Share

BAB 2

Lisa kaget. Dia tidak menyangka Steven setuju untuk bercerai dengannya.

“Betul kan, kamu memang selingkuh!” Lisa mulai menangis. Dia yakin hanya wanita lain yang mampu membuat Steven melupakan anniversary mereka dan memperlakukan Lisa dengan dingin, bahkan ingin menceraikannya.

“Kamu senang kan kalau kita bercerai, jadi kamu bisa bebas dengan selingkuhanmu. Kamu pasti bosan melihat aku yang gemuk, jelek, tidak terawat. Makanya kamu mencari wanita lain yang lebih cantik dan seksi.” tangis Lisa bertambah keras.

Steven menahan nafas untuk menenangkan dirinya. Dia sadar saat ini Lisa sedang mengalami burnout* dan yang dia butuhkan hanya dukungan dari Steven. Tapi Steven terlalu lelah. Dia juga sedang kewalahan dengan masalah di kantor dan hanya membutuhkan dukungan Lisa.

Steven sebenarnya hanya ingin pulang, memeluk Lisa sambil menceritakan tentang pekerjaannya yang sedang di ujung tanduk. Steven bekerja sebagai Arsitek di sebuah perusahaan arsitektur dan kontraktor yang cukup bonafide. Sebagai salah satu Arsitek senior Steven merasa posisi nya tidak akan tergantikan. Apalagi banyak klien yang hanya ingin menggunakan desain Steven.

Namun, hari ini Steven baru tahu. Selama ini, keponakan salah satu pemilik perusahaan dengan saham terbesar, mengambil banyak klien nya. Steven selalu berpikir positif saat keponakan bosnya meminta masukannya setiap kali membuat sebuah desain. Ternyata semua proyek yang dia bantu itu seharusnya menjadi proyek Steven.

Steven mengadu kepada bosnya, tapi malah disuruh untuk mengundurkan diri kalau memang tidak menyukai keponakannya. Di acara makan malam hari ini bosnya malah mengumumkan bahwa mulai besok sang keponakan akan menjadi atasan Steven.

Steven bernar-benar merasa tertekan dan sangat membutuhkan dukungan Lisa untuk mengurangi beban yang ada di pundaknya. Tapi dia tidak menyangka Lisa malah menambah bebannya.

Steven memandang Lisa dengan acuh, dia sangat mencintai Lisa dan tidak ingin menyakitinya tapi terus menerus menjadikan perselingkuhan Steven yang tidak pernah terjadi itu sebagai alasan benar-benar membuat Steven putus asa. Kalau Lisa memang mau bercerai, Steven tidak ingin menahannya lagi.

“Terserah apa katamu. Aku benar-benar nggak peduli lagi. Ingat bukan aku yang minta cerai tapi kamu!” sembur Steven sambil mengambil bantal dan selimut lalu keluar dari kamar. Dia hanya ingin tidur nyenyak dan melupakan hari ini. Karena itu Steven memilih tidur di sofa ruang tamu.

Lisa yang ditinggalkan Steven terus menangis. Dia tidak bisa menahan airmatanya. Lisa tidak menyangka dia akan mengucapkan kata cerai. Tapi lebih tidak menyangka lagi Steven setuju dengan permintaannya.

Setelah lelah menangis, Lisa menghapus airmata dari pipinya.

“Ok, sepertinya pernikahan ini memang harus berakhir. Sekarang yang paling penting adalah anak-anak. Aku harus kuat buat anak-anak.” ucap Lisa lantang, menguatkan hatinya lalu membuka laci disamping tempat tidurnya.

“Aku akan tidur dan bangun besok dengan tenaga penuh untuk menjadi seorang janda.” bisik Lisa meyakinkan dirinya sendiri, sambil mengambil botol obat tidur yang diberikan oleh iparnya yang seorang Psikiater.

Sudah beberapa hari Lisa mengalami kesulitan tidur dan keadaan emosinya mulai tidak stabil, karena itu dia mengkonsumsi obat tidur agar kewarasan tetap terjaga.

Lisa membuka botol putih yang berisi obat tidur dan berusaha mengeluarkan satu tablet. Tapi Lisa malah membuat 5 butir obat keluar dari kemasannya. Lisa mengambil satu tablet, menaruh sisanya di atas meja. Lisa sengaja tidak memasukkannya kembali ke dalam botol. Dia takut obatnya tidak higienis dan mengotori obat lain yang ada di dalam botol karena sudah menyentuh tangannya.

Lisa kemudian merebahkan tubuhnya. Dia masih memikirkan pertengkaran tadi. Lisa tahu obat ini baru akan bereaksi kurang lebih lima belas menit setelah dimakan. Namun, Lisa tidak ingin menunggu terlalu lama untuk tidur, dia benar-benar ingin beristirahat dan melupakan semua pertengkarannya dengan Steven.

“Makan saja semuanya, biar cepat.” ucap Lisa lalu memasukkan 4 tablet lagi ke dalam mulutnya.

***

Steven berusaha untuk tidur tapi suara tangisan Lisa membuatnya sulit untuk beristirahat. Steven ingat di hari pertunangan mereka, Lisa dan Steven pernah berjanji kalau mereka sudah menikah nanti, mereka tidak akan pernah mengucapkan kata cerai kecuali mereka sungguh-sungguh ingin bercerai.

“Akhirnya berhenti juga nangisnya” guman Steven setelah tidak mendengar suara apapun lagi dari kamar. Steven sangat kesal, hanya karena foto yang tidak ada artinya itu Lisa jadi bereaksi berlebihan.

“Cerai? Setiap ulang tahun pernikahan dia yang selalu mengingatkan perjanjian kami waktu tunangan. Malam ini malah dia yang mengingkarinya.” gerutu Steven kesal. Steven kembali berusaha tidur, dia baru saja menutup matanya ketika tiba-tiba teringat sesuatu.  Steven segera meraih HP nya dan membuka kalender. Mata Steven terbelalak dia baru sadar kalau dia melupakan hari ulang tahun pernikahan mereka.

‘Pantas saja dia mengamuk, aku pulang subuh tanpa mengucapkan apapun. Bodoh! Bodoh!’ kutuk Steven dalam hati sambil memukul kepalanya berkali-kali.

Lisa memandang penting setiap peringatan peristiwa apapun. Ulang tahun, ulang tahun pernikahan, hari kematian ayahnya, dan momen penting lainnya. Steven tahu itu dan sadar bahwa dia sudah membuat sebuah kesalahan besar.

Perlahan-lahan Steven masuk ke dalam kamar. Gelap. Hanya lampu kecil yang ada di samping tempat tidur yang menyala. Steven menarik nafas panjang, lalu berjalan mendekati Lisa. Steven baru akan mengecup dahi Lisa ketika dia melihat ada yang aneh dengan Lisa.

Steven segera menyalakan lampu, dia melihat Lisa bernafas pendek-pendek, wajahnya membiru, badannya bergetar seperti kedinginan, dan sepertinya Lisa tidak sadarkan diri.

* kondisi kelelahan emosional, fisik, dan mental karena stres berlebihan dan berkepanjangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status