Share

KEMBALI PULANG
KEMBALI PULANG
Author: Ede Thaurus

BAB 1

Author: Ede Thaurus
last update Last Updated: 2022-11-16 11:54:49

-2007-

Lisa meregangkan tubuhnya dengan malas, dia masih menutup matanya karena pantulan cahaya matahari yang memasuki kamarnya. Sepertinya obat tidur yang dia minum semalam benar-benar efektif, tidurnya nyenyak dan kepalanya terasa ringan.

“Jam berapa ini?” Lisa yang menyadari harus menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, segera membuka matanya lalu melompat dari tempat tidur.

Tapi dia begitu kaget ketika melihat sekelilingnya dan menyadari bahwa ini bukan kamarnya. Lisa mencoba mengenali dimana sekarang dia berada. Perlahan-lahan Lisa mengingat tempat itu.

“Ini kan rumah lama!” pekiknya kaget.

Rumah ini dijual sembilan tahun yang lalu, beberapa bulan setelah kematian ayahnya.

‘Bagaimana aku bisa berada di sini?’ ucap Lisa dalam hati.

***

-2022- (SEHARI SEBELUMNYA)

“Kamu dari mana? Kok baru pulang jam segini?” tanya Lisa sambil menunjuk ke arah jam dinding. Jam setengah satu pagi dan Steven pulang dengan penampilan berantakan, berbau rokok dan sedikit aroma alkohol.

“Tadi bos bikin acara makan malam dengan semua pegawai.” jawab Steven, suami Lisa dengan wajah lelah. Lisa semakin kesal, karena tadinya dia berpikir Steven sengaja pulang lewat jam duabelas untuk memberikan kejutan hari ulang tahun pernikahan mereka yang ke delapan.

“Terus kok nggak ngabarin? Telpon nggak dijawab, pesan nggak dibalas! Aku sampe nggak makan malam karena nungguin kamu.”

“Yah makanlah sana!” jawab Steven ketus. Tubuhnya dan pikirannya sangat lelah, dan hal terakhir yang ingin dia dengar adalah omelan istrinya.

“Kenapa sih kamu? Apa kamu lupa masih punya istri di rumah? Apa jangan-jangan ada perempuan lain yang kamu perhatiin, makanya kamu nggak peduli sama aku!” amuk Lisa, dia sudah menahan lapar semalaman karena khawatir terjadi sesuatu dengan suaminya, sekaligus bersemangat membayangkan kejutan dari suaminya. Tapi jangankan kejutan, memandang Lisa saja Steven enggan.

“Aku capek. Mau mandi.” Steven takut akan lepas kendali, maka dia mengacuhkan amukan Lisa dan segera masuk ke kamar. Mereka telah menikah selama bertahun-tahun dan memiliki dua anak. Tapi bagi Steven istrinya masih menjadi misteri, dia tidak tahu kapan istrinya akan memberi respon yang menenangkan dan kapan istrinya akan meledak.

Lisa menyusul Steven ke kamar. Steven telah masuk ke kamar mandi.

Lisa yang emosi dengan berbagai prasangka buruk di kepalanya, mengambil HP Steven yang terletak di atas meja lalu membukanya.

“Pesan dari siapa ini?” repet Lisa melihat pesan terakhir tanpa nama, dengan foto profil seorang wanita.

[Ini foto yang tadi, keren kan] tertulis di bawah foto Steven dengan seorang perempuan cantik dan berpakaian seksi.

Lisa tidak bisa menahan amarahnya.

“Steven, cepat keluar!” teriak Lisa sambil memukul pintu kamar mandi keras-keras.

“Apaan sih?” Steven yang baru selesai mandi, kaget dan segera melilitkan handuk ke pinggangnya lalu keluar dengan kesal.

“Ini siapa? Kamu selingkuh ya?” tanya Lisa dengan wajah yang mulai memerah karena menahan emosi.

Steven merampas HP nya lalu menarik tangan Lisa, membawanya ke tempat tidur.

“Duduk!” perintah Steven kepada Lisa. Lisa duduk dengan patuh.

“Kamu ingat nggak ini wajahnya siapa?” tanya Steven pelan. Lisa menggelengkan kepalanya.

“Ini Angel, seniormu di kampus dulu. Tadi kami nggak sengaja ketemu di restoran. Aku sih benar-benar lupa wajahnya, tapi ternyata dia masih kenal aku. Dia minta foto terus minta nomor HP ku buat ngirim foto tadi. Yah masa aku nolak?” jelas Steven menyerahkan kembali HP nya kepada Lisa. Lalu mulai berpakaian.

Lisa terdiam, dia memandang foto Steven dan Angel cukup lama. Lisa kaget melihat betapa cantik dan seksinya Angel.

“Iya ini emang Angel.” ucap Lisa pelan, lalu tersenyum getir.

“Jadi ternyata kamu selingkuh sama Angel?” tanya Lisa sinis. Steven menarik nafas panjang, dia memijat pelipisnya, berusaha menahan amarah yang membuncah di dadanya.

“Lisa, aku udah bilang. Kami nggak sengaja ketemu!” jawab Steven menahan amarahnya.

“Kamu pikir aku perempuan lugu yang percaya begitu saja? Kamu pikir aku nggak tahu tindak tanduk mu di luar sana? Kamu pikir aku-”

“Cukup!” Steven menghentikan Lisa dengan teriakannya.

“Kamu benar-benar keterlaluan. Apa sih salahku? Kenapa kamu membuang sampah yang ada di kepalamu ke aku?” bentak Steven yang benar-benar tidak tahan lagi dengan sikap Lisa.

“Sampah? Kepalaku berisi sampah atau kamu yang berencana membuangku seperti sampah? Apa Angel yang membuatmu ingin mencampakkan aku?” Lisa menjawab Steven dengan amarah yang sama. Lisa tidak percaya kalau Steven tidak punya wanita idaman lain.

Suaminya masih sangat menawan. Usia Steven memang sudah tigapuluh delapan tahun, tapi pesona Steven malah bertambah, tubuhnya masih atletis, rambutnya tebal dengan sedikit uban yang menambah kesan maskulin, belum lagi senyumnya yang manis dan meneduhkan. Semua kualitas itu pasti membuat para wanita berputar di sekitarnya.

Sementara Lisa yang kini berusia tigapuluh empat tahun, memang lebih muda dari Steven tapi merasa wajahnya tampak lebih tua. Tubuhnya sedikit subur, rambut dan kulit yang kurang terawat, ditambah dengan penampilan yang jarang rapi karena terus berkutat dengan pekerjaan rumah tangga. Membuat Lisa sadar, kalau dia pasti kalah bersaing dengan wanita-wanita di luar sana.

“Sudah, aku nggak mau bertengkar. Aku capek mendengar imajinasi liarmu.” sahut Steven menyerah, bagaimanapun dia berusaha menjelaskan, Lisa pasti tidak mau mendengar.

Steven segera naik ke tempat tidur lalu menutup wajahnya dengan selimut. Dia tidak memiliki tenaga untuk memberikan penjelasan panjang lebar kepada Lisa.

“Aku mau cerai saja!” jerit Lisa sambil menatap punggung Steven. Di dalam selimut, Steven membuka lebar matanya. Dia tidak tahu harus memberi reaksi apa. Delapan tahun pernikahan mereka tentu saja mereka sering bertengkar tapi ini pertama kali Steven mendengar Lisa mengatakan ingin cerai.

“Sepertinya kita sudah tidak cocok lagi.” sambung Lisa berharap Steven memberikan reaksi terhadap kata-katanya. Harapan Lisa terkabul, Steven bangun lalu duduk menghadap Lisa.

“Kamu sadar kan arti kata-katamu tadi? Hanya karena kecemburuanmu yang tidak beralasan kamu mau minta cerai? Ayolah Lisa, kita bukan remaja yang kalau marah tinggal minta putus. Kita ini suami istri dengan dua anak!” bujuk Steven, berusaha menenangkan Lisa. Dia tidak menyangka Lisa akan bertindak sejauh ini.

“Kamu cuma overthinking Lisa. Hari ini aku benar-benar lelah. Sebaiknya kita istirahat dulu. Besok kita bahas lagi semuanya dengan pikiran jernih, ok?” Akhirnya Steven menyerah, dia sedikit membujuk Lisa agar kegilaan ini tidak berlanjut.

“Bukan, ini bukan karena aku overthinking. Juga bukan cuma karena kejadian hari ini. Aku sudah memikirkan matang-matang dan sudah tidak tahan lagi. Aku mau berpisah saja.” jawab Lisa tegas.

Steven menutup wajah dengan kedua tangannya. Dia benar-benar marah melihat kerasnya hati Lisa. Hanya karena masalah sepele Lisa sampai ngotot meminta cerai. Begitu banyak makian dan kata-kata kasar yang ingin dia keluarkan tapi tertahan di tenggorokannya.

“Ok, kalau begitu, mari kita bercerai!” Akhirnya hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Steven, lalu dia kembali masuk ke dalam selimut.

Lisa kaget. Dia tidak menyangka Steven setuju untuk bercerai dengannya.

Ede Thaurus

Hi semua, terima kasih sudah singgah di cerita ini. Silakan tinggalkan komen dan pendapat kalian.

| 1
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMBALI PULANG   BAB 110

    "Dari situ aja sebenarnya lo bisa mengambil kesimpulan, kenapa kami menjauh," lanjut Donna memandang Lisa dengan tajam. "Karena pada dasarnya lo cuma mikirin diri lo sendiri. Bersahabat dengan kami pun itu demi diri lo sendiri," jelas Donna dengan gamblang. "Kenapa kalian bisa mengambil kesimpulan begitu? Gue tulus sayang sama kalian sebagai sahabat. Tapi kalau kalian menjauh, gue bisa apa? Kalau kalian memang nggak mau bersahabat lagi, untuk apa gue peduli?" jawab Lisa yang ikut terpicu amarahnya mendengar kata-kata Donna. "Karena itu bukan sekedar kesimpulan yang kami buat, tapi kenyataan. Kita berteman sejak masuk kuliah sampai hampir lulus. Lu tahu enggak kalau Rebekha pernah hampir diperkosa bapak tirinya? Lo tahu enggak kalau Ersa sering nangis karena sampai dewasa pun masih dimarahi orangtuanya kalau nilai ujiannya jelek? Enggak tahu kan?" Lisa diam. Dia memang tidak tahu semua kejadian itu. "Tapi lo pasti tahu dong kalau gue pernah naksir Steven? Tapi lo pura-pura enggak t

  • KEMBALI PULANG   BAB 109

    "Gue ngerti dan lagi-lagi gue iri dengan apa yang lo punya. Tapi yah, namanya hidup. Yang gue punya lo enggak punya, begitu juga sebaliknya. Sekarang mari kita nikmati hidup kita masing-masing dan melakukan yang terbaik dengannya," ujar Rebekha sebelum mereka saling berpelukan dan berpisah ke arah tujuan mereka masing-masing. Setelah berbicara banyak dan terbuka dengan Rebekha, Lisa merasa sangat lega. Dia menyesal mengapa selama ini terkurung dalam pikiran yang negatif. Dia selalu merasa sebagai korban, menyalahkan orang lain, tidak mempercayai siapapun bahkan dirinya sendiri dan terbenam dalam ketidak percayaan diri. Ternyata, kematian ibunya meski memunculkan rasa sakit baru, namun telah menjadi obat untuk semua rasa sakitnya selama ini. Lisa membayangkan andaikan dia bisa memandang hidup dari sudut yang lebih positif bersama ibunya, pasti semuanya lebih sempurna. *** "Bang Gerard mau menikah dengan Donna, rencananya besok dia mau membicarakan dengan papa dan mama," lapor Steve

  • KEMBALI PULANG   BAB 108

    "Lisa, sorry gue baru dengar kabar tentang tante Gayatri. Turut berdukacita ya," ucap Rebekha tulus. Lisa membuang napas panjang."Thank you," jawab Lisa singkat."Boleh enggak kita ketemu? Sejak kita bertengkar, gue ngerasa enggak tenang. Sepertinya kita harus bicara dan membereskan semuanya. Bagaimana?" Lisa diam sejenak."Oke, kapan? Dimana?" "Kalau sekarang? Di Kafe Kofee aja dekat rumah lo, gimana?" Lisa setuju lalu segera bersiap-siap setelah menutup teleponnya.Lisa tiba duluan karena tempat mereka bertemu sangat dekat dengan rumahnya. Dia segera memesan minuman coklat dingin dan beberapa camilan untuk menemaninya menunggu Rebekha. Ternyata Lisa tidak menunggu terlalu lama."Hai," sapa Rebekha. Lisa hanya menganggukkan kepalanya. Rebekha duduk di hadapan Lisa dengan canggung."Elo udah tahu belum kalo Donna udah dilamar?" tanya Rebekha mencoba mencari bahan pembicaraan."Belum," jawab Lisa singkat."Rencananya mereka mau menikah secepatnya, secara sederhana." Lisa menganggukan

  • KEMBALI PULANG   BAB 107

    "Mama ...," raung Lisa setelah video itu berakhir. Steven menutup matanya berusaha menahan tangis. Hatinya benar-benar hancur melihat airmata Lisa. "Mama, maafkan aku. Maafkan aku karena hanya memikirkan diriku sendiri." Lisa terus meraung. Steven tidak mengatakan apa-apa, dia hanya menggenggam tangan Lisa dan membiarkan istrinya mengeluarkan semua kesedihan, kemarahan dan penyesalannya. Lisa berusaha keras menghentikan tangisnya. Dia mengumpulkan semua sisa kekuatannya untuk menahan rasa kehilangan yang sangat menyakitkan. Lisa kembali membereskan barang-barang ibunya. Dia memasukkan baju-baju ibunya ke dalam kardus. Rencananya Lisa akan menyumbangkan semua pakaian ibunya. Sementara Steven membereskan barang-barang lain dan menyusunnya dengan rapi agar Lisa dapat memilih dan memutuskan akan melakukan apa dengan barang-barang itu. "Lisa, sepertinya kamu harus baca ini." Steven menyerahkan selembar kertas kepada Lisa. Kertas dengan tulisan tangan ibu Lisa yang dibuat terburu-buru.

  • KEMBALI PULANG   BAB 106

    "Ada apa bang?" tanya Steven kaget."Bu Gayatri meninggal dunia," jawab Gerard dengan wajah menyesal. Steven tidak punya waktu untuk bertanya lebih lanjut dan langsung berlari menuju mobilnya dan bergegas pulang ke rumah.Dia sudah meminta Gerard untuk menghubungi papa dan mamanya agar mereka bersiap-siap. Steven juga minta papa dan mamanya untuk merahasiakan berita ini. Steven ingin Lisa mendengar kabar ini dari mulutnya.Steven merasa sangat terpukul dengan kematian mertuanya. Membayangkan reaksi istri dan anak-anaknya, membuat Steven lebih tertekan lagi. Steven tahu anak-anaknya lebih dekat dengan mertuanya daripada dengan orangtua Steven, selain itu mereka yang menemukan omanya tidak sadarkan diri. Anak-anaknya pasti akan sangat sedih. Sementara Lisa dia pasti akan menyesali kemarahan yang masih dia simpan, hingga tidak mau mengunjungi ibunya."Aaah!" teriak Steven, kepalanya terasa mau pecah membayangkan apa yang akan terjadi."Mana Lisa?" tanya Steven kepada ayah dan ibunya yang

  • KEMBALI PULANG   BAB 105

    "Anak-anak bagaimana?" tanya Steven yang membayangkan kepanikan anak-anaknya karena ibu dan omanya sama-sama berada di rumah sakit."Mereka ketakutan, apalagi mereka yang pertama kali menemukan bu Gayatri," jawab Ibu Steven dengan nada sedih."Kalau bisa, tolong antarkan mereka kesini. Lebih baik mereka bersama aku disini, supaya mereka tidak terlalu ketakutan," pinta Steven. Berada di samping ayah mereka pasti akan membuat kedua anaknya tenang."Oke, kami hanya akan memastikan keadaan mertuamu, lalu segera kesana." Bu Gayatri mematikan teleponnya, lalu memeluk kedua cucunya agar mereka tidak terlalu ketakutan.***"Kamu sudah enakkan?" tanya Steven kepada Lisa yang sudah sadar. Steven diperbolehkan masuk sebentar, sebelum diadakan pemeriksaan radiologi untuk mengetahui alasan kepala Lisa tadi terasa sangat sakit."Iya, tadi kepalaku tiba-tiba sakit sekali. Tapi sekarang rasa sakitnya benar-benar hilang." Lisa memegang kepalanya dengan tangan yang tidak diinfus."Tapi kamu tetap harus

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status