Beberapa hari kemudian, Herman mulai bekerja sebagai taksi online tanpa sepengetahuan istri dan mertuanya."Mau kemana kamu, Megan?". Tanya Herman, akhir-akhir ini sang istri jarang di rumah. "Sepagi ini,kamu mau pergi tanpa menyiapkan keperluan suami. Malam tadi kamu pulang larut malam loh, sebenarnya kemana kamu?"."Hussssttttt... Terserah akulah mas,aku mau jalan-jalan sama teman-teman aku. Jangan lupa transfer uang lima juta yah,aku mau shopping mall". Kata Megan, sambil mengoles lipstik di bibirnya."Tidak. Aku sudah mentransfer uang kemarin sekitar 3 juta,jangan terlalu boros Megan. Apa kamu tidak memikirkan perasaan ku,ha? Setiap hari bekerja tanpa mengenal lelah, sedangkan kamu di rumah enak-enakan dan nongrong sama temanmu". Herman, mengusap wajahnya dengan kasar."Aduhhh...Jangan pelit-pelit sama istri mas,aku Megan bukan mantan istri mu yang diam saja. Secepatnya kamu transfer uang ke rekening ku,jangan lupa mas. Aku tidak segan-segan memberitahu sikap mu kepada kedua orang
Sebenarnya Herman, ingin sekali menunggu Rama dan Megan keluar dari hotel tersebut. Ingin mengikuti Rama pulang, mengetahui dimana tempat tinggalnya.Akan tetapi,ada orderan taksi online masuk dan harus ke tempat lokasi. Mana mungkin menolak Rezeki, suatu saat nanti bakalan ketahuan juga dan harus bersabar kali ini.Semenjak mengetahui Megan berselingkuh, Herman bersikap dingin dan tidak memberikan uang lagi. Diam-diam mengikuti Megan, mengambil bukti-bukti perselingkuhan mereka berdua.Ketika bukti sudah terkumpul jelas waktunya mencari istri sah Rama dan bersama-sama membongkar perselingkuhan mereka berdua.Herman, pertama kali melihat istri Rama rupanya seorang wanita karir dan pemimpin perusahaan. Mereka berdua bertemu di sebuah restoran ternama di kota ini,tak sabar memberitahu perselingkuhan mereka berdua."Kenalkan nama saya, Andini". Kata wanita itu, tersenyum ramah terhadap Herman."Saya Herman, seorang taksi online". Herman, menyambut uluran tangan Andini dan duduk di kursi."
Plak!"Makanya jadi istri jangan malas-malasan dong,cuman cedera kaki doang sebagai alasan tidak bisa masak mengerjakan pekerjaan rumah ini". Ucap seorang pria,habis menampar pipi istrinya itu.DegNyess... Tidak menyangka jika sang suami bersikap seperti ini. Melayangkan tamparan keras di pipi kanannya, menoreh luka dalam di hatinya."Mas,kamu tidak melihat keadaanku sekarang? Kakiku cedera serius karena kecelakaan kemarin, berjalan pun susah dan sakit masih sakit". Mia, memegang pipinya terasa perih sampai ke hatinya yang sakit. Memandang lekat wajah sang suami, sudah menemaninya selama 2 tahun ini. Baru kali ini, mendapatkan kekerasan dari suaminya itu karena tidak bisa melayaninya.Tiga hari yang lalu, Mia Julia seringkali di panggil Mia. Dia mendapatkan musibah naas, sehingga kakinya cedera serius dan harus banyak istrirahat dulu. Tidak ada yang merawatnya di rumah, terpaksa harus berjalan pincang berpegangan pada dinding dan menahan rasa sakit luar biasa.Musibah yang dialaminy
"Oh, enak banget yah! Santai-santai doang,tanpa membereskan rumah. Mau aku adukan dengan anakku, Herman? Pantesan aja pagi-pagi anakku mengadu, rupanya punya istri gak becus!". Bu Ratih, langsung memarahi menantunya itu. "Kamu itu, istri gak tau diri! Rumah berantakan seperti ini,gak pantes kamu jadi istri Herman". Sambung Adel, menyunggingkan senyumnya. Bagus! Aku senang sekali, melihat kamu di marahi ibu mertua kita. Rasakan kamu Mia, emangnya enak di omelin sama suami dan ibu mertua."Dasar wanita miskin, sukanya malas-malasan menghabiskan uang anakku saja. Sedangkan kerjaannya cuman santai-santai seperti ini, rumah kaya kapal pecah dan debu sekali. Istri gak bersyukur kamu, Mia! Kasian anakku menikah dengan wanita yang salah, kerjaannya cuman memanfaatkan Herman". Bu Ratih, menatap tajam ke arah Mia."Bu, bukannya aku malas atau tidak bersyukur. Keadaan ku sekarang tidak seperti dulu, kakiku masih sakit sekali. Apa lagi bu,aku tengah berduka atas kehilangan calon buah hatiku". Mi
"Gimana bu, Mia? Apa dia tidak marah-marah sama ibu,sama mbak juga?". Tanya Herman, melihat sekeliling rumah nampak bersih dan rapi. Tidak seperti pagi tadi,masih berantakan dan berdebu.Bu Ratih dan Adel, sudah merencanakan sesuatu untuk memberikan pelajaran kepada Mia. "Tenggorokan ibu serak gara-gara memarahi, Mia. Mana dia berani membentak ibu dan mbak mu, Herman. Istri mu itu, benar-benar keterlaluan terhadap kami dan suka seenaknya saja". Ucap bu Ratih,dalam hatinya tersenyum merekah."Sialan, kurang ajar sekali Mia berani membentak ibu. Aku tidak terima ini,bu". Kata Herman, mengepalkan kedua tangannya."Dia juga mencaci maki,mbak. Mentang-mentang mbak ini,punya penghasilan sendiri katanya dan seenaknya sendiri menginjak harga dirinya". Sambung Adel, menyunggingkan senyumnya dan tak sabar melihat Mia di siksa Herman. "Asalkan kamu tau, Herman. Ibu sama mbakmu,yang membereskan semua ini. Mencuci pakaian kalian, mencuci piring,ngepel,nyapu,buang sampah dan melap kaca jendela su
"Keluar kamu, Mia! Aku ingin berbicara dengan mu, keluar! Mia,keluar atau aku dobrak pintu ini!". Herman, menggedor-gedor pintu kamar sebelah yang di tempati istrinya.Pagi-pagi buta sekali, Mia menyelesaikan pekerjaan rumah agar suaminya tidak marah-marah lagi. Selesai memasak makanan untuk sarapan pagi,dia langsung mengurung diri di kamar. Tidak ingin bertemu dengan suaminya itu,masih sakit hati karena perilakunya tadi malam."Mia,keluar kamu! Mia!". Teriak Herman, berkali-kali dan menggedor-gedor pintu kamar.Ceklekk....Mia,membuka pintu kamar dan melihat suaminya sudah berpakaian rapi. Herman, langsung menyeret paksa istrinya keluar dari kamar. Lagi-lagi Mia, mendapatkan kekerasan dari suaminya sendiri."Lepaskan,mas! Tidak bisakah kamu pelan-pelan,kakiku masih sakit dan kamu memperlakukan aku seperti ini. Tidak puaskah tadi malam, menampar wajahku sampai bengkak seperti ini. Asalkan kamu tau mas,aku tidak berbohong kepada mu dan ibumu memfitnah ku". Ucap Mia, matanya berembun i
Herman dan bu Ratih, mengobrak-abrik seisi kamar dan ditempat lain. Hasilnya nihil tidak menemukan perhiasan, Mia."Mia,dimana kamu letakan perhiasan itu?" Bentak Herman,menarik lengan istrinya yang tengah mengobati luka di bagian keningnya."Sudah aku bilang,mas! Aku tidak memiliki perhiasan emas, jikapun ada memilikinya. Aku tidak akan pernah meminjam kepada ibumu,yang tukang bohong!". Mia,membalas bentakan suaminya itu.Herman, ingin menampar wajah istrinya lagi. Namun di urungkan niatnya, berusaha mengontrol dirinya. "Aku melihat mu Mia, pernah memegang perhiasan emas itu dan kami simpan di dalam kotak kecil. Kalai tidak ada perhiasan itu,kau kemana kan?" Deg!Rupanya suaminya sendiri memberitahu kepada ibunya,jika Mia memiliki perhiasan emas. "Terserah aku mas, Itukan perhiasan ku dan kamu tidak berhak atas hakku". Mia, langsung menepis tangan suaminya. Sudah pasti ingin mencekram kuat lagi, jangan harap Mia mengalah terus-terusan."Menantu durhaka kamu Mia, sudah berani sama s
Deg!Mia, terkejut melihat kedatangan suami,ibu mertua dan kakak iparnya itu. "Masuklah, ada yang kamu bicarakan dengan mu". Kata Herman, sambil menarik lengan istrinya."Ada apa sih,mas? Main tarik-tarik segala,aku bisa jalan sendiri tau". Sesekali Mia, menepis tangan suaminya itu. Pasti ada sesuatu yang tidak beres, bau-bau tidak enak ini. Apa lagi, wajah bang Lingga kusut amat."Kalau gak ditarik jalanmu itu,lamban kaya siput. Dasar pincang, sok belagu lagi". Gerutu ibu mertuanya, sungguh menyayat hati Mia."Masih betah punya istri pincang, memalukan sekali". Sambung Lingga, menyunggingkan senyumnya."Tidak perlu menghina kekurangan ku,bang. Aku seperti ini,demi menyelamatkan nyawa ibu.Nyatanya kalian seenaknya menghinaku,dasar tak punya hati". Ucap Mia, menahan air matanya."Mia,bisa diam gak? Ngomong ngelantur kemana-mana,dasar!". Bentak Herman, menarik lengan istrinya agar duduk di samping."Gak usah tarik-tarik mas,aku bisa sendiri. Sama kamu juga, gak punya hati". Lagi-lagi M