KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 83
"Maaf, Mbak. Tadi ada satu pertanyaan yang belum kujawab, takutnya penasaran nanti." Amar nyengir.
"Pertanyaan yang mana?"
"Mbak tadi bertanya apakah aku sudah menikah."
"Oh, itu,"
"Aku belum menikah, Mbak, alias masih jomlo."
"Oh, alhamdulillah kalau begitu." Aku manggut-manggut, mengurut dada perlahan. Lega.
"Lho, kok, alhamdullillah. Memangnya kenapa? Kamu senang aku nggak laku?"
"Oh, itu, em, aku menawari kamu untuk bekerja denganku menggantikan manager lama yang kupecat karena korupsi." Aku lega, akhirnya menemukan jawaban yang tepat padanya. Tidak mungkin, 'kan aku bilang naksir atau suka pada pandangan pertama. Aku cukup tahu diri, kok, janda yang sedang hamil sepertiku tidak pantas suka dengannya.
"Terus apa hubungannya dengan tahu aku menikah atau belum?"
"Kalau kamu belum menikah itu artinya bisa bekerja maksimal karena tidak ada istri yang menggangg
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 84"I--iya, tolong jangan bahas suamiku. Kamu mau nggak kerja sama aku? Tolong pikirkan baik-baik tawaranku ini dan aku berharap kamu bersedia. Please!" Aku menangkupkan tangan di dada."Em, gimana, ya?" Amar menggaruk tengkuknya."Aku kasih waktu kamu untuk berpikir, ya! Ini alamat rumah serta tokoku, lengkap dengan nomor telepon. Hubungi aku atau datang langsung saja jika kamu mau. Aku tunggu, ya, dan aku memohon dengan sangat kamu mau." Aku mengulurkan selembar kertas padanya."Apa perlu membuat surat lamaran kerja?" Amar melihat dengan saksama alamat yang kuberikan."Tidak perlu pakai surat lamaran kerja, no interview, kamu langsung diterima.""Baiklah. Aku coba semedi untuk mohon petunjuk, ya? Maksudku salat istikharah untuk meminta petunjuk pada Allah agar diberikan jalan yang terbaik." Amar memasukkan kertas itu ke dalam saku celananya."Salat istikharah? Mau cari jodoh?" Aku mengernyit."Kamu
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 85"Karena posisi itu sudah ada yang menempati." Aku nyengir. Aduh, kenapa si Amar nggak ngasih kabar juga sampai sekarang. Apakah dia nggak mau? Apa perlu aku menelepon dia terlebih dahulu untuk menanyakan mau atau tidaknya agar lebih jelas? Tetapi, aku tidak punya nomor teleponnya. Bagaimana ini?"Siapa? Kamu jangan sembarangan menerima orang untuk bekerja di toko kita, ya, Ul.""Tokoku, Mas, bukan toko kita.""Iya, aku tahu, tetapi aku masih berharap toko ini bisa menjadi toko kita lagi.""Sekarang Mas pulang aja karena aku sudah pasti tidak menerima kamu lagi.""Aku tidak akan pulang sebelum melihat siapa yang menjadi manager di toko ini. Aku harus memastikan kalau kamu tidak salah pilih.""Itu bukan urusan kamu lagi." Aku kesal Mas Rey belum mau pulang juga.Tiba-tiba seorang karyawan datang dan bilang ada seseorang yang ingin bertemu denganku selaku pemilik t
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 86"Nah, kan? Nggak bisa jawab? Mana ada calon suami memanggil Mbak? Hahaha, sudahlah, Ul, jangan aneh-aneh, ngaku aja kalau kamu tidak akan pernah bisa move on dariku, apalagi sekarang ada anak dalam kandunganmu." Mas Rey tertawa lebar"Aku ini memang calon suaminya Mbak Ulfa, maksudku Ulfa. Silahkan bapak pulang saja karena kami mau ada acara." Tangan Amar masih berada di lenganku. Jangan ditanya bagaimana perasaanku saat ini. Yang pasti jantungku deg-degan tidak karuan seperti mau copot. Lelaki yang datang di saat yang tepat itu pasti bisa mendengar detak jantungku karena jarak kami yang sangat dekat saat ini."Benar, Mas. Dia ini memang calon suami sekaligus manager di toko ini. Jadi, silahkan kamu pulang.""Tapi, Ul ....""Tidak ada tapi-tapian. Benar kata Amar, kami ada urusan. Ayo." Aku melirik Amar dan mempererat pegangan lenganku."Ulfa, Ulfa, kamu ini tidak pandai berbohong. Sudah jelas dia i
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 87Ayo, suruh Mas Rey keluar dari sini. Aku sudah capek mengusirnya, tetapi tidak mau juga!" Aku berteriak dengan kesal."Tetapi, Bu ...?""Sudah, lakukan saja perintahku. Di toko ini belum ada satpam pribadi, jadi kalian sebagai laki-laki yang harus turun tangan." Aku mendengkus kesal. Sepertinya aku harus punya satpam di toko mulai sekarang agar bisa membantuku unuk menyelesaikan masalah seperti ini.Mas Rey berhasil dikeluarkan setelah diseret oleh Roni dan Anto meski ia terus meronta, tetapi ia tidak mungkin mampu melawan dua orang.Aku pun segera melepaskan pegangan tanganku pada Amar setelah Mas Rey keluar."Maafkan aku, ya? Tadi aku pegang lengan kamu. Habis kalau nggak begitu, dia nggak mau pergi." Aku meringis dan menangkupkan tangan di dada."Jadi, ternyata Mbak ini janda dan itu mantan suaminya?""Iya, maaf, waktu itu aku tidak bilang kalau aku sudah menjadi j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 88"Kalau aku kerja di toko ini, bagaimana dengan anak-anak TPA? Siapa yang akan mengajar mereka?""Kalau begitu aku akan menambah gaji kamu sesuai dengan yang kamu dapatkan saat masih mengajar di TPA, bagaimana?""Ini bukan masalah uang, Mbak, tetapi aku merasa punya tanggung jawab untuk mengajar anak-anak meski tidak dibayar.""Jadi, kamu tidak dapat bayaran dari mengajar itu?"Amar mengangguk."Oh.""Aku merasa berat untuk meninggalkan anak-anak kecuali ada yang menggantikanku di sama, tetapi aku yakin tidak ada yang mau karena memang tidak ada upahnya.""Bagaimana kalau kamu cari penggantinya agar kamu bisa bekerja di tokoku dan aku yang akan memberi gaji pada orang itu." Aku tersenyum cerah merasa punya ide yang cemerlang. Entah mengapa aku merasa punya harapan besar pada Amar agar dia mau bekerja di tokoku. Aku benar-benar sudah terpesona dengan kejujurannya yang j
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 89"Selamat bergabung di tokoku, Am. Semoga kamu bisa bekerja dengan baik seperti yang kuharapkan." Aku tersenyum.Tidak butuh lama bagi seorang Amar untuk menyesuaikan diri. Meskipun ia pemuda desa yang setiap hari harus berkutat dengan tanaman, ternyata ia seorang sarjana."Am, kamu ini seorang sarjana, tetapi kenapa masih tinggal di desa dan menjadi petani? Seharusnya kamu bisa bekerja di kantor?" tanyaku saat ia fokus dengan layar laptop di depannya. Ia sedang memeriksa laporan barang yang masuk."Memangnya kenapa kalau aku masih di desa? Menjadi sarjana bukan berarti harus bekerja di kantor, kan?" Ia menoleh sebentar lalu fokus dengan pekerjaannya lagi."Ya, tetapi ...." Aku menggigit bibir bawah."Aku masih di desa karena tidak mau meninggalkan kedua orang tuaku dan saat mereka meninggal pun aku tetap tidak mau pergi dari rumah. Entah mengapa aku merasa nyaman menjadi menjadi petani meski terkadang has
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 90Apa mungkin si Tinah pergi? Biasanya ia selalu izin jika ingin pergi meskipun hanya sebentar. Oh, ya, aku baru ingat kalau katanya ia akan menikah, mungkin is sedang pergi bersama calon suaminya untuk mengurus pernikahannya.Tiba-tiba jantungku berdebar tidak karuan saat melihat pintu kamarku sedikit terbuka."Tinah? Apa yang kamu lakukan di kamarku?" Aku terbelalak saat melihat pembantuku sedang membuka lemari dan seperti sedang mencari sesuatu."Ibu? Ibu kok sudah pulang jam segini? Tidak seperti biasanya?" Tinah kaget dan tangannya gemetar, kulihat keringat sebesar biji jagung keluar dari keningnya."Jawab pertanyaanku Tinah? Apa yang kamu cari?" tanyaku dengan nada tinggi."Sa--saya." Tinah semakin gemetar."Apa gaji yang kuberikan masih kurang?""Bukan begitu, Bu. Gaji yang selama ini diberi Ibu sudah cukup. Sebenarnya saya hanya ingin pinjam baju milik Ibu, boleh, kan?""K
KEJUTAN UNTUK SUAMIKU 91"Saya tidak punya hubungan apa-apa dengan Mas Rey, tetapi ia adalah calon kakak ipar saya. Mama dan Mas Rey marah saat tahu saya hanya seorang pembantu, tetapi saat tahu saya bekerja di rumah Bu Ulfa, mereka menyuruh untuk mengambil sertifikat rumah ini agar Mama merestui hubungan kami." Tinah menjelaskan panjang lebar."Apakah ucapan kamu bisa dipercaya?" tanyaku dengan tangan bersedekap."Tentu, Bu. Mas Rey juga yang sudah bilang kalau sertifikat itu Ibu simpan di dalam lemari, tetapi dari tadi saya mencarinya tidak ketemu juga.""Terima kasih atas penjelasan kamu. Sekarang silahkan kamu pergi dan ini gajimu bulan ini. Aku beri full satu bulan meski sebenarnya belum ada." Aku menyodorkan amplop coklat berisi uang padanya..Aku menghela napas perlahan melihat kepergian Tinah. Sekarang aku tidak punya pembantu lagi, tetapi itu lebih baik dari pada punya pembantu tetapi ternyata punya niat buruk.Aku tidak