tidak perlu membujuknya Herman,nanti malah ngelunjak loh". Bu Ratih, mencegah kepergian anaknya untuk menyusul sang istri.

"Herman, mendingan kamu mandi dulu. Setelah itu,kita makan malam sama-sama yah. Setelah makan nanti,antar kami pulang ke rumah". Sahut Adel, tersenyum manis.

Herman, mengangguk patuh dan masuk kedalam kamar untuk mengambil handuknya.

Bu Ratih dan Adel, cekikikan menahan tawanya karena berhasil mengelabui Herman. Membuat Mia,di benci oleh suaminya sendiri dan tidak mendapatkan kepercayaan lagi.

"Inilah akibatnya sudah membentak ibu tadi siang, rasakan mendapatkan pelajaran dari Herman". Kata bu Ratih, menyunggingkan senyumnya.

Mia, bersandar di balik pintu kamar dan menangis histeris meratapi nasibnya saat ini.

Mampukah Mia, melewati masalah ini? Bisakah dirinya mengambil kepercayaan sang suami,tanpa ada bukti apapun.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status