Share

KEMBALI DARI KEMATIAN: EL DAN REKONSILIASI MASA LALU
KEMBALI DARI KEMATIAN: EL DAN REKONSILIASI MASA LALU
Penulis: Wein caxx

Bab 1: Kematian dan Kesempatan Baru

Dalam kegelapan ruang bawah tanah, Rafael Grayson, seorang pria paruh baya yang lebih akrab disapa El, tampak terkulai lemah. Wajahnya pucat dan dipenuhi bercak darah, sementara matanya memancarkan kebencian yang mendalam. Dia menatap saudara tirinya yang sedang berjalan mendekati seorang pria tua yang berada di sudut ruangan.

"Kau tidak bisa menyentuhnya, atau kau tidak akan mendapatkan apa pun," ucap El dengan suara serak, berusaha melindungi pria tua itu.

"Menurutmu, jika orang tua ini mati, siapa yang harus disalahkan? Hmm?" Benjamin bertanya dengan nada misterius, seolah menyiratkan sesuatu.

"Kau tidak akan melakukannya," El menjawab dengan penuh keyakinan. Dia berpikir bahwa Benjamin tidak akan berani melukai pria tua itu, karena dia tahu Benjamin membutuhkannya untuk mengancam dirinya.

"Dorrrr!" Suara tembakan menggema di seluruh ruangan bawah tanah. Peluru panas mendarat tepat di dahinya Pak Tua Wisman. Tubuhnya roboh ke lantai, dengan mata terbuka lebar, menatap ke arah El.

"Benjamin!" El berteriak, suaranya penuh kemarahan. Dia berusaha berdiri, ingin menerkam Benjamin, namun pengawal-pengawal Benjamin dengan cepat membekuknya.

"Hahahaha, seperti yang kau minta, aku tidak menyentuhnya". Benjamin tertawa sambil mengangkat kedua tangannya, seolah-olah dia tidak bersalah.

"Jadi kakak, apakah kau akan memberitahu ku di mana harta tersembunyi itu?" Benjamin Delaney melanjutkan dengan ekspresi mengancam. Di sampingnya, Isabella Delaney, adiknya, duduk di kursi dekat El, kedua tangannya terlipat, senyum sinis terpampang di wajahnya.

"Sialan kau, bunuh saja aku." El menangis histeris. Rasa penyesalan dan perasaan bersalah melanda El.

Dia merasa menyesal karena telah melibatkan Pak Tua Wisman dalam masalah pribadinya. Orang yang seharusnya menerima balasan hutang budinya, malah mati tragis karena masalah pribadinya.

El seharusnya adalah pewaris tunggal dari keluarga mafia terkaya dan terkuat di negara Novaria ini. Namun, El terlalu meremehkan keluarga Delaney, keluarga tirinya yang dia anggap rendahan, hingga sebuah kenyataan pahit menamparnya tujuh tahun yang lalu. Itu menjadi awal dari kehidupannya yang penuh penderitaan

Dia tidak pernah menyangka bahwa keluarga Delaney akan bersekutu dengan keluarga Sinclair untuk membunuh ayahnya. Dan yang paling menyakitkan adalah, tangan istrinya, Olivia Sinclair, menjadi yang paling berperan dalam pembunuhan ayahnya.

El terpaksa melarikan diri saat itu, sadar bahwa dia akan menjadi target berikutnya. Dia tidak memiliki kekuatan untuk melawan karena hampir semua orang-orang ayahnya menutup mata atas apa yang terjadi. Benjamin telah mengambil alih orang-orang setia milik ayahnya.

Selama tujuh tahun, El menjadi buronan keluarga Delaney. El pergi ke tempat yang jauh dan menjalani kehidupan yang sangat berbeda dari sebelumnya.

El bertemu dengan Pak Tua Wisman. Meski hidup dalam kekurangan, Pak Tua Wisman sangat baik padanya. Dia menyembunyikan El selama tujuh tahun ini, dan menjadikannya muridnya, karena meski miskin, Pak Tua itu memiliki masa lalu dan latar belakang yang tidak biasa. Dan El belajar banyak darinya selama lebih dari Tujuh tahun ini.

El berharap, ketika dia sudah cukup kuat, dia akan bangkit dan membalas dendam kepada keluarga Delaney. Dia sangat mengetahui tentang keluarga Delaney saat itu, karena meski mereka berhasil mengklaim seluruh kekayaan keluarga Grayson, itu hanyalah cangkang kosong. Harta keluarga Grayson yang sebenarnya berada di tempat lain di negara ini. El tahu karena kakeknya pernah memberitahu tempatnya, dan sebagai pewaris tunggal keluarga Grayson, dia memiliki hak untuk tahu.

El yakin bahwa Benjamin dan keluarga Delaney tidak diberitahu tentang itu oleh Don Adam, karena mereka telah membunuh Don Adam terlebih dahulu. Bahkan jika mereka sudah tahu pun, itu tidak masalah bagi El, karena penyimpanan harta itu hanya bisa dibuka oleh pewaris langsung dari keluarga Grayson. Dia berencana, setelah dia cukup kuat, dia akan mengambil harta itu dan membalaskan dendamnya.

Namun, entah bagaimana, persembunyiannya yang membuatnya aman selama tujuh tahun ini diketahui oleh Benjamin. Dan mereka berakhir tragis seperti hari ini.

"Dorrr!" Suara tembakan kembali menggema di seluruh ruangan, diikuti oleh teriakan El. Benjamin menembak tepat di kaki El.

"Itu bukan jawaban yang aku inginkan!" Benjamin berkata dengan nada tidak puas. Dia membungkuk dan menempatkan wajahnya tepat di depan wajah El.

"Kau bisa mati setelah aku mendapatkan apa yang aku inginkan." Tambah Benjamin.

El merasakan sakit yang luar biasa. Dia menatap Benjamin dengan tatapan penuh kebencian. "Bermimpilah..." El meludahi wajah Benjamin.

"Sialan kau...." Benjamin menendang tepat di wajah El.

"Bawa dia kemari," perintah Benjamin kepada anak buahnya sambil mengelap wajahnya.

"Hahaha, aku tidak punya siapa-siapa lagi. Kau bisa membunuhku tanpa mendapatkan apa yang kau inginkan," El tertawa lemah. Dia tidak berpikir bahwa ada seseorang lagi yang akan terseret ke dalam masalahnya.

Namun, sosok yang diseret oleh anak buah Benjamin dari balik pintu membuat matanya melotot. Pria itu terlihat menyedihkan. Wajahnya pucat dan penuh darah seperti baru saja dipukuli.

"Sawyer," El refleks.

"Hehehe, lucu sekali kak El," Isabella yang hanya menonton sejak tadi mulai berkomentar.

"Kau bilang tidak memiliki siapa-siapa, tapi apa-apaan ekspresi itu?" Isabella tertawa.

"Dia tidak memiliki hubungan dengan ku," El berkata penuh emosi.

"Kau pikir aku tidak tahu? Orang ini memang tidak pernah berhubungan denganmu, tapi aku yakin bahwa kau menyadari tindakannya," kata Isabella.

"Ka...kau...!" kata-kata El menggantung.

"Hahaha, kelihatannya, satu kepala memang tidak cukup ya..." Benjamin berkata santai, tapi raut wajahnya menunjukkan ancaman yang serius.

El menahan kekesalan dan rasa sakitnya. Jujur saja, dia tidak ingin ada orang malang lainnya yang jatuh karena dirinya. Dia berpikir bahwa dia hanya perlu menyerahkan harta ayahnya saja, dan mungkin penderitaannya juga akan berakhir. El mengatupkan rahangnya dan membuat keputusan.

"Baiklah, aku menyerah!" kata El.

Sawyer tampak sangat terkejut, tapi dia tidak berkata-kata.

"Hmmm, kakak yang baik," Benjamin tersenyum seperti tidak bersalah.

El akhirnya memutuskan untuk memberikan apa yang saudara dan saudari tirinya itu inginkan. Walaupun Sawyer memang tidak memiliki hubungan secara langsung dengannya, tapi El tahu bahwa persembunyian selama tujuh tahun ini aman karena tidak luput dari bantuan Sawyer, walaupun secara tidak langsung.

El tidak ingin nasib Sawyer akan sama seperti Pak Tua Wisman, yang mati karena membela dirinya. Dia tidak ingin ada korban lain karena masalahnya. Dia telah membuat keputusan, dan dia akan menanggung konsekuensinya.

***

Di dalam sebuah ruangan bawah tanah, El, Benjamin, dan Isabella berdiri tegak di depan sebuah brankas besar yang terbuat dari baja tebal.

El mulai memutar kombinasi angka dan brankas itu terbuka tanpa hambatan. Suara logam beradu terdengar, memecah keheningan ruangan.

"Hah... Ini... Ini... Bangunkan aku, jika ini mimpi," Isabella berkata dengan mata terbelalak. Dia belum pernah melihat harta sebanyak ini sebelumnya.

Benjamin menepuk pundak adiknya itu, dan merangkul Isabella dengan senyum lebar.

"Hehehe, ini bukan mimpi. Kita telah mencapai tujuan kita," kata Benjamin dengan nada gembira.

El yang berada di samping mereka hanya tersenyum pahit. Jelas bahwa dia tidak rela harta itu jatuh ke tangan yang salah seperti Keluarga Delaney. Walaupun harta yang mereka dapat hanya sebagian dari seluruh kekayaan milik Keluarga Grayson.

Ya. Faktanya, harta yang mereka temukan hanyalah setengah dari total harta yang sebenarnya disimpan oleh kakeknya. Kakek El telah menyembunyikan harta tersebut di dua tempat berbeda, dan El yakin bahwa Benjamin dan Isabella tidak mengetahui hal ini.

Kakek El sebelumnya telah bekerja sama dengan bank Swiss untuk membuat dua brankas dan sebuah surat wasiat yang menyatakan bahwa kedua brankas tersebut akan diwariskan kepada kedua anaknya.

Pak Tua Grayson, atau kakeknya El, sebenarnya memiliki dua orang anak. Namun, salah satu anaknya telah meninggal jauh sebelum kematian Pak Tua karena sebuah insiden. Oleh karena itu, surat wasiat tersebut kemudian diubah. Salah satu bagian harta tetap berada atas nama Adam Grayson dan satu lagi atas nama Rafael Grayson yang merupakan cucu satu-satunya.

Syarat untuk membuka kedua brankas tersebut adalah memiliki kode izin resmi dari bank Swiss, memiliki kode yang diberikan kepada pemilik nama di surat wasiat, dan memiliki kode yang diberikan kepada kepala keluarga Grayson. Dan itu harus menggunakan sidik jari dari kedua ayah dan anak tersebut.

Oleh karena itu, walaupun Keluarga Delaney telah resmi mewarisi seluruh kekayaan keluarga Grayson, mereka sama sekali tidak memiliki akses ke brankas tersebut. Karena wasiat itu secara gamblang mengatakan bahwa orang yang bisa menerima kode akses tersebut hanyalah keturunan langsung dari Keluarga Grayson.

El telah dikirim ke Swiss beberapa hari yang lalu untuk membalik namakan surat wasiat atas nama ayahnya ke namanya. Dan harta yang saat ini ditemukan dan diambil oleh Benjamin dan Isabella adalah bagian harta yang sebelumnya milik Don Adam.

El yakin, Benjamin dan keluarga Delaney tidak menyadari harta di balik namanya. "Akan lebih baik harta itu tidak dimiliki siapapun jika dia tidak mendapatkannya," pikirnya.

"Kau sudah dapat apa yang kau mau," kata El datar.

"Jadi, aku minta kau lepaskan Sawyer!" El menambahkan dengan nada kesal. El tahu bahwa akhir hidupnya sudah dekat dan dia sangat ingin melihat Sawyer bisa bebas dari masalah yang dia timbulkan.

"Hahaha, baiklah," Benjamin tersenyum sinis dan tiba-tiba dia mengangkat pistolnya mengarahkannya kepada Sawyer lalu...

"Dor..." Benjamin menembak kepala Sawyer.

"Kau..." El berteriak kembali tapi ketika El akan menerkam Benjamin...

"Dor..." Suara tembakan kembali menggema memenuhi ruangan itu. Dan kali ini tembakan itu ditujukan tepat ke jantung El.

"Si... Sialan kau," El berkata lemah pandangannya seketika menjadi kabur dan dia terjatuh ke lantai.

"Sial, inikah akhir dari ku," batin El.

"Hm, hm, hm. Kakak, kau kejam," Isabella berkata dengan santai seolah-olah dia sudah memperkirakan hal itu.

"Mereka mungkin akan jadi ancaman jika dibiarkan hidup," kata Benjamin santai.

"Itu sangat mungkin!" Isabella tersenyum.

******

Di pagi hari, saat fajar menyingsing dan cahaya matahari mulai merayap masuk melalui celah-celah jendela, sinar lembut itu menerpa wajah El, membangunkan pria itu dari tidurnya.

"Emmmhh... Di mana ini..." El membuka matanya perlahan, menatap langit-langit rumah. Dia merasa tubuhnya jauh lebih ringan dan bebas dari beban rasa sakit yang dia rasakan sebelumnya. Dia berusaha duduk, merasa bingung dan disorientasi.

"Apakah aku masih hidup..." gumamnya. El meraba-raba tubuhnya sendiri, tapi dia dikejutkan oleh tubuhnya yang seharusnya penuh luka, malah terlihat tanpa goresan sedikit pun. Dia merasa aneh, seolah-olah dia baru saja terlempar dari mimpi buruk yang panjang dan mengerikan.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" Dengan rasa penasaran, El bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju cermin besar yang ada di dekat pintu.

Dia menatap dirinya di cermin, terkejut dengan apa yang dia lihat. Dia terlihat masih seperti pemuda berusia 20 tahunan. Tiba-tiba saja dia panik dan sedikit mundur ke belakang. Dia menampar keras wajahnya sendiri.

"Ahh... Ini... ini." Refleks, dia berlari ke arah meja di sampingnya, dan menemukan sebuah kalender yang terletak di atas meja.

"Tahun 2000?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status