Share

Lembaran Baru

    Setelah memastikan Mas Aris keluar dari kamar. Aku memegang kening yang baru saja dicium mas Aris, Aku senyum senyum sendiri mengingatnya. Kenapa hatiku sedikit tersentuh, jika ditanya sayang, ya rasa itu masih ada didalam hatiku. Hubunganku dengan Mas Aris sudah terlalu lama, sejak pacaran hingga menikah, baru kali ini dia berulah, menyakiti hatiku.

 

  Aku yang hendak keluar menuju dapur mengambil air minum, mendengar suara orang yang sedang berbincang bincang di ruang keluarga, ku lihat ada Ibu dan Mas Aris, mereka sedang membicarakan sesuatu. Aku duduk didapur sambil mendengarkan percakapan mereka.

 

   "Bu, maafin Aris ya kalo punya salah selama ini." ucap Mas Aris.

 

   "Iya nak udah Ibu maafin, namanya manusia tidak luput dari kesalahan, yang penting tidak diulangi lagi, daner tidak ada kejadian seperti ini lagi." jawaban Ibu terdengar samar.

 

    "Aris janji bu, gak akan ada kejadian seperti ini lagi, ini yang pertama dan terakhir kalinya. Aris kapok bu."

 

 

   "Terus gimana tadi, apa Sifa udah maafin kamu?" tanya Ibu pada Mas Aris.

 

   "Alhamdulillah, sudah dimaafin Bu, tapi masih belum bisa menerima Aris kembali, katanya masih perlu waktu. Aris akan terus berusaha untuk menunjukkan kesungguhan permintaan maaf Aris." 

    

   "Ya sudah, semoga masih bisa baikan lagi. Terus gimana reaksi orang tua kamu?" tanya Ibu lagi.

 

  "Mereka katanya mau kesini Buk besok, mangkanya Aris mau nginep sini bu, boleh ya?" 

 

  "Iya silahkan, Ibu mau tidur dulu, kalo kamu mau nginep sini tidur aja dikamar tamu." Kulihat Ibu berjalan menuju dapur, aku langsung pura pura mengambil buah diatas meja.

 

   "Loh, ngapain nak disini malem malem, ibu fikir sudah tidur?" tanya Ibu yang kaget melihatku.

 

   "Laper bu," jawabku tersenyum sambil mengunyah apel.

 

    "Makan nak kalau laper, nasi sama lauknya juga masih ada." sahut Ibu sambil mengecek bahan makanan dikulkas. "Besok pagi bantuin ibu masak ya, mertuamu mau kesini besok. Udah ya, ibu ngantuk, mau tidur dulu." ucap ibu sambil berlalu pergi.

 

   Aku masih duduk didapur sambil mengunyah apel yang sudah terlanjur aku makan sebagian. Setelah selesai, aku beranjak pergi dari dapur, kulirik ruang keluarga disana sudah tidak nampak Mas Aris, mungkin dia sudah masuk ke kamarnya.

 

----

 

 

    Pagi pagi sekali, setelah shalat Subuh. a

Aku dan Ibu sudah sibuk didapur, memasak berbagai macam menu makanan. Ayah dan Mas Aris bagian membersihkan rumah, menyapu dan mengepel rumah.

 

   "Wah, Mala telat nih Bu." ujar kak Mala yang tiba tiba muncul didapur, ada azam yang tertidur digendongannya.

 

    "Iya ini udah hampir selesai, gapapa udah ada Sifa yang bantuin Ibu, kamu jagain Azam aja nak." sahut Ibu, tangannya sibuk mengaduk soto daging.

 

   

   Kulihat jam dinding sudah menunjukkan angka 7, Ku tata semua makanan dimeja makan.

 

  "Udah selesai nak semuanya, sekarang kamu mandi dulu, bersih bersih, dandan yang cantik." ujar ibu, kemudian meletakkan satu teko teh hangat.

 

  "Iya bu, Sifa mandi dulu." Akupun bergegas menuju kamar. 

 

Tak ku lihat dimana Ayah, Mas Aris dan Kak Rudi. Mungkin mereka berada diteras rumah.

 

____

 

   Setelah selesai akupun berdandan rapi, aku memakai bajuku jaman muda dulu yang ada dilemari, untunglah masih muat, kemarin waktu kabur ke rumah Ibu aku tidak membawa baju satu pun.

 

   Tok, tok, tok.

 Terdengar ketukan pintu, disaat aku sedang merapikan jilbabku.

 

    "Dek, mbak masuk ya?" terdengar suara kak Mala didepan pintu.

 

    "Iya, masuk aja mbak. Gak aku kunci." sahutku sambil memakaikan bros dijilbabku.

 

     "Wah, udah cantik aja nih!" seru kak Mala sesudah masuk kamarku.

 

   "Bisa aja kak, Azam mana kak?" tanyaku.

 

    "Ada didepan, digendong Ibuk. Ayo keluar, udah belum dandannya, mertuamu udah datang." ujar kak Mala.

 

    "Udah kak, ayo." jawabku sambil berjalan mengikuti kak Mala.

 

     Jantungku berdetak lebih kencang, aku merasa deg deg-an dengan apa yang akan terjadi nanti.

 

     Rumah Mertuaku dan Rumah Ibu jaraknya sekitar 4-5 jam, tergantung macet atau tidaknya. Kata Ibu semalam, mereka berangkat setelah Subuh untuk menghindari macet, makanya Ibu menyiapkan begitu banyak menu sarapan untuk menyambut mereka.

 

 

      Akupun tersenyum dan menyalami kedua mertuaku itu. Ibu mertua memelukku sangat erat sambil berkata "Ibu kangen kamu, nak." Aku menanggapinya dengan senyuman.

 

     "Ayo kita sarapan dulu, temu kangennya nanti dulu, dipending dulu." ujar Ayahku sembari tertawa begitu renyah, terlihat begitu bahagia.

 

    Semua orang menikmati makanan dengan begitu lahap dan semangat. Ku lihat mas Aris terus saja melirikku, aku pura pura acuh dan tidak tau, tetap fokus pada makanku.

 

----

 

     Semua orang bersantai diruang kelurga saling berbincang bincang dan bercerita satu sama lain, Aku duduk disamping Ibu Mertuaku. Beliau terus saja memelukku dari tadi.

 

   "Maafin Ibu ya nak kalo punya salah, maafin Aris juga," ucapnya lirih.

 

   "Iya Bu, Sifa udah maafin." jawabku.

 

    "Jangan tinggalin Aris ya nak, Tidak semua hal harus berakhir dengan perpisahan, Ibu yakin Aris hanya khilaf saja, dia anaknya gak pernah neko neko." Aku terdiam, Ibu mengelus kepalaku.

 

   "Kedatangan kami kemari untuk menyambung silaturahmi, dan berkunjung karena sudah lama sekali tidak bertemu." Ayah Mertua memulai pembicaraan.

   "Kami sekeluarga juga meminta maaf, atas apa yang terjadi kemarin. Kami minta maaf yang sebesar besarnya kepada Nak Sifa dan sekeluarga. Saya sebagai orang tua merasa malu atas perbuatan Aris kemarin. Saya harap nak Sifa mau memaafkan, dan  saya harap hubungan kekeluargaan tetap baik seperti ini." imbuhnya.

 

   

  Kutatap semua orang yang ada didalam ruangan, semua hanya terdiam sambil mendengarkan, Ibu Mertua menggenggam tanganku dengan begitu erat.

 

   "Iya pak, terima kasih juga atas waktunya, sudah mau datang kesini. Kami semua sudah memaafkan Nak Aris, anggap saja semua ini ujian dalam berumah tangga, bukankah begitu pak?" ujar Ayah, "Sekarang masalahnya ada di anakku Sifa, bagaimana kelanjutan hubungannya, semua keputusan ada ditangannya, ini rumah tangganya dengan Aris, saya sebagai Orang tua hanya bisa menasehati." sambung Ayah.

 

     "Gimana nak, kamu masih mau kan baikan sama Aris lagi ?" tanya Ibu mertua yang menatap mataku dengan penuh harap.

 

    "Kamu masih mau kembali sama Mas kan Dek?" Mas Aris juga ikut bertanya.

 

 

     "Aku mau lihat dulu Mas, kamu sungguh sungguh berubah atau enggak." akhirnya Aku bersuara.

 

 

     "Iya buktikan Ris, kalo kamu sungguh sungguh. Aku juga gak rela kamu nyakitin adikku seenaknya aja." Kak Rudi ikut menyahut.

 

       "Baik akan aku buktikan kalo aku benar benar sungguh sungguh." jawab Mas Aris begitu yakin.

 

 

 

----

 

     Setelah selesai berbincang bincang membicarakan banyak hal, Ayah dan Ibu Mertua menuju kamar tamu untuk istirahat siang. Kak Rudi dan istrinya pulang ke rumahnya. Ayah dan Ibu masih duduk di ruang keluarga.

 

    Aku berjalan menuju ke kamar untuk istirahat juga, Mas Aris terus mengikutiku, berjalan dibelakangku. Akupun berhenti di depan pintu kamar.

 

     "Ngapain mas, dari tadi ngikutin aku?" Aku menoleh ke belakang, dia malah senyum senyum gak jelas.

 

    "Mau istirahat siang juga dek, mas capek." jawabnya.

 

     "Kenapa gak tidur dikamar tamu?" 

 

     "Kan ada Ayah sama Ibu dek, masak mas tidur sama mereka." 

 

 

     "Oohh, iya, lupa." Aku menepuk jidatku, "Ingat mas, tidur disofa."

 

Segera ku buka pintu kamar. Mas Aris masuk, lalu menuju kamar mandi. Aku langsung merebahkan tubuhku diatas ranjang, badan terasa capek setelah beraktifitas sedari pagi.

 

 

     Aku terbangun dari tidurku ketika merasa ada sesuatu yang bergerak disampingku, bukankah aku tadi memeluk guling. Aku segera membuka mataku yang masih terasa mengantuk, tanganku tidak sedang memeluk guling, tapi memeluk Mas Aris yang sedang tidur memunggungiku. 

 

Bagaimana bisa, mungkin ini ulah mas Aris. Tapi aku perhatikan dia benar benar tidur, terdengar dengkurannya yang halus, seperti biasanya. Aku jadi tersenyum mengingatnya.

 

____

 

 

       "Maaf ya dek, mas ikut tidur dikasur. Soalnya tadi mas udah nyoba tidur disofa, baru saja terlelap udah jatuh." Ujar mas Aris yang baru terbangun dari tidurnya.

 

     "Iya mas, gapapa." jawabku sambil tetap fokus pada hpku.

 

     "Nanti malam keluar yuk dek, mas pengen jalan jalan sama kamu." ajaknya.

 

     Aku tatap lama mas Aris yang juga menatapku menunggu jawabanku.

 

      "Emhhh, iya." sahutku kemudian.

 

       "Makasih." ujarnya, tiba tiba memelukku dengan erat.

 

       "Kumat, bucinnya. Tapi masih aja selingkuh !" seruku.

 

        "Khilaf dek, janji gak akan kayak gitu lagi." jawabnya sambil mencium rambutku.

 

        "Iya mas, aku maafin. Kita coba buka lembaran baru, tapi jangan sampai terulang lagi. Aku gak akan pernah memberi maaf lagi." kataku sambil menatapnya.

 

       "Makasih dek, mas janji." Mas Aris memelukku tambah erat, dia menenggelamkan kepalaku didadanya yang bidang, sambil mencium kepalaku.

 

   Ya aku tau, lebih baik memperbaiki hubungan jika masih bisa diperbaiki, daripada membuka hati untuk orang yang baru. Mungkin ini juga tentang kenyamanan dan rasa sayang. Membuka hati lagi untuk orang baru, juga tidak gampang, apalagi untuk kenyamanan dan rasa sayang, semua butuh waktu.

 

 

 

       

 

----

 

Happu reading 

 

 

    

 

   

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Dwi Rahma Wati
true..selagi bisa di perbaiki,ya coba maafin dan terima lagi aja,asal janji gak ngulangin lagi,kalo sampe keulang lagi ya udah "tinggalkan"
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status