KAWIN KONTRAK SANG PEWARIS TUNGGAL
Maya Syaqilla.. Gadis kampung yang sangat ramah, humble, suka menolong sesama dan baik hati kini sudah mulai beranjak dewasa. Karena kehidupan di kampung yang serba kekurangan membuatnya nekat ke ibukota untuk mengubah nasib, Maya adalah anak pertama dari 3 bersaudara dan semua adik-adiknya masih sekolah. Maya tidak mau terus menerus menjadi beban kedua orang tuanya yang bekerja sebagai buruh tani di lahan orang dengan upah yang tidak seberapa, bisa untuk makan saja mereka bersyukur, maka dari itu tekad Maya sudah sangat kuat dan juga bulat untuk mengubah nasib keluarganya agar lebih baik, kalau bukan dirinya maka siapa lagi? Adik-adiknya masih sangat kecil jika harus diterpa betapa kejamnya dunia. Selesai makan siang, Maya bergegas mencuci piring dan kembali duduk di tanah yang beralaskan tikar kumuh. "Mak.. Pak.. Ada yang mau Maya sampaikan," ucap Maya terlihat serius dan kedua orang tuanya kini fokus dengannya. "Apa yang ingin kamu bicarakan nduk?" tanya mamaknya yang bernama Tinah. "Iya kamu mau ngomong apa to nduk kok kelihatannya serius sekali, tumben," ucap Tejo juga penasaran. "Memang ini hal yang serius Mak, Pak.. Maya memutuskan untuk tidak lagi melanjutkan sekolah dan Maya ingin bekerja di kota saja Mak, Pak.. Maya ingin nantinya hidup kita lebih enak," ucap Maya dengan penuh hati-hati. "APA?? BAPAK GAK SETUJU, KAMU PIKIR HIDUP DI KOTA ITU ENAK? KAMU PIKIR GAMPANG CARI KERJA DI KOTA, HAH?" pekik Tejo menolak. "Tapi pak.. Maya kasihan sama adik-adik yang setiap hari sering menahan lapar dan tidak bisa seperti anak lainnya, biarkan Maya saja yang merasakan itu semua pak jangan sampai adik-adik Maya merasakannya," ucap Maya memohon. "BAPAK MASIH MAMPU MEMBIAYAI KALIAN APALAGI UNTUK SEKOLAH, JANGAN SIA-SIAKAN BEASISWA YANG DIBERIKAN OLEH SEKOLAHAN," pekik Tejo tak senang. "Maya sebenarnya juga ingin sekolah setinggi mungkin pak tapi sayangnya keadaan yang tidak berpihak pada Maya, izinkan Maya bekerja di kota pak," pinta Maya berlinang air mata. "Kamu mau kerja apa to nduk? Pengalaman juga belum ada nantinya bakal susah untukmu melamar pekerjaan," tanya Tinah sambil berlinang air mata. "Nanti Maya cari info dulu yang penting Mak dan Bapak mengizinkan," ucap Maya. "Emak mana ikhlas melepasmu bekerja jauh di kota orang nduk, berat hati ibu," ucap Tinah tak rela. "Maya janji tidak akan mengecewakan Mak juga Bapak," rengek Maya. "Sekali bapak bilang gak ya gak," bantah Tejo yang langsung bergegas pergi untuk melanjutkan pekerjaannya. "Mak.. Huhuhu kenapa bapak galak sekali sama Maya, apa salah Maya Mak? huhuhu…" tanya Maya menangis. "Bapakmu cuma gak mau kalau pisah darimu nduk, kamu anak tertua jadinya bapak mana ikhlas membiarkanmu bekerja di kota, lebih baik pikirkan ulang," ucap Tinah memberitahu. "Maya sudah memikirkannya matang-matang," ucap Maya sangat yakin. "Itu mungkin pemikiran sesaatmu saja, coba pikirkan kembali, Mak mau kembali, kerja dulu," ucap Tinah lalu pergi melanjutkan pekerjaannya. "Pokoknya aku harus bekerja di kota, mulai hari ini aku harus cari info," gumam Maya menyeka air matanya. Setelah kepergian kedua orang tuanya kini Maya mendatangi rumah kerabatnya untuk menanyakan info pekerjaan di kota, namun sayang temannya tidak ada infromasi apapun lantaran mereka masih tetap melanjutkan pendidikan."Maaf banget May aku gak bisa bantu soalnya aku mau lanjut sekolah," ucap Eka tak enak hati. "Gak papa kok memang aku aja yang salah karena menanyakan lowongan pekerjaan sama orang yang belum bekerja, maaf ya Ka udah ganggu waktunya," ucap Maya sedikit sedih. "Apa kamu sudah memikirkan matang-matang untuk bekerja di kota? Kamu gak mau gunain beasiswa yang diberikan sekolahan?" tanya Eka. "Enggak ah Ka, dapat beasiswa juga nantinya aku masih harus membayar beberapa keperluan dan lain-lainnya, malah yang ada semakin membebani bapak dan Emak, jadi lebih baik aku bekerja saja," ucap Maya optimis. "Sayang sekali tapi ya apa boleh buat, aku gak bisa membantu lebih, semoga kerja di kota itu sudah menjadi rezekimu ya May," harap Eka tulus dan Maya mengaminkan lalu pamit pulang. Kebetulan sekali ada tetangganya yang mendengar kalau Maya mau bekerja di kota,beberapa hari yang lalu saudaranya memberitahu Hartini untuk mencarikan gadis desa yang ingin kerja di kota. "Maya.. Sini.." panggil Hartini melambaikan tangan pada Maya. "Iya bude ada apa?" tanya Maya. "Katanya kamu butuh pekerjaan di kota ya?" tanya Hartini memastikan. "Iya bude.. Maya memang ingin bekerja di kota," jawab Maya antusias. "Bagus.. Kebetulan sekali ada saudara saya yang sedang membuka lowongan pekerjaan, apa kamu mau?" tanya Hartini. "Pekerjaannya apa budhe?" tanya Maya. "Ya maaf Maya pekerjaannya menjadi pembantu rumah tangga dan saudara budhe ini membutuhkannya segera, kalau kamu mau nanti budhe kasih nomornya biar kalian bisa saling ngobrol," ucap Hartini sungkan. "Gak papa bude.. Maya mau jadi pembantu yang penting halal," ucap Maya tanpa pikir panjang. "Yasudah ini nomornya sudah budhe catatkan, nanti tolong kamu duluan yang ngabarin ya," pinta Hartini dan Maya hanya mengangguk mengiyakan. Setelah itu Maya pulang ke rumahnya dengan hati bahagia karena sebentar lagi ia bisa bekerja di kota dan kehidupan keluarganya akan lebih baik. "Pokoknya aku harus segera mengabari nomor ini dan memberitahu jika aku bersedia, nanti mau gak mau Mak dan bapak pasti akan mengizinkan, maaf ya Mak dan bapak, bukan maksud Maya menjadi anak durhaka namun kalau bukan dari Maya yang mengubah nasib maka siapa lagi? Semoga ini jalanku untuk membahagiakan keluargaku," batin Maya lalu bergegas menghubungi nomor yang diberikan oleh Hartini. Pada deringan ketiga barulah panggilan Maya dijawab, nada bicaranya terdengar ketus sehingga membuat nyali Maya sempat ciut. "Halo ini siapa ya?" tanya orang itu ketus. "Astaga apa orang kota itu begini semua? Galak sekali," batin Maya kaget. "Halo.. Jangan bercanda ya, saya matiin teleponnya," tegur orang itu lalu Maya mau gak mau mengutarakan maksud dan tujuannya. "Ha..halo permisi apa benar ini dengan bapak Handoko? Perkenalkan pak saya Maya," tanya Maya memastikan. "Ya betul.. Maya siapa ya?" tanya Handoko penasaran. "Saya Maya, tetangga ibu Hartini pak, tadi bu Hartini memberikan nomor telepon anda katanya anda sedang membuka lowongan pekerjaan sebagai pembantu?" tanya Maya hati-hati. "Pembantu? haha itu hanya kamuflase saja, aslinya mah lu bakal nikah kontrak sama bos gue," batin Handoko geli. "Eh iya benar apa kamu bersedia?" tanya Handoko. "Bersedia pak saya mau," jawab Maya antusias. "Baiklah kalau begitu 2 hari lagi saya akan menjemputmu, kebetulan jadwal libur saya hari itu, sanggup?" tanya Handoko. "Secepat itu pak? Baik saya sanggup," jawab Maya mantap. "Bagus.. Sampai jumpa 2 hari kedepan ya Maya," ucap Handoko lalu memutus panggilan. "Ish belum dijawab udah asal matiin aja, emang ya orang kota itu minim etika," gumam Maya terheran-heran lalu meletakkan kembali ponsel jadulnya. Setidaknya kali ini Handoko bisa bernafas lega karena tugas dari bosnya bisa terselesaikan, mencari pendamping untuk bosnya ternyata tak terlalu sulit.Di pusat kota yang penuh hiruk pikuk dunia ada salah satu pria yang sangat membatasi dirinya dengan wanita, dia adalah Boy Yudhistira. Pria yang memiliki fisik sangat sempurna dan banyak kaum hawa yang sangat mendambakan dirinya, tak hayal dimana pun dia berada selalu menjadi pusat perhatian.. Apapun yang dikenakan oleh Boy meskipun hanya kaos oblong polos dengan celana jeans panjang, sudah membuat aura ketampanannya terpancar. Apalagi nama dia menjadi salah satu pebisnis muda yang sukses dan masuk top 20 via majalah Forbes, tak hayal para wanita rela merendahkan harga dirinya demi bisa menjadi kekasih Boy. Sayang sekali mau bagaimana pun mereka menggoda boy tak pernah sekali pun dia goyah hingga banyak wanita yang mengeluh jika boy seorang gay, impoten dan berita buruk lainnya namun tetap saja boy tak ambil pusing berita murahan seperti itu, malah dia menjadi terbantu dengan adanya desas desus itu jadinya para wanita berpikir berulang kali untuk mendekatinya. Aslinya boy sama saja
Besok Maya akan berangkat ke ibukota untuk bekerja dan juga mengubah nasib keluarganya, Maya berharap penuh pada pekerjaan ini. Setelah selesai berkemas kini Maya menemui kedua orang tuanya untuk meminta izin, awalnya sang ayah menolak karena baginya Maya masih terlalu muda untuk merasakan bagaimana kejamnya hidup di ibukota namun berkat kegigihan Maya melunakkan hati orang tuanya akhirnya kedua orang tua Maya setuju jika anaknya bekerja di kota dengan syarat selalu memberi kabar dan memberitahu alamat tempatnya bekerja. Keesokan paginya Handoko sudah bersiap menjemput Maya.. Rasa sedih menyelimuti hati Tejo dan Tinah ketika melepas sang anak untuk bekerja di kota orang, namun dengan berat hati mereka harus ikhlas demi kelancaran urusan Maya di kota sana. ****Sore hari Maya sudah tiba di kediaman sang majikannya, ia dibuat takjub dengan rumah mewah, megah dan luasnya melebihi lapangan sepak bola. Maya bengong di depan halaman rumah sang majikan hingga membuat Handoko geram. "Maya.
Kesokan harinya Maya menemui sang majikan yang sedang berenang, mata Maya serasa ternodai ketika melihat tubuh majikannya yang sangat atletis dan Maya menyebutnya dengan roti sobek. "Astaga mataku ternoda dengan pemandangan indah ini, apa ini roti sobek yang sesungguhnya?" batin Maya tak berkedip. Merasa diperhatikan segitunya membuat Boy risih lalu memanggil Maya cukup keras. "Maya.. Apa yang kamu lihat?" tanya Boy setengah berteriak dan Maya kaget. "Eh..i..itu pak.. Kolam.. Iya kolam renangnya besar sekali seperti sungai di kampungku," ucap Maya terbata. "Haha mana ada sungai ukuran segini, katakan ada keperluan apa kamu menemui saya," ucap Boy to the poin. "Hmm bapak gak mau memakai baju dulu?" tanya Maya dan Boy hanya melotot. "Baik pak saya akan mengatakan.. Bolehkah.. Bo..bolehkah saya meminjam uang pak?" tanya Maya hati-hati. "Untuk apa? Kamu belum mulai bekerja dan disini pun belum ada satu bulan," tanya Boy. "Ada keperluan mendadak di kampung pak memang saya belum ada
Mendengar Boy akan datang ke rumah untuk memperkenalkan calon istrinya membuat kedua orang tua Boy menjadi penasaran.. Lama mereka tidak mendengar kedekatan sang putra dengan perempuan lain kenapa hari ini tiba-tiba anaknya ingin memperkenalkan dan langsung menjadikannya calon istri. "Kenapa Boy datangnya lama sekali ya pak?" tanya Margareth gelisah. "Tunggu saja nanti juga datang," jawab Bowo sembari bermain ponsel. Di satu sisi Boy memberitahu kepada Maya perihal apa saja yang nantinya harus di lakukan. "Mau.. Hari ini saya mau mengajakmu bertemu dengan kedua orang tuaku, maka dari itu saya mau kamu nantinya bekerja sama dengan baik ya.. Kamu boleh menjawab dengan jujur bagaimana latar belakangmu namun satu hal yang harus kamu rahasiakan, jangan beritahu pada mereka jika nantinya kami menikah hanya sebatas kontrak, mengerti?" ucap Boy. "Kenapa semuanya mendadak sih pak? Mana siap saya bertemu orang tua anda? Saya takut kalau nantinya mereka tidak suka pada saya lalu mengeluarka
Episode 6-Menikah KontrakSetelah kepulangan dari rumah orang tuanya, Boy langsung menyuruh Handoko untuk mempersiapkan pernikahannya dengan Maya dalam waktu seminggu.. Hanya Handoko yang mengetahui pernikahan kontrak sang majikan. Maka dari itu Handoko tidak mau mengecewakan majikannya itu.. Segala keperluan ia persiapkan sedetail mungkin sampai menyewa orang tua bayaran untuk menjadi wali nikah Maya. Acara pernikahan ini memang sengaja mengundang beberapa tamu terdekat sekaligus keluarga inti, maka tak heran jika persiapannya harus sangat matang apalagi sang majikan hanya memberikan waktu sangat terbatas. Untung saja ada WO yang bersedia membantu proses pernikahan Boy dan Maya berlangsung sampai souvenir juga catering pun sudah siap, ya meskipun Handoko harus merogoh kocek dua kali lipat mengingat semuanya ini serba mendadak. "Ada-ada saja kemauan orang kaya mah, nikah aja ribet banget.. Untung masih ada WO yang mau menangani pernikahan mendadak ini jika tidak ada duh bisa ribet s
Setelah acara pernikahan juga resepsi berlangsung dengan lancar dan meriah kini keduanya langsung meninggalkan gedung dan bergegas menuju mansion Boy. Maya dibuat kaget dengan keberadaan rumah baru Boy yang tidak sama dengan apa yang ditempati Maya ketika pertama kali datang ke kota. Karena takut akan dijebak sang majikan akhirnya Maya memberanikan diri bertanya. "Maya.." panggil Boy setengah berteriak. "Iya Pak, ada apa?" tanya Maya kaget. "Kenapa diam mematung disitu? Ayo masuk," ajak Boy sambil melihat Maya. "Ini rumah siapa ya pak?" tanya Maya. "Ya rumah saya lah," jawab Boy ketus. "Jangan bercanda deh pak.. Setahu saya rumah bapak gak disini," sanggah Maya. "Kamu ini udah nanya malah ngeyel lagi, itu kan setahu kamu la ini saya kasih tau," jawab Boy geram. "Jangan menjebak saya ya pak, ingat kita ada perjanjian tertulis," gertak Maya. "Menjebak apanya? Kamu jangan buat saya kesal ya, tanya sana sama Handoko rumah ini siapa pemiliknya kalau perlu tanya sekalian sama pak
Setelah semalam dengan aksi hebohnya yang membuat seisi rumah pada panik, kini pagi hari sekali, tepatnya pukul 5 pagi Maya sudah bangun dan langsung menuju dapur. "Non mau ngapain disini? Kalau butuh sesuatu kan bisa tekan bel," tanya pembantu kaget. "Ya mau masak lah bi kan ini udah pagi jadi ya buat sarapan untuk suami," jawab Maya lalu mengambil celemek. "Aduh non jangan.. Ini tugas kami, anda tinggal terima beres saja, nanti malah kami yang kena tegur tuan besar kalau tau kami membiarkan nyonya ada disini," cegah pembantu. "Memang salahnya apa sih bi kan saya mau membuat sarapan," protes Maya. "Tapi ini tugas kami non.. Anda lebih baik kembali ke kamar sambil bersiap," ucap pembantu dengan hati-hati. "Bersiap? Memang saya mau dibawa kemana?" tanya Maya penasaran. "Ya.. Ya saya kurang tau non coba tanya sama tuan," jawab pembantu kebingungan. Yang mereka (para pekerja) tau kan setiap pagi penghuni rumah majikannya akan keluar kamar dengan penampilan yang sudah rapi, wangi
Setelah keduanya bersiap kini Boy kembali dibuat heran dengan penampilan istrinya itu. Memang sih Maya memakai pakaian yang ada di lemari namun itu kan pakaian yang digunakan dirumah, apa Maya gak bisa membedakannya ya? Udah gitu gak ada polesan make up, semakin menambah keprihatinan bagi Boy. "Istri pengusaha penampilannya kok begini sih nanti jadi bahan gunjingan karyawan kantor, ganti baju sana," suruh Boy dan Maya dibuat kebingungan. "Dimana salahnya? Ini kan pakaian yang ada di lemari, seusai apa yang anda suruh," tanya Maya heran. "Salahnya karena kamu pakai baju santai, itu baju untuk dirumah, yang untuk acara formal ada di bagian ujung kanan," ucap Boy memberitahu. "Saya sudah membuka lemari itu namun semuanya terlalu mewah jika saya gunakan, gak pantas pak," tolak Maya sungkan. "Astaga memang itu penampilan yang seharusnya melekat di dirimu," ucap Boy. "Tapi pak.." jawab Maya hampir menolak namun tiba-tiba Maya teringat perkataan Handoko yang menyuruhnya untuk patuh pad