Share

BAB 3

last update Last Updated: 2023-03-10 06:04:33

"Kamu sudah pulang, Mas?" Suara Zahra terdengar di belakangku. 

Aku berbalik, tampak ia dan keluarganya sudah berdiri di belakang kami. Aku mengerutkan kening, jadi Zahra habis menjemput orang tuanya? 

"Iya." 

Aku menyalami Bapak dan Mama, lalu menyuruh mereka duduk di ruang tamu bersama Ibu dan juga kedua adikku. Kubawa Zahra ke kamar, aku yakin, saat ini ia hanya ingin aku bersikap baik padanya, makanya mengundang kedua orang tuanya. 

"Kenapa, Mas? Kamu pasti kangen, kan, sama aku?" tanyanya sambil mencoba memeluk tubuh ini. 

Aku mundur beberapa langkah, membuatnya mengerutkan kening karena sikapku. Bayangan ia yang bermesraan dengan lelaki lain, membuatku enggan bersentuhan dengannya. 

"Loh, kenapa, Mas?" 

"Kamu kenapa bawa Bapak dan Mama?" tanyaku. 

"Lah, emang kenapa? Kan biasanya juga, setiap kamu pulang, Bapak dan Mama pasti ke sini." 

Memang benar. Setiap aku pulang, mereka akan ke sini. Menemuiku dengan dalih lama tak bersua, namun nanti pulangnya menyuruh Zahra untuk meminta uang padaku. 

"Tapi suasananya lagi nggak bagus, Zah. Tolong kamu ngertiin." 

"Memangnya kenapa dengan suasananya, Mas? Bukankah baik-baik saja?" 

Aku mengembuskan napas panjang. Sepertinya, aku harus menunda untuk menginterogasi Zahra sekarang. Setidaknya sampai kedua mertuaku pulang. 

Aku balik lagi ke depan. Tampak Mama hanya diam, sementara Bapak mengajak ngobrol Ibu. Apakah, mama mertua terlibat dengan Zahra? Apa selama ini beliau mengetahui perilaku anaknya, dan membiarkannya begitu saja?

"Mil, tolong buatkan minuman untuk orang tuanya Mbakmu, ya," perintahku pada Mila. 

Tanpa banyak bicara, Mila segera ke belakang membuatkan minum, sementara aku duduk di sebelah Ibu untuk berbasa-basi. 

Aku memesan makanan siap saji saat hari sudah beranjak siang. Aku tak boleh melewatkan makan siang Ibu. 

"Bu, makan dulu," ucapku saat driver ojek online itu datang mengantarkan makanan. 

Kuajak Ibu ke meja makan, lalu mengeluarkan empat bungkus nasi beserta ayam goreng kalasan. Kedua mertuaku ikut bergabung, lalu tertegun saat tak lagi melihat makanan di atas meja makan. 

"Eh, maaf ya, Ma. Soalnya Gani kira, Zahra masak, jadi hanya pesan untuk makanan kami saja. Zahra, masakin untuk Bapak dan Mama." 

"Ih, Mas, kok kamu cuma pesan segitu doang, sih? Kamu emang nggak peduli pada orang tuaku," ujar Zahra. 

"Lalu, apa kamu peduli pada Ibu?" tanyaku sambil menyuapkan makanan ke mulut. 

"Y-ya iyalah, Mas. Kalau nggak, ngapain aku ngurus Ibu dengan baik?" 

Aku tersenyum muring. Mengurus dengan baik, katanya? 

"Oh, iya, saking baiknya sampai aku tak boleh datang ke sini, kan?" tanya Kamila. 

"Apa sih, Mil? Kok ngelantur?" 

"Sudah, Mama dan Bapak pulang saja,", ucap Mama akhirnya memutuskan untuk pulang. 

"Oh, iya, Ma, hati-hati di jalan," jawabku sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman. 

Zahra, Mama, dan Bapak terdiam. Karena biasanya aku pasti melarang mereka dan akhirnya mengeluarkan uang. Sekarang? Jangan harap! 

"Mas?" panggil Zahra. 

"Ya? Kenapa?" 

"Mama sama Bapak mau pulang."

"Iya, kan tadi Mas sudah salim. Apa lagi?" tanyaku pada Zahra yang membuat wanita itu menganga. 

Dikira, aku bakal terus baik? Setelah semua yang dilakukan oleh Zahra, aku malah ingin segera menendang perempuan itu dari rumah ini. 

Akhirnya, Bapak dan Mama pulang. Aku melanjutkan makan dengan nikmat. Kedua adikku pun makan dengan lahap. Aku tersenyum, lupa kapan terakhir kali makan bersama seperti ini. 

"Kamu keterlaluan, Mas. Bapak sama Mama ke sini itu gak jalan kaki. Mereka perlu ongkos," gerutu Zahra ssat aku masuk ke dalam kamar. 

"Loh? Kan yang ngundang Ibu itu kamu." 

"Kamu salah makan, Mas?" 

"Nggak kok. Aku makan nasi pake ayam tadi. Apanya yang salah?" 

"Tapi, kenapa aku merasa kamu berubah?" 

"Aku berubah karena ada alasannya, Zah. Aku baik, kalau orang lain baik padaku. Kalau orang lain jahat padaku, atau bahkan ke ibuku, aku tidak akan tinggal diam sekalipun itu istriku sendiri." 

"A-apa maksudmu, Mas?" 

Sebuah panggilan masuk ke ponsel Zahra yang tergeletak di samping nakas. Hanya sebuah titik sebagai tanda pengenalnya. Siapa dia? Apakah dia lelaki yang kemarin ini berboncengan dengan Zahra?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 33

    EXTRA PART ZAHRA (2)"Zah, aku serius, loh." Aku mengernyitkan kening. "Apa?" "Aku, ingin mengajakmu nikah." Debar dalam dada kian terasa. Haruskah aku menerimanya?__"Gimana ya..." Jujur saja aku bingung. Mas Leman adalah teman sekaligus rekan kerjanya Mas Gani di kantor dulu. Iya memang sudah berlalu, tapi rasanya aneh jika aku menikah dengan lelaki yang bahkan ada hubungan dengan mantan suamiku. "Please. Aku sudah mengumpulkan niat ini dari lama." "Tapi, Mas, kamu kan..." "Temannya Gani?" Perlahan aku mengangguk. Memang itu kenyataannya. "Tapi kita tinggal di sini. Lagipula kenapa? Gani bahkan sudah menikah lagi, dan sudah punya anak. Sudah berapa tahun kamu sendiri? Apa kamu nggak memiliki rasa sama aku?" Aku terdiam. Rasa? Yah, aku nyaman dengannya. Mas Leman orang yang perhatian. Beberapa kali, ia membawaku liburan ke pantai dan membelikan berbagai macam barang tanpa kupinta. Selama ini, aku membatasi diri untuk tak terlalu dekat dengannya. Namun sayang, rupanya Mas

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 32

    EXTRA PART-- ZAHRA "Sekarang, kamu mau bagaimana untuk hidup ke depannya?" tanya Bapak padaku. Aku meremas jari jemari. Kini semuanya telah hancur. Mas Beni pun kini sudah mendekam di balik jeruji. "Jujur saja, Bapak malu. Apa sebaiknya Bapak kirim kamu ke rumah Pak De Wito di kampung?" Aku terkejut mendengar rencana yang Bapak ucapkan. Tinggal bersama keluarga adik Bapak di kampung? Aku membayangkan betapa menjijikannya di sana. Rumah yang dikelilingi dengan kandang ayam itu, tak pantas menjadi tempat tinggalku. "Zahra nggak mau, Pak." "Bapak nggak peduli, Zah. Pokoknya kamu harus tinggal di kampung bersama dengan Paman dan Bibimu," ucap Bapak. "Bu, tolong, Zahra nggak mau ke kampung. Tolong pucuk bapak, Bu."Ibu hanya terdiam, namun matanya juga terluka. Aku menjadi serba salah. "Zahra akan melakukan apapun, asal Bapak tidak mengirim Zahra ke kampung.""Kalau begitu, kamu mau Bapak masukkan pesantren supaya bisa berpikir jernih dan belajar agama sekalian? Selama ini, Bapak s

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 31

    "Jadi, kalian hendak menikah, Nak?" tanya Ibu, saat kuminta pendapat setelah dua tahun kami menjalin hubungan kembali. Ya, ini tahun kedua setelah kejadian di terminal itu. Sudah berbagai jalan kami lalui, dan memang aku belum benar-benar move on dari Intan. Wanita itu, memang memiliki ruang terbesar di hatiku. "Iya, Bu. Menurut Ibu bagaimana?" tanyaku. Ibu tampak bepikir, kenapa Ibu malah ragu juga? Aku membuang napas panjang, jika memang beliau tak ingin, maka aku takkan menikah juga. "Apa Ibu nggak merestui Intan dan Gani?" tanyaku pelan. "Bukan begitu. Ibu hanya trauma," jawabku. "Bukankah Ibu menyukai Intan?" "Memang. Tapi untuk ke jenjang pernikahan, Ibu masih takut, Nak. Takut pada masalah yang sama." Aku mengangguk. Wajar jika Ibu begitu. Apalagi saat dulu stroke, Zahra pernah menyiksanya. Aku memaklumi, dan semoga saja Intan mau mengerti juga. "Ya sudah, Bu. Biar nanti Gani bicarakan dengan Intan." Ibu mengangguk. Memang, sulit untuk melupakan kejadian yang begitu m

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 30

    "Cerah banget tu muka," ledek Leman saat aku masuk kantor. Ia memang paling rajin, karena rumahnya tergolong jauh, dia berangkat habis subuh dan selalu datang yang pertama. "Akhirnya, setelah sekian lama, urusan gue dengan Zahra selesai juga," ucapku. "Iya, tapi urusan lu dan Intan belum selesai-selesai," cibir Leman. "Lu laki-laki bibirnya lemes amat sih elah. Gue sama dia juga masalalu, kali," ucapku sambil meletakkan tas dan menyalakan komputer. "Tu anak mengundurkan diri." Tangan yang sedang beraktivitas ini pun berhenti. Apa katanya? Mengundurkan diri? "Kenapa?" tanyaku. "Nah, kan, kepo juga lu? Mungkin dia malu. Apalagi semua orang tahu kalau kalian pernah ada hubungan, ditambah kemarin Zahra kan sumpah serapah ke dia. Kasihan sih, kalau gue lihat. Dia segitu sukanya sama elu, sampai diam aja pas Zahra permalukan kemarin." 

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 29

    Aku segera masuk ke dalam kamar untuk mengambil ponsel dan memperlihatkan history cctv pada tanggal sebelum mereka ketahuan selingkuh olehku. Di sana, terlihat Mas Beni memegang sebuah kertas dan membicarakannya dengan Zahra. Beruntung, aku memasang cctv dengan model terbaru. Yang bisa terdengar suaranya, sehingga kali ini Mas Beni tak bisa mengelak. "Di sini terdengar kan, kalau kamu menyuruh Zahra untuk meminta uang dariku karena ingin membeli motor baru? Bahkan, tak segan-segan kamu menyuruhnya seperti menyuruh anak membeli garam. Aku curiga, jangan-jangan Mas Beni menggunakan ilmu pelet juga untuk Zahra?" "Apa? Pelet?" Om Ade sedikit terkejut, karena menantu adiknya itu ternyata menggunakan hal begituan demi menggaet Zahra. "Tidak, Om! Jangan percaya dia. Dia hanya sedang berhalusinasi. Masa iya, aku pakai pelet, Om? Nggak mungkin, kan? Tolong percaya padaku, Om." 

  • KEJUTAN SAAT AKU PULANG KAMPUNG    BAB 28

    Setelah berkutat dengan pekerjaan seharian, aku pulang dan melihat Intan tengah bermain ponsel di loby kantor. Melihatnya, membuatku teringat dengan kejadian kemarin. Aku pun memberhentikan mobil di depannya, dan menyuruhnya masuk. "Masuk!" perintahku. "Aku, Mas?" tanya Intan, wajahnya sudah tak sepucat tadi pagi. "Ya iya, siapa lagi?" Dengan tersenyum, Intan masuk ke dalam mobil, dan aku melajukannya. Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan apapun. Hanya dia yang terus menoleh memperhatikanku. "Maaf ya," ucapku pada akhirnya. "Untuk apa, Mas? Yang tadi pagi?" tanya Intan. "Semuanya. Termasuk karena kemarin aku membiarkanmu ujan-ujanan tanpa menawarkan payung. Andai kupinjamkn, mungkin kamu takkan sakit," ucapku sedikit menyesal. "Oh, nggak papa kok, Mas," ucapnya sambil tersenyum. Membuatku sedikit terpana. Namun aku segera meng

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status