Nggak, tentu saja nggak masalah, aku memakai pakaian Tante Vanessa, mama William. Toh, William sendiri yang meminjamkannya padaku, kan? Sungguh, sama sekali nggak menduga kalau ternyata sudah meninggal. Sempat berpikir malah, kalau dia sedang ada kepentingan di luar rumah atau semacamnya. Percayalah, pertanyaanku tadi---masalah memakai pakaian orang yang sudah meninggal---hanya serpihan kecil dari rasa terkejut dan ikut berduka cita.
You can imagine lah, bagaimana Perasaanku?
Aku memakai sweater, syal, kaos kaki dan juga topi itu hampir seharian penuh, lho. Sampai jam makan malam. Eh, topinya sih nggak, hanya beberapa jam saja. Oooh, my God! How could I felt so calm and comfort? Untuk jawabannya, kalau istilah yang sering digu
Big no!Apapun Yang Kenzy katakan, nggak akan semudah itu aku mempercayainya. Nggak, walaupun mulutnya sampai berbusa-busa pun harus tetap berhati-hati dan waspada. Masa iya, dia berubah sebaik itu hanya dalam hitungan jam? Halooo, tadi pagi dia masih bertemu dan pergi bersama Marcella, lho! Bahkan, walaupun terlihat kikuk, nggak menolak tuh, sewaktu Marcella mengujaninya dengan kiss love? Sungguh, suaranya saja terdengar sampai di ruang makan. Maksudku, sama sekali nggak terdengar Kenzy melarang Marcella melakukan itu atau semacamnya. Entah, bagaimana kenyataanya. Ya ampuuun, mataku kan, nggak bisa menembus dinding?"Percaya sama aku, Nya!" Kenzy memohon-mohon sambil berlutut di depanku, "Aku janji, mulai detik ini aku akan membahagiakan
De swiiing, wiiing, wiiing!"Aaa …!" nyaris saja aku menjerit melihat Kenzy berendam di bathtub dengan santainya, "Oooh, my God!" secepat mungkin aku membalikkan badan menghadap ke pintu kamar mandi, "What aru you doing here, Kenzy?"Oh, ooohhh, my God!Bisa-bisanya dia berendam di bathtub, padahal kan, baru jam delapan? Baru saja selesai makan malam. Eh, nggak, percayalah aku nggak memperhatikan dia. Maksudku, aku melihatnya sedang makan malam tadi di bawah. Masa, tahu-tahu sudah berendam di bathtub? Sampai berbusa-busa pula, seperti anak kecil saja!
Saatnya berkebun dengan gembira tralala. Tadi, sepulang dari DFF Amsterdam untuk mengurus registrasi, aku mampir ke rumahnya. Sebenarnya, hanya mengambil sepeda yang kututitipkan di sana, sih. Nggak sampai sepuluh menit, karena Sophia mau ada acara bersama mamanya. Lagipula, aku juga sudah ada janji dengan Oma. Dia minta dibantu membuat adonan donat. Katanya, cucu kembarnya yang di Den Haag mau bermalam di rumahnya, malam ini sampai tiga malam ke depan. Jadi, dia berniat membuatkan donat untuk mereka. Menurut Oma, cucu kembarnya itu termasuk doughnuts lovers.Kalau aku?Ice cream's lover, dong. Haha. Haha.Well, kami naik bus tadi waktu beran
Saatnya berkebun dengan gembira tralala. Tadi, sepulang dari DFF Amsterdam untuk mengurus registrasi, aku mampir ke rumahnya. Sebenarnya, hanya mengambil sepeda yang kututitipkan di sana, sih. Nggak sampai sepuluh menit, karena Sophia mau ada acara bersama mamanya. Lagipula, aku juga sudah ada janji dengan Oma. Dia minta dibantu membuat adonan donat. Katanya, cucu kembarnya yang di Den Haag mau bermalam di rumahnya, malam ini sampai tiga malam ke depan. Jadi, dia berniat membuatkan donat untuk mereka. Menurut Oma, cucu kembarnya itu termasuk doughnuts lovers.Kalau aku?Ice cream's lover, dong. Haha. Haha.Well, kami naik bus tadi waktu beran
Dengan kegembiraan yang membuncah, aku mengeja nama yang tertera di Student ID Card, "Anyelir Nuansa Asmara."Cantik ya, namaku? Bunga Anyelir dalam nuansa cinta. Tanpa kusadari, air mata ini meleleh hangat di pipi, nyaris panas. Meskipun nggak seindah nama pemberian Mama dan Papa tapi harus tetap beryukur atas segala cerita hidup, kan? Ya, yaaahhh, mungkin suatu hari nanti, cerita indah itu akan tertulis juga. Mungkin, air mata ini akan tergantikan dengan tawa bahagia. Nothing is impossible, kan? Yeaaah, kata Papa Snoek sih begitu, "Nothing is impossible, Anyelir. You understand it, don't you?"Yes, I do. Tapi sayangnya, hanya sebatas kata-kata. Dari pada Papa meninggal karena heart attack? Masa sih, dalam usiaku yang masih muda be
Mereka sedang berbincang-bincang di ruang makan, ketika aku turun. Apa yang diperbincangkan? Aku nggak tahu, nggak terlalu terdengar dari sini. Ya ampuuun, telingaku kan bukan telinga kelelawar? Tapi, ummm, sepertinya mereka memperbincangkan tentan rumah sakit? Siapa yang sakit, apa ini ada kaitannya dengan Oma? Ahhh, nggak mungkin. Manusia plastik dan batu karang itu, nggak mungkin memiliki kepedulian sosial lagi. Kalaupun memiliki, sangat kecil presentasenya, yakin.Sekarang, aku terhimpit oleh dua pilihan. Kembali ke kamar atau tetap ke ruang makan dan sarapan. Artinya, sarapan bersama Elize dan Kenzy. Oke, nggak bersama, tapi harus uji nyali untuk beberapa saat lamanya … Menyeduh lechy tea, membuat roti dan menyiapkan buah. Akhir-akhir ini, aku juga makan buah sesudah sarapan. Nah, setelah itu, baru ke kamar lagi atau
Auuuhhh, sakit sekali rasanya, melihat tubuh Sweety yang sudah menjadi bangkai kering di dalam lemari persediaan. Bukan hanya sakit sebenarnya tapi juga ngeri dan jijik. Oooh, ooohhh, my God! Hueeekkk … Ya ampuuun! Sumpah, kalau tadi kalung kerang Sweety nggak terlihat, mungkin aku sudah gila. Berderap menuruni tangga---meskipun gemetar dan mungkin malah terjatuh lalu terguling-guling sampai di gang---sambil menjerit-jerit histeris.Untung, Kenzy langsung naik tadi dan segera mengambil tindakan. Sigap juga dia, menangani masalah itu. Entah bagaimana---aku nggak terlalu ingat---Kenzy mengeluarkan Sweety sambil menangis. Hal yang membuatku heran, seheran-herannya karena
Wooow, amazing tralala!Ternyata, ketika aku kembali dari ruang laundry, tuang baca sudah bersih dan kinclong. Siapa lagi yang mengerjakan semua itu kalau bukan Kenzy? Sekarang hanya tinggal menyedot debu saja. Eh, mengepel juga, sih. Tapi kan, itu belum pernah terjadi selama ini? Jadi, yaaa, rasanya seperti mendapatkan big surprise. Sungguh, kalau nggak malu, ingin rasanya jingkrak-jingkrak atau minimal melompat sekali lalau mengatakan, "Yes!"Lebih amazing tralala lagi, Kenzy meminta vacuum cleaner itu dariku dan dia sendiri yang menyedot debu---bukan hanya di karpet bulu tapi juga di seluruh lantai---dengan wajah ceria. Dalam hati sempat bertanya, apakah ini mimpi? Apakah ini imajinasi? Ooohhh, jangan-jangan aku sudah mulai