KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 20
"Mas, besok kita ke dokter kandungan, ya?" Anisa menoleh sebentar.
"Kenapa? Perut kamu sakit?" Meski kesal, tetapi aku tetap ingin menunjukkan kalau aku adalah suami yang pengertian.
Anisa menggeleng.
"Kalau tidak sakit, kenapa mengajak ke dokter kandungan?" tanyaku dengan dahi mengernyit.
"Ye, kamu pikir yang boleh ke dokter hanya orang sakit." Anisa mengerucutkan bibir.
"Terus mau ngapain? Tidak mungkin mau belanja, kan kalau ke dokter?"
"Aku mau USG, biar tahu anakku ini laki-laki atau perempuan." Anisa mengusap perutnya yang masih rata.
"Kenapa mesti buru-buru USG? Kapan-kapan aja, ya kalau sudah sekitar empat atau lima bulan agar terlihat lebih jelas."
"Aku nggak mau, Mas. Pokoknya besok harus USG."
Aku menghela napas perlahan, wanita ini kalau punya keinginan harus selalu dituruti. Apalagi kata Mama, aku harus selalu mengalah karena ia sedang hamil. Menyebalkan.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 21"Oh, Anisa yang mau. Ya udah nggak apa-apa. Sana berangkat! Hati-hati, ya?"Lah, aku pikir Mama sependapat denganku untuk menunda USG, ternyata ia malah mendukung keinginan Anisa."Jangan lupa nanti mampir ke toko dan mengambil roti serta susu," pesan Mama saat aku membuka pintu mobil."Iya, Mas. Susu hamilku juga sudah habis. Aku mau ambil beberapa di toko sekalian buat persediaan," sahut Anisa yang sudah duduk manis di dalam mobil.Ah, ya, benar kata Mama kemarin. Meskipun aku tidak ikut memberi modal di toko itu, tetapi aku punya andil besar dalam mengembangkan toko yang menyediakan aneka kebutuhan sehari-hari itu. Boleh dikatakan toko milik Ulfa itu minimarket yang menyediakan aneka barang mulai dari yang enak dimakan sampai yang tidak dapat dimakan seperti sabun, diapers, sandal sepatu dan lain sebagainya.***Aku dan Anisa sedang menunggu di kursi antrian saat melihat seor
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 22"Kamu mau ke mana, Mas?" Anisa meraih tanganku saat hendak berbalik untuk mengejar Ulfa. Ya, aku harus mendapatkan dia kembali sebelum terlambat."Aku harus menemui Ulfa." Aku menepis tangan Anisa."Maaf, Pak. Sebenarnya ini ada apa? Dan siapa wanita ini?" tanya sang dokter."Saya istrinya Pak Rey dan sekarang saya sedang hamil anaknya," jawab Anisa."Istri? Maksudnya? Bukankah istri Pak Rey itu Bu Ulfa? Dan dia juga sekarang sedang hamil?""Em." Aku menggaruk kepala yang tidak gatal."Kenapa, Pak?" tanya wanita berkaca mata itu lagi."Iya, Dok. Dia istri baru saya." Aku nyengir. Pipiku menghangat, mungkin berubah warna menjadi merah karena malu."Terus, bagaimana dengan Bu Ulfa? Apakah dia masih berstatus istri Bapak? Lalu, bagaimana dengan anak yang ada dalam kandungannya? Maaf, Pak. Sebenarnya saya tidak berhak mengetahui masalah keluarga terlalu mendalam sepert
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 23Bukan hanya Ulfa yang sedih dengan penyakitnya yang dapat menghambat kehamilannya, aku dan Mama juga merasakan hal yang sama.Satu tahun terakhir, Ulfa mengkonsumsi obat untuk meredakan sakit saat ia datang bulan. Ya, setiap tamu bulanan itu datang, ia selalu kesakitan yang teramat sangat. Bahkan untuk berjalan pun ia tidak sanggup. Ia harus merangkak meski hanya sekadar ingin ke kamar mandi. ia hanya berbaring sambil terus memegangi perutnya yang katanya seperti ditusuk-tusuk benda tajam.Usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil. Perjuangan dan kesabaran berbuah manis, tetapi kenapa harus sekarang di saat aku sudah bosan melihatnya?"Selamat, ya, Pak. Akhirnya Bu Ulfa hamil juga." Dokter membuyarkan lamunanku tentang perjuangan Ulfa yang sangat berat untuk bisa mendapatkan buah hati."I--iya, Dok. Kalau begitu saya permisi mau mengejarnya." Aku berbalik dan meninggalkan Anisa bersama dokter te
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 24"Aku hanya ingin menemui Ulfa, bukan mau bekerja seperti biasanya.""Kalau begitu silahkan menemui Bu Ulfa di rumahnya, Pak," kata Ning."Ayo kita pulang, Mas!" Anisa menggandeng tanganku dan membawa satu keranjang belanjaan lagi yang lebih banyak dari yang pertama."Kamu ambil apa saja sampai sebanyak ini?" Aku mendelik melihat barang belanjaan Anisa."Kamu lihat sendiri, Mas. Aku hanya ambil susu, dan aneka makanan ringan." Anisa menunjuk isi keranjang."Tolong dibungkus, ya?" Anisa meletakkan dua keranjang bawaannya di atas meja kasir.Petugas kasir segera memasukkan satu persatu sambil menghitungnya di depan mesin penghitung."Semuanya 1.257.000 ribu, Mbak." Wanita bernama Ning itu tersenyum manis dan meletakkan barang belanjaan di atas meja.Anisa mengambil barang belanjaan yang sudah di kemas itu, tetapi Ning menahannya."Maaf Mbak uangnya mana?"
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 25Aku menarik tangan Anisa yang terus meronta meminta untuk dilepaskan. Bukan hanya menarik, kali ini aku juga menyeretnya agar segera sampai mobil.Aku ingin mengantar wanita ini pulang, setelah itu aku ingin menemui Ulfa. Jika menemui Ulfa bersamanya bisa kacau semuanya.Sepanjang perjalanan Anisa terus cemberut, dia merajuk karena tidak diizinkan membawa pulang barang belanjaan."Eh, menantuku yang cantik sudah pulang." Mama menyambut kami dengan senyum mengembang di bibirnya.Anisa tidak menjawab sapaan Mama. Jangankan salim, berbicara pun tidak. Ia masih cemberut dan menghentakkan kaki di lantai dengan keras.Mama menunjuk Anisa dengan memajukan dagunya dan aku hanya merespon dengan dengan melambaikan tangan.Anisa langsung masuk kamar dan menutup pintu dengan kasar, lebih tepatnya membanting hingga membuat Mama terlonjak kaget."Pesanan Mama mana, Rey?" Mama menadahkan tangan usai Anisa
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 26Saat ini kami hanya mengandalkan gaji dari Gibran--adikku satu-satunya yang bekerja di percetakan. Satu orang yang bekerja dan yang makan empat orang tentu tidak akan cukup jika makan mewah.Mie instan sudah matang dan tinggal menuang ke dalam mangkuk yang sudah berisi bumbu. Bau harum dari bubuk soto gurih yang khas seketika menguar di dapur.Makanan sudah siap, sekarang tinggal memanggil ibu yang sedang menonton acara televisi. Kulihat ia tertawa sendiri saat melihat acara yang ia tonton lucu."Wah, kamu buatin aku mie ya, Mas?" Anisa yang tadi berada di kamar, tiba-tiba sudah siap di meja makan. Dengan sigap ia menarik kursi dan duduk. Tangannya sudah siap membawa sendok dan garpu dan siap menyantap mie yang masih mengepulkan uap panas itu."Itu buat Mama, Nis." Aku menarik mangkuk dari tangan Anisa."Yah, buat aku mana? Aku, kan juga lapar?" Anisa mengerucutkan bibir."Kamu bikin sendiri, ya? I
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 27"Mama nggak mungkin marah sama menantu yang akan memberikan Mama cucu." Seukir senyum terbit di bibir mama."Tuh, kan? Mama aja nggak marah. Sekarang kamu masak lagi, Mas!" ucap Anisa santai sambil menikmati mie buatanku."Pokoknya Mama tidak akan membiarkan menantuku ini capek." Mama duduk di kursi dekat Anisa dengan tangan ia letakkan di atas meja.Aku memasak mie buat Mama meski dengan menggerutu. Mentang-mentang lagi hamil, menantunya itu nggak boleh ngapa-ngapain termasuk masak mie yang sangat mudah ini.Ini yang disebut harapan tidak sesuai ekspetasi. Aku yang berniat poligami agar hidup bahagia malah menjadi seperti ini akhirnya."Sekarang aku mau menemui Ulfa." Aku meletakkan mie yang sudah matang di hadapan Mama."Aku ikut." Teriak Mama."Mama, kan lagi makan?""Makannya nanti saja, sekarang belum lapar.""Ma, aku sudah buatin mie dengan susah
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 28Dadaku bergemuruh melihat Ulfa terlihat akrab di lelaki di hadapannya itu. Aku yang sudah Mengkhinati Ulfa, tetapi aku sendiri yang sudah sakit hati. Bagaimana ini?"Ma, aku nggak mau pisah sama Ulfa," ucapku dengan hati meradang melihat istri yang selama ini sangat kucintai sedang bersama lelaki lain yang usianya pasti lebih tua dariku."Sudahlah, kamu sudah punya Anisa sekarang. Apalagi Ulfa juga sudah punya lelaki lain. Ayo, tunggu apalagi. Ambil gambar mereka dulu sebelum nyamperin mereka." Ibu berkata dengan berbisik sambil menggoyangkan lenganku.Aku menuruti perintah mama, setelah mendapatkan gambar yang pas, aku dan mama keluar dari persembunyian dan siap menyapa wanita yang sedang berduaan itu."Ulfa?" Aku dan mama bebarengan menyebut namanya dan kubuat seolah-olah shock."Mas Rey?" Ulfa tampak biasa saja dan tidak ada kekagetan di wajahnya seperti seseorang yang ketahua