Share

Bab 3

"Apa kau gila! Menjual barang cacat dengan harga yang tinggi!" Hades memaki si pegawai.

Dia melupakan semua kekesalan yang ada dalam dirinya. Berhubung dia mendapatkan kesempatan untuk mengeluarkan unek-uneknya. Kenapa dia tidak memanfaatkan kesempatan itu.

"Dasar bodoh. Jika kau tidak tahu barang antik, maka pergilah. Jangan ganggu aku. Aku tidak memiliki waktu untuk melayanimu," ucap si pegawai dengan kesal.

Hades yang mendengar hal itu memaki balik si pegawai dengan kata-kata kasar. Dia bahkan mengatakan si pegawai sebagai orang bodoh yang telah ditipu oleh orang lain. Karena menjual benda paling berharga yang ada di patung kucing itu. Dia juga memberi tahu kisaran harga batu, yang dijadikan mata patung kucing itu dengan tepat.

Keributan yang dia sebabkan menarik perhatian banyak orang. Bahkan bos di pegawai juga datang menghampiri. Ingin memastikan kebenaran dari ucapannya. Semua orang menatap si Ahli barang antik, yang sedang tersenyum.

"Apa yang dikatakan bocah ini benar, Tuan?" si pemilik toko bertanya dengan nada ramah pada si ahli barang antik.

Si ahli barang antik tersenyum lebar. Dia berkata seraya menatap, Hades. Dengan nada yang terdengar sangat bahagia.

"Anak Muda. Kau sungguh memiliki pengetahuan yang bagus. Kau dapat menilai batu ini hanya dalam beberapa saat."

"Aku sungguh kagum padamu, Anak Muda. Tetapi sayangnya, benda ini sudah menjadi milikku. Kau terlambat!"

Mendengar itu wajah si pegawai terlihat sangat pucat. Dia benar-benar menyesal karena telah menjual benda mahal dengan harga yang sangat murah. Dia yakin nasibnya tidak akan selamat setelah hari ini.

Tidak jauh berbeda dengan si pegawai. Wajah si pemilik toko begitu shock. Dia benar-benar menyesal karena telah membiarkan barang miliknya di jual dengan harga murah. Dia mengepalkan tangannya, hingga membuat urat-urat berwarna biru terlihat jelas di tangannya.

Dia ingin memukul pegawai bodoh yang telah membuatnya rugi jutaan dolar. Akan tetapi, ketika dia memikirkan reputasinya. Dia mengurungkan niatnya untuk memukul si pegawai.

Hades tersenyum dalam diam ketika melihat hal itu. Dia berpikir dalam hati. 'Siapa suruh kau bersikap kasar padaku. Sekarang rasakan akibatnya.'

"Aku akan membayar seratus ribu untuk patung itu," ucap Hades seraya mengeluarkan uang yang ada dalam sakunya.

"Haha. Dasar orang bodoh. Kau melihat sendiri bahwa patung itu sudah tidak memiliki nilainya. Dan kau masih mau membelinya dengan harga yang tinggi."

Si Ahli barang antik mengerutkan keningnya. Menatap Hades dengan mata yang sengaja dibuat sipit. Seolah-olah dia sedang menatap orang yang mengalami cacat mental.

Hades mengabaikan orang itu. Dia menatap lurus ke arah pemilik toko. Menyaksikan si pemilik toko yang sedang sibuk dengan pikirannya.

Setelah beberapa saat menunggu. Akhirnya dia mendengar jawaban yang sangat memuaskan. Dia mendapatkan patung kucing itu dengan harga yang murah.

"Dasar bodoh. Awalnya aku memiliki niat untuk merekrutmu sebagai muridku. Namun sayang, setelah melihat kecerobohan yang kamu lakukan. Aku mengurungkan niatku."

"Apa kau pikir kau pantas menjadi guruku," cibir Hades seraya memandang rendah orang itu.

"Jaga ucapanmu, Bajingan! Dia adalah seorang ahli barang antik yang paling terkenal di negara seril. Tuan Hug Luwis." Salah satu anak buah Hug Luwis berkata dengan marah.

Hades mencibir lalu melemparkan patung kucing yang ada tangannya ke tanah. Seketika kulit bagian luar patung tersebut terkelupas. Menunjukkan cahaya keemas yang bersinar dalam patung itu.

Semua orang tercengang beberapa saat. Bahkan Dokter Lin yang selama ini diam, terkagum-kagum. Ketika, menyaksikan adegan itu.

"Ini! Bagaimana … bagaimana mungkin." Hug Luwis seorang kolektor barang antik tidak bisa tidak mengucek-ucek matanya.

Dia tertegun di tempat, penyesalan seketika membanjiri hatinya. Karena tidak membeli patung tersebut secara itu. Padahal dia memiliki kesempatan untuk memilikinya. Dia menyesal telah melewatkan kesempatan yang sangat bagus.

Menyaksikan pandangan semua orang yang kagum terhadap, Hades. Hatinya benar-benar iri, dia berpikir. 'Seharusnya saat ini. Akulah yang menjadi pusat perhatian semua orang. Bukan bocah itu.' Namun sayang, meskipun dia menyesal. Dia tidak bisa mengulangi semuanya lagi.

"Anak muda! Bagaimana kalau kamu menjual patung itu padaku. Aku akan membayar sepuluh juta dolar untuk patung itu. Bagaimana menurutmu."

Dia tidak ingin melepaskan barang berharga itu. Dan dia juga tidak bisa merebutnya secara paksa. Bagaimanapun dia harus mempertahankan reputasinya. Jadi yang bisa dilakukan olehnya, hanya menawarkan harga tinggi.

Berharap dapat membeli benda itu. Meskipun, sepuluh juta dolar tergolong uang yang sangat banyak untuknya. Akan tetapi, dia memiliki keyakinan bahwa barang itu akan naik beberapa kali lipat lagi di masa depan.

Hades tidak langsung menjawab. Dia terdiam sesaat, menatap Hug Luwis dengan senyum tipis di wajahnya. Dia sengaja mempermainkan perasaan, Hug. Membuatnya menunggu dengan cemas.

"Baiklah. Aku akan menjualnya padamu. Di harga lima belas juta."

Hades ingat di kehidupan sebelumnya, emas itu terjual di harga tujuh belas juta dolar. Namun, untuk mendapatkan harga setinggi itu. Dia harus menunggu selama dua puluh tahun.

Dia tidak sanggup menunggu selama itu. Lagi pula dia sedang membutuhkan uang yang banyak, untuk memulai bisnisnya.

Dia memperhatikan Hug yang terdiam. Menunggu tanggapannya dengan sabar. Setelah beberapa saat, akhirnya Hug menyanggupi harga yang Hades berikan.

Setelah menerima uangnya, Hades pergi meninggalkan tempat itu. Dia sama sekali tidak memperdulikan wajah iri para pengamat. Yang ada dalam pikirannya sekarang yaitu menemukan misteri dalam cincin yang dibelinya.

Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, lagit pun mulai gelap. Hades baru saja sampai di rumah sewaannya. Dia lekas memeriksa cincin itu.

Dia mengamati dengan teliti. Namun, setelah menghabiskan waktu berjam-jam. Dia tidak menemukan apapun yang menarik dalam cincin itu.

"Apa aku salah membelinya!"

Hades bergumam dengan suara pelan. Pikirannya dipenuhi oleh tanda tanya dan keraguan. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mengingat bentuk cincin yang ada di masa depan.

"Tidak tidak! Aku tidak salah membeli barang. Aku yakin ini adalah Cincin Naga Hitam."

Dia berusaha meyakinkan dirinya, menyemangati dirinya sendiri agar tidak menyerah. Dia melanjutkan kembali penelitiannya. Setelah beberapa saat berhenti.

Dia mulai frustasi dengan keadaan seperti ini. Di mana dia mencari tanpa menemukan hasil. Dia mulai kehilangan kesabarannya. Melemparkan cincin itu ke dinding yang tidak jauh darinya.

Seketika Cincin Naga Hitam itu hancur lebur, menyisakan butiran-butiran batu kecil yang berterbangan. Tanpa dia sadari salah satu dari pecahan batu itu mengarah padanya. Dan secara tidak sengaja berhasil melukai bola matanya.

"Akh!!!"

Dia menjerit kesakitan, kedua tangannya secara reflek menutupi kedua matanya yang terluka. Darah mengalir dari kedua bola matanya. Dia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status