KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 57
"Makanya, Ma. Izinkan aku dan Mas Rey untuk tinggal di rumah kita yang besar itu."
Apa? Kenapa aku tidak kepikiran untuk ikut tinggal di rumah Anisa saja, ya? Rumahnya sangat besar dan nyaman.
"Enggak bisa. Kamu boleh tinggal di rumah itu lagi, tetapi tidak bersama Rey atau mamanya. Mama nggak sudi rumahku ditempati oleh orang lain seperti mereka." Bu Susi bersedekap dan menatap sinis ke arahku dan mama.
"Ya udah biarkan aku tetap tinggal di sini bersama Mas Rey dan kasih aku uang yang banyak agar bisa makan enak setiap hari."
"Kamu harus pulang, Nis. Mama sudah terlanjur kecewa dengan Rey yang ternyata tidak bisa membahagiakan kamu."
"Aku bahagia hidup bersama lelaki yang sangat kucintai dan sudah lama kuincar ini, Ma. Masa iya, lelaki yang selama ini kuincar dan kudambakan harus kulepas begitu saja setelah kudapatkan dengan susah payah?" Anisa mencebik.
"Apa maksudmu selama ini mengincarku?
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 58"Aku tidak akan meninggalkan Mama.""Mas Rey, apa-apaan kamu? Aku ini istri kamu kenapa malah mama yang menjadi prioritas?" Anisa cemberut."Aku mau tinggal di rumah kamu asalkan bersama Mama." Aku merangkul wanita yng sudah melahirkanku itu. Kulihat matanya berkaca-kaca melihatku telah memilihnya."Itu tidak akan terjadi.""Ayolah, Mas. Tinggalkan Mama, di sini kan masih ada Gibran?" tanya Anisa dengan nada tinggi."Rey, aku tidak mau tinggal bersama Gibran. Aku bersumpah kamu tidak akan bahagia jika meninggalkan Mama," ucap mama lirih sambil terisak.Bagai guntur di siang bolong mendengar ucapan mama barusan. Aku tahu ucapan yang keluar dari mulut seorang ibu adalah keramat. Aku tidak mau ambil risiko dengan tidak mengindahkan ucapan wanita yang sudah melahirkanku itu.Bisa saja ucapan mama menjadi kenyataan. Aku tidak akan hidup bahagia hidup bersama Anisa di rumah mewahnya.
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 59"Aduh, sakiiit, Ma!" Anisa meringis sambil memegangi perutnya.Aduh bagaimana ini?"Rey, tolong, dong, kok malah diam aja?" Teriak mama mertua dengan gusar. Ia membungkuk dan meletakkan kepala Anisa di pangkuannya."I--iya, gimana cara nolongnya?" Aku mengacak rambut kasar dan memejamkan mata. Aku takut melihat darah."Kita bawa ke rumah sakit, ayo." Bu Susi memegang lengan Anisa.Tubuh Anisa gemetar, matanya berair karena menahan sakit yamg teramat sangat, sementara aku masih kebingungan tidak tahu apa yang harus kulakukan, pun dengan Mama."Sakitt, Ma?" Anisa mencengkeram tangan Bu Susi dengan kuat sebelum akhinya matanya tertutup rapat."Nis, Nis, kamu kenapa?" Bu Susi terlihat panik dan menepuk anak perempuannya itu."Ayo, cepat keluarkan mobilnya!" seru Bu Susi."Mobil apa?" Aku memasang wajah bloon dan garuk kepala yang tidak gatal."Kamu memang lelaki tidak berguna. Ya,
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 60"Sekarang bukan saatnya untuk menyesali diri, Anisa bagaimana itu?" Mama yang masih berdiri menunjuk Anisa. Ia tidak berani mendekat karena mamaku itu juga takut dengan yang namanya darah."Ini semua gara-gara kamu, Rey?" Tunjuk Bu Susi."Lho, kok aku?""Ya jelas, lah. Coba kalau kamu ngasih uang yang banyak sama Anisa, tentu aku tidak akan mengajak Anisa pergi dari sini dan insiden ini tidak perlu terjadi." Bu Susi mendengkus kesal."Sudah kubilang debatnya kita lanjutkan nanti saja. Ayo sekarang bawa Anisa ke rumah sakit." Titah Mama.Bu Susi memberikan kunci mobilnya padaku dan kami segera meluncur ke rumah sakit.***"Bagaimana keadaan anak saya, Dok?" Kami bertiga menyongsong seorang pria berkacamata yang keluar dari ruangan Anisa yang baru saja mendapatkan pertolongan setelah menunggu waktu yang cukup lama."Pak, Bu, yang sabar, ya?" jawab dokter.Bu Susi sudah tidak sabar ingi
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 61"Mama tidak mau kehilangan aku sebagai menantu, kan?" Kali ini Anisa menggoyangkan lengan mama."Em, bagaimana, ya?" Mama mendongak dengan tatapan menerawang."Bukankah Mama yang sudah memintaku untuk menikah dengan Mas Rey. Aku janji, Ma, setelah ini aku akan hamil lagi. Bahkan, aku rela dicampuri setelah ini agar bisa cepat hamil lagi.""Jangan gi*a kamu, Nis, wanita yang sedang dalam masa nifas tidak boleh dicampuri,""Iya, kah?""Iya, lah. Sudahlah kamu memang tidak punya harapan lagi untuk bersama Rey. Mungkin ini salah satu jalan agar kamu bisa pisah dengannya.""Enggak, Ma. Aku nggak mau hidup sendiri." Anisa menggeleng."Sudah kubilang kamu akan mendapatkan lelaki yang lebih segalanya dari dia. Kalau perlu aku akan mencarikan pasangan yang pas untuk kamu dengan membuat pengumuman di seluruh penjuru kota. Ya, semacam sayembara gitu.""Kok kesannya aku seperti tidak laku s
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 62"Ada apa ini, Rey? Kenapa kamar kamu seperti kapal pecah gini?" tanya Mama melotot."Ma, uang hasil penjualan mobil hilang!" Aku terduduk sambil mengacak rambut kasar. Itu adalah satu-satunya uang yang kami miliki untuk bisa bertahan hidup."Masa sih? Carilah yang benar?""Udah aku cari, tetapi tetap nggak ada. Pasti ada seseorang yang telah mengambilnya.""Kamu, sih, naruh sembarangan." Mama mencoba membolak-balik seprai sehingga makin berantakan seperti kapal pecah."Udah, Ma. Nggak usah nambahi berantakan kamar ini!""Memangnya kamu taruh di mana?""Aku taruh dalam laci itu, tetapi sudah kusimpan dalam tas kresek hitam biar nggak kelihatan kalau uang." Aku menunjuk tempat yang tadinya untuk menyimpan uang dan kini sudah terbuka."Seharusnya kamu suruh Mama yang simpan, pasti aman." Mama kesal."Sudah terlambat, uang itu sudah nggak ada." Aku mengerucutkan bibir d
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 63"Oh, ya? Lalu dari mana kamu mendapatkan uang sebanyak itu? Jangan-jangan kamu yang ambil uangku, ya?" Aku menunjuk muka Gibran. Ya, melihat adikku itu beli sesuatu barang mahal untuk pacarnya itu membuatku teringat dengan uangku yang baru saja hilang. Wajar, kan aku menuduh Gibran yang ambil?"Mengambil uang Mas Rey? Ya ampun, Mas! Memangnya Mas punya uang sehingga bisa menuduhku?" Gibran tertawa lebar sehingga ingin rasanya kutampar wajahnya yang sangat mirip dengan almarhum papa itu."Makanya, Mas, cari kerja biar punya uang. Uang aja nggak punya, malah mengaku kehilangan. Mas mulai stres, ya?""Aku benar-benar kehilangan uang.""Dalam mimpi?" Gibran masih saja tertawa."Enggak, aku baru saja jual mobil, tetapi uangnya sekarang nggak ada.""Serius? Mobil itu sudah dijual? Pantesan aku celingukan mencari keberadaan mobil itu, tetapi nggak ada.""Kamu yang ambil uang
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 64"Aku pergi dulu, ya, Mas!" Bella mencium pipi Gibran kanan dan kiri secara bergantian."Mau kuantar?" tanya Gibran."Enggak, Mas. Aku bisa sendiri, dah!" Bella melambaikan tangan."Sepertinya memang ada yang tidak beres dengan si Bella itu," ucap Mama seperti bergumam sendiri."Gibran, sebaiknya kamu pikir-pikir lagi untuk menikahi Bella. Selain matre, ia juga tidak beres. Mama punya firasat buruk tentangnya.""Sudah berapa kali kubilang, Mama tidak usah ikut campur," ucap Gibran ketus."Terserah kamu, lah.""Ya emang terserah aku." Gibran ngeloyor masuk ke kamarnya."Kalau bukan Gibran, terus siapa yang mengambil uangku, Ma?""Kita pikirkan itu nanti. Sekarang kita ke rumah Ulfa dulu. Aku ingin memberinya hadiah agar ia tahu kalau aku sangat menyayangi dan perhatian pada calon cucu yang ada di dalam rahimnya itu. Kita bawa susu yang diambil Anisa karena ia sekarang
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 65"Mama, tolong aku, Ma!" Aku berlari ketakutan keluar dan menabrak apa saja yang ada di depanku."Ada apa, sih, Rey? Mama lagi mau istirahat ini!""Ma, barusan si Anisa telepon, dia bilang sudah mengambil uang hasil penjualan mobil kita," ucapku dengan terengah-engah."Itu tidak mungkin, Rey. Anisa masih di rumah sakit saat ini.""Apa mungkin itu arwahnya si Anisa, ya, Ma?""Arwah? Maksud kamu?""Siapa tahu di Anisa mati tertabrak mobil kemudian arwahnya marah sama kita karena sudah menyakitinya. Yang aku dengar, ya, Ma, wanita yang mati usai melahirkan akan menjelma menjadi kuntilanak. Hii." Aku bergidik ngeri. Seketika bulu kudukku berdiri."Mulai sekarang kita harus siap-siap diteror oleh si kuntilanak Anisa." Peluhku bercucuran karena takut. Tubuhku gemetar"Reyhan, Reyhan, mana ada kuntilanak. Kita cari tahu dulu apa yang sebenarnya terjadi sebelum membuat kesimp