Share

6. Enam

Author: Siti Aisyah
last update Last Updated: 2022-01-26 20:15:12

KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 6

Anisa terus memohon agar aku mau mengizinkannya tinggal di rumah ini, tetapi keputusanku sudah bulat tidak anak pernah mengizinkannya, sekarang, besok, dan selamanya.

"Ayolah, Ul. Biarkan Anisa tinggal di sini. Kamu bisa tinggal di atas dan Anisa di bawah," rengek mama mertua.

"Enggak bisa, Ma." Aku berkata dengan tangan bersedekap. Bagiku, sekali tidak tetap tidak. 

"Ya udahlah, kalau memang Ulfa tidak mau mengizinkan Anisa untuk tinggal di sini sebagai madu, aku saja yang tinggal di sini bersamanya. Bagaimanapun juga aku ini masih suami sah karena aku belum mengucapkan talak dan tidak akan pernah mengucapkannya," ucap Mas Rey percaya diri. 

"Maksudnya apa? Kamu bilang mau tinggal di sini bersama perempuan jelek ini dan menyuruhku pergi bersama Mama?" tanya Anisa dengan nada tinggi dan menunjuk mukaku. 

Belum apa-apa saja dia sudah berani menunjuk mukaku dan sok cantik begini. Jelas aku tidak mau menjadikan ia sebagai madu. 

"Ya, Rey. Anisa ini juga istri kamu, jadi di mana pun kamu tinggal, Anisa juga harus ada di sana," ucap wanita yang sudah tidak muda lagi itu. Wanita yang sangat kusayangi seperti ibu kandung sendiri, pun sebaliknya.

"Betul kata Mama, Mas. Silahkan kamu pergi bersama Anisa dan tinggalkan rumah ini sekarang juga." Kuhela napas dan membuangnya dengan kasar. 

"Lalu, bagaimana dengan kamu, Sayang?" Mas Rey menatapku.

"Jangan panggil aku sayang lagi setelah apa yang kamu lakukan di bekakangku. Semua harus  pergi dari sini termasuk kamu, Mas!" ucapku lantang.

"Aku tidak mau. Aku akan tetap di sini meskipun harus tidur di luar seperti tadi malam." Mas Rey berusaha meraih tanganku, tetapi kutepis secepat kilat. 

"Aku juga," sahut Anisa.

"Tidur di luar? Dari pada tidur di luar lebih baik tinggal di rumah Ibu. Ayo!" Ibu menyeret tangan Anisa, tetapi wanita itu tak bergeming.

"Aku mau bersama Mas Rey, Ma. Dia itu suamiku," ucap Anisa dengan suara yang dibuat-buat.

"Rey, ajak Anisa ke rumah Mama dulu. Kasihan, dia lagi hamil." Mama menggoyangkan lengan Mas Rey.

"Iya, Mas. Sebaiknya kamu ajak istri barumu ini ke rumah Mama atau ke mana terserah, asalkan pergi dari sini, enyah dari hadapanku." Teriakku lantang.

Aku meraih ponsel untuk menghubungi seseorang. Saat ini aku merasa tidak bisa menghadapai mereka seorang diri. Apalagi mereka juga ngeyelan semua. Sudah disuruh pergi, tetap saja tidak mau.

Tidak berapa lama seorang lelaki berbadan tegap datang memasuki halaman rumahku.

"Ada yang bisa saya bantu, Mbak Ul?" tanya lelaki berkumis tipis itu setelah aku mempersilahkannya masuk.

"Untuk apa kamu manggil security kompleks segala?" tanya mama mertua mendelik.

"Tolong bawa pergi ketiga orang ini dari rumah saya!" titahku pada lelaki yang katanya masih single itu.

"Lho, bukannya dia itu suami Mbak Ulfa dan ini siapa, Mbak?" Security dengan name tag Juna itu menunjuk mama mertua dan Anisa.

"Oh, ya, perkenalkan ini mama mertua dan ini Anisa, istri baru Mas Rey," jawabku tersenyum sinis.

"Apa? Istri baru? Tidak mungkin Mas Rey menikah lagi. Saya tahu dia lelaki yang setia dan tidak mungkin mengkhianati Mbak Ulfa," ucap Juna dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Itu yang kamu tahu, tetapi terkadang apa yang kita tahu tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Seperti  Mas Rey yang kamu dan aku pikir setia ternyata mendua." 

"Tapi, Mbak ....

"Sudahlah, kamu tidak perlu banyak bertanya lagi. Bawa mereka pergi dari sini kalau perlu seret dan besok jangan izinkan mereka ini datang lagi. Tolong kamu ingat-ingat wajahnya, ya!" titahku. 

Benar saja, security itu tidak banyak bertanya lagi dan langsung menuruti permintaanku. Ia menyeret tangan mama mertua dan Anisa keluar dari rumahku.

"Ul, kita bicarakan ini baik-baik. Izinkan aku untuk tetap  tinggal di sini meskipun tanpa Anisa. Aku akan meninggalkannya demi kamu." Mas Rey meraih tanganku saat Pak Juna menyeret Anisa dan mama mertua.

"Apa? Nikah itu bukan permainan yang dengan mudahnya datang dan pergi. Meskipun kamu meninggalkan Anisa, aku tetap tidak akan mau kembali padamu. Sekali bilang pisah, ya, pisah." 

"Aku mohon, Ul. Biarkan aku tinggal di sini," ucap Mas Rey.

"Pak Juna, tolong bawa Mas Rey pergi dari sini!" teriakku lantang 

Security itu tidak bergeming setelah berhasil membawa keluar mama mertua dan Anisa, tetapi tidak mau menyeret serta mantan suamiku.

"Maaf, Mbak. Saya tidak berani untuk mengusir Mas Rey. Bukankan rumah ini miliknya?" ujar Pak Juna menunduk sambil memainkan jari tangannya.

Aku tepuk jidat, security bernama Juna itu memang sudah lama bekerja di sini. Jadi, dia tahu betul siapa Mas Rey.

"Dulu ini memang rumahnya, tetapi sekarang tidak lagi."

"Maksudnya?" Security itu masih tidak paham dengan ucapanku.

"Mas Rey sudah menyerahkan rumah ini padaku dengan suka rela, jadi secara hukum akulah pemilik rumah ini sekarang. Dan sebagai pemilik rumah yang sah, aku mau Mas Rey pergi dari sini?" Jelasku pada Pak Juna.

"Benar begitu, Mas?" tanya sang security sambil memandang lekat Mas Rey untuk meyakinkan.

"I--iya. Aku sudah tidak berhak atas rumah ini lagi." Mas Rey menunduk.

"Baiklah, untuk memudahkan tugas saya, silahkan Mas Rey pergi dari sini sesuai permintaan Mbak Ulfa," ucap Pak Juna tersenyum.

"Ul, tolong pikirkan sekali lagi keputusanmu  untuk mengusirku. Aku tidak mau pergi dari rumah kita." 

"Aku sudah mantap untuk berpisah dengan seorang lelaki yang sudah nikah diam-diam, Mas. Silahkan kamu pergi dan besok aku kan mengajukan gugatan cerai di pengadilan. Kamu tinggal menunggu saja surat resminya keluar dan saat itu kita sudah tidak punya hubungan apa-apa lagi. Kita hanya mantan." Aku berkata sambil menahan rasa sesak di dada. Perpisahan ini sangat menyakitkan, tetapi aku pasti bisa menjalaninya.

Mas Rey berbalik dan tidak menyanggah lagi. Ia pergi dengan tubuh lunglai.

"Tunggu, Mas!" Tanganku terulur untuk menahannya.

"Ya, kamu berubah pikiran? Tidak jadi memintaku untuk pergi?" tanya Mas Rey dengan mata berbinar.

"Aku hanya mau minta kunci mobil. Bukankah mobil itu juga atas namaku?" Aku mengulurkan tangan dan tersenyum manis untuknya. 

"Apa?" 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   111. Bab 111 ( Ending)

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 111Aku melongo saat melihat Anisa yang baru saja selesai di make over oleh pegawai salon. Cantik, itulah kata yang tepat untuknya. Iya, kecantikan wajah inilah yang dulu membuatku klepek-klepek meski di rumah sudah punya Ulfa. Usai membayar tagihan di kasir, aku segera mengajak Anisa makan di sebuah resto ternama di kota ini. Calon mama meetuaku sudah memberiku uang yang cukup untuk ini. Tidak ada alasan lagi bagiku untuk menunda pernikahan kami apalagi Anisa sekarang sudah mulai membaik. Ia terlihat lebih ceria dan tidak pernah melamun lagi. "Terima kasih, ya, Rey, akhirnya Anisa bisa kembali seperti dulu lagi." Mama menepuk pundakku usai akad nikah. Kulirik Anisa yang masih memakai baju putih khas pengantin. "Iya, aku janji akan menjaga Anisa dengan sepenuh hati dan tidak akan menyia-nyiakannya lagi. Aku sadar, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Dulu, aku selalu berpikir kalau Ulfa adalah jodohku, tetapi ternyata bukan.""Selamat, ya, Mas. Semog

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   110. Bab 110

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 110PoV ReyhanAku mengikuti Bu Susi pulang ke rumahnya bersama Anisa. Ini untuk ke sekian kalinya aku datang ke rumah Anisa. Yang pertama saat melamar dan yang kedua saat menikah. Setelah itu aku tidak pernah datang ke sini lagi karena setelah menikah Anisa ikut tinggal denganku. "Maafkan Mama, ya, Nis. Mama janji tidak akan paksa kamu lagi. Aku tahu kamu sangat mencintai Reyhan meski ia bukan orang kaya. Sekarang Mama akan merestui kalian dan ingin akad pernikahan kalian dipercepat saja." Bu Susi mengusap pundak Anisa dan memeluknya."Sekarang kamu mandi dan ganti baju kalau perlu Mama akan mengajak kamu ke salon. Kamu tidak keberatan, kan, Rey, kalau mengantar Anisa ke salon hari ini," tanya Bu Susi. Mengantar Anisa ke salon? Aku hanya bisa menggaruk kepala yang tidak gatal. Bagaimana aku bisa ke sana sedang uang sana aku tidak punya. "Kamu tidak usah khawatir, ini kunci mobil dan ini uang untuk bayar salon sekalian kalau kalian mau jalan-jalan." Wanita tu

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   109. Bab 109

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 109"Anisa mana, Mbak?" tanya Bu Susi-wanita paruh baya yang pernah menjadi besanku itu. Ia tersenyum ramah, aku pikir ia akan marah-marah dan membawa paksa pulang Anisa dari rumah ini, kalau perlu diseret seperti waktu itu yang sudah membuat Anisa keguguran. Aku melotot mendengar cara ia memanggilku. "Mbak? Sejak kapan aku punya adik sepertimu? Sejak kapan ibuku juga melahirkanmu? Aku tidak pernah merasa punya adik seorang adik perempuan sepertimu. Mau apa kamu ke sini?" tanyaku tanpa mempersilahkan masuk. "Siapa, Ma?" seru Reyhan setelah mendengar teriakanku. "Bu Susi? Silahkan masuk, Bu," kata Reyhan. "Reyhan. Maafkan Mama, Nak," kata Bu Susi dengan mata berkaca-kaca. "Mama baru saja dari rumah Ulfa untuk mencari Anisa dan dia bilang kalau kamu mengajaknya pulang. Setelah Mama pikir, Ulfa benar, kalah hanya kamu yang bisa mengembalikan Anisa seperti sedia kala. Mama mohon, Rey, nikahilah Anisa." Bu Susi memegang tangan Reyhan. Reyhan tersenyum. "Aku sep

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   108. Bab 108

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 108Perutku keroncongan seolah cacing-cacing di dalam sana sedang berdemo minta diisi. Usai cuci tangan pakai sabun dengan benar, aku menuju ke meja makan meski sebenarnya malas juga harus makan satu meja dengan Bella-wanita yang sudah menipu kami mentah-mentah. Kuambil nasi plus satu potong ayam berwarna cokelat lalu memasukkan ke dalam mulut. Enak, rasanya benar-benar enak, asin dan manisnya pas, serta bumbunya meresap sempurna. Aku yang awalnya tidak berselera makan, mendadak makan dengan lahap. Bahkan nasi satu piring penuh dan satu potong besar ayam sudah habis hanya dalam hitungan menit. "Enak, Ma?" tanya Reyhan yang duduk di dekatku. Ia hendak mengambil nasi. "Enak, Rey. Rasanya benar-benar pas di lidah. Baru kali ini ibu makan ayam seenak ini. Ini beli di mana? Warung langganan kita? Biasanya kalau nggak keasinan, ya, kurang asin, tetapi kali ini pas. Mungkin kokinya sudah ganti kali, ya?" ucapku. Kujilat tangan bekas makan ayam karena sayang jika la

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   107. Bab 107

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 107PoV MamaKututup telingaku rapat-rapat saat Gibran mengetuk pintu dan memintaku agar mau merestui hubungan Reyhan yang ingin menikah lagi dengan Anisa. Ya Tuhan, apa salah dan dosaku ini? Kenapa anak-anakku menjadi kehilangan kewarasannya seperti ini? Gibran akan menikah dengan Bella yang pekerjaannya hanya seorang asisten rumah tangga dan tidak punya rumah karena selama ini ia hanya mengontrak. Apa yang dapat dibanggakan darinya coba? Belum hilang rasa kecewaku pada Gibran, sekarang Reyhan malah membawa kabar yang lebih mengejutkan. Ia akan menikahi lagi si Anisa yang kini sudah tidak waras itu. Dulu, hidupku begitu sempurna saat Reyhan masih menjadi suaminya Ulfa karena mereka punya toko sehingga aku bebas melakukan atau meminta apa saja yang aku mau.Ulfa, maafkan Mama, Nak. Seandainya waktu bisa diputar ulang, tentu aku tidak akan pernah meminta Reyhan untuk menikahi Anisa yang dapat membuat kamu harus kehilangan semuanya. Ah, penyesalan memang selal

  • KEJUTAN UNTUK SUAMIKU   106. Bab 106

    KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 106"Apa? Kamu tetap ingin menikahi Anisa lagi dan tidak mau dengar omongan Mama? Kayak nggak ada perempuan lain saja." Ibu melengos dan terlihat tidak suka dengan keputusanku. "Apa pun yang Mama katakan, tidak akan mengubah keputusanku untuk menikahi Anisa untuk yang kedua kalinya," ucapku. Mama mengerucutkan bibir dan menggeleng. "Dan sampai kapan pun Mama tidak akan metestui hubungan kamu dengan wanita ini, Rey. Lebih baik jomlo seumur hidup dengan menyandang status duda daripada harus kembali padanya. Otak kamu ada di mana, Rey? Apakah sudah hilang atau masih ada tetapi sudah tidak berfungsi sebagai mana mestinya?" Mama berkata sambil menunjuk mukaku lebih tepatnya kening. "Ada apa ini? Kenapa Mama dan Mas Rey ribut?" Tiba-tiba Gibran datang bersama Bella. "Eh, ada tamu juga? Siapa dia, Mas? Calon penggantinya Mbak Ulfa dan Mbak Anisa?" Gibran mendekati Anisa yang masih saja duduk santai di kursi. Ia seolah tidak peduli dengan orang lain. Ibu semakin cem

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status