Home / Romansa / KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG / PART 7 (AUTHOR'S P.O.V)

Share

PART 7 (AUTHOR'S P.O.V)

Author: Reinee
last update Last Updated: 2021-07-07 14:45:39

Lega akhirnya ketika Ana berhasil mengembalikan kembali rekaman CCTV kantor itu ke tempat penyimpanannya. Dengan langkah pasti wanita itu pun kembali ke ruangannya. 

 

Beberapa staf yang menempati satu ruangan dengannya nampak menyapanya ramah saat dia datang. Itu pemandangan yang sudah biasa di kantor itu. Sekretaris pribadi direktur, apalagi dengan status masih single dan memiliki paras cantik akan jadi sasaran karyawan lain untuk berlomba mendekati. Dekat dengan sekretaris kesayangan bos, artinya punya akses lebih ke atasan mereka. Setidaknya mereka bisa mengandalkannya untuk menyampaikan segala keinginan lewat wanita kesayangan itu. 

 

Tapi ini baru hari kedua Ana memulai pekerjaannya. Sepertinya masih terlalu dini bagi mereka untuk mengatakan bahwa dia akan menjadi kesayangan seperti desas-desus yang beredar. 

 

"Livia, pulang kerja kita mau hangout di White Park Cafe. Kamu mau gabung sama kita kan?" tanya Linda, yang meja kerjanya tepat disampingnya. 

 

Ana mengembangkan senyum terbaiknya memandang satu per satu wajah-wajah wanita yang kini menatapnya penuh pengharapan. 

 

"Apa itu acara wajib?" tanyanya berpura-pura polos.

 

"Iya lah. Kalau kamu nggak ikut, rahasia kamu dengan boss nggak akan aman di tangan kita," sahut Linda lagi dengan senyuman menggoda. 

 

"Sayangnya, aku tidak punya rahasia apapun dengan boss," kata Ana terkekeh ringan. 

 

"Livia, ayolah. Biar kamu nggak stress sama kerjaan. Aku bisa menerawang kalau sebentar lagi kamu akan jadi bintang di kantor ini. Bintangmu nggak akan mudah redup kalau kamu gabung sama kita-kita. Ingat ya? Istri boss itu bisa melakukan apa saja untuk menyingkirkan staf-staf yang dia tidak suka. Kalau kamu gabung, kita akan jagain kamu." Itu suara Tiara, wanita centik berkacamata tebal yang jika bicara mirip seorang peramal. Serius tapi justru terlihat kocak. 

 

"Oke, aku ikut kalian," Ana menjentikkan jemarinya pada ketiga wanita di ruangan itu. Dan ketiganya; Linda, Tiara, dan Sonya langsung tersenyum puas. Lalu mereka pun kembali ke meja kerja masing-masing. Sementara Ana mulai memutar otak lagi. Apa yang akan dilakukannya setelah ini? Semalam Bondan memperingatkannya untuk berhati-hati. Afika bukan lawan yang lemah. Dia memang wanita di belakang layar, tapi kendalinya sangat besar pada Adjie. 

.

.

.

Jam sudah menunjukkan waktu makan siang saat para staf di ruangan Ana mulai meninggalkan ruangan untuk menuju ke kantin. Ana sendiri sedikit heran karena sepagian Adjie sama sekali tidak menghubunginya. Padahal menurut teman-temannya, 3 jam yang lalu lelaki itu sudah sampai di kantor. 

 

Diliriknya pesawat telepon internal di atas meja kerjanya. Ditunggunya beberapa menit sampai jarum jam tepat menunjuk pukul 12 lebih 5. Dan saat akhirnya tidak ada suara apapun terdengar dari benda itu, Ana pun beranjak bangkit, mengambil dompet dari dalam tasnya dan bermaksud keluar dari ruangan. Namun sebelum sempat dia keluar dari kursi kerjanya, tiba-tiba seseorang yang sedang berdiri di ambang pintu mengagetkannya. 

 

"Pak Direktur?" Mulut Ana membulat. Mau apa lelaki itu ke ruangan staf?

 

"Ikut aku, Livia!" perintah lelaki itu tanpa basa-basi.

 

"Sekarang, Pa-ak?" tanya Ana sedikit gugup. 

 

"Iya," sahutnya cepat. Lalu bergegas meninggalkan tempatnya berdiri. 

 

Meski masih keheranan, Ana pun segera menyambar tasnya setelah mengembalikan dompet ke dalamnya. Lalu berjalan cepat menyusul sang atasan. 

 

Adjie nampak tak banyak bicara saat Ana berhasil menyusulnya saat sampai di depan lift. Bahkan di dalam lift yang hanya berisi mereka berdua, lelaki itu pun hanya membisu. Sesekali terdengar dia hanya berdehem dengan posisi tangan kanan dimasukkan ke saku celananya. Ana sedikit bingung dengan sikap suaminya itu. Namun, dia sedang berperan sebagai bawahan di sini. Dia tidak boleh terlalu lancang untuk mengurusi apa yang sedang dirasakan oleh atasannya. 

 

Saat lift membawa mereka ke lobby kantor, Adjie pun bergegas keluar dan langsung disambut security yang sudah bersiap di samping mobil mewahnya. 

 

"Masuk, Liv!" perintahnya lagi. Dan Ana pun segera masuk ke dalam mobil yang telah menunggu mereka di depan lobby itu.

 

"Apa ada acara bertemu klien, Pak?" tanya Ana saat mobil Adjie mulai meluncur meninggalkan kantor. 

 

"Apa aku harus ketemu klien dulu untuk bisa mengajakmu keluar?" 

 

"Bukan begitu maksud saya, Pak."

 

"Kita akan makan siang. Setelah itu langsung ke  tempat Donovan."

 

"Ke kantor Pak Donovan Prasetya?" Ana mengerutkan dahi. Seingatnya jadwal untuk bertemu dengan orang itu masih lumayan lama.

 

"Iya." 

 

"Tapi schedulenya masih nanti jam 15.00 Pak."

 

"Justru kita bisa menghabiskan waktu makan siang lebih lama kan?"

 

"Oooh, baiklah. Maaf kalau saya terlalu banyak bertanya," kata Livia penuh penyesalan. 

 

Hening sesaat dan kemudian terdengar helaan nafas Adjie yang begitu berat.

 

"Kamu memang benar-benar mirip Ana. Joe tidak salah."

 

"Maaf, Pak? Ana?" Livia berpura-pura tidak mengerti apa yang dikatakan sang atasan. 

 

"Istri pertamaku, yang meninggal."

 

"Oooh. Maaf, saya tidak tau dan tidak bermaksud untuk ...." ana menghentikan kalimatnya saat dilihatnya Adjie menatapnya.

 

"Dia memang terlalu penurut. Tapi persis seperti kamu, sedikit sedikit minta maaf."

 

"Itu karena saya bawahan Anda, Pak. Saya tidak seharusnya lancang. Itulah sebabnya kenapa saya harus minta maaf," sahut Ana mencoba meluruskan.

 

"Begitu ya? Hanya karena kamu bawahanku jadi kamu tidak berani padaku?" Adjie meicingka mata ke arah wanita d sampingnya.

 

"Mmmm ... maksud saya," 

 

"Bagaimana jika kamu adalah istriku? Apa kamu akan berubah jadi penentang? pembangkang?"

 

"Bukan begitu maksudnya Pak. Tentu saja seorang istri harus takut pada suaminya. Selama itu masih dalam koridor yang baik. Lain halnya jika suaminya memintanya berbuat tidak baik. Istri berhak untuk menentang."

 

"Sepertinya kamu berasal dari keluarga baik-baik, Liv."

 

"Tida juga, Pak. Hanyq saja orang tua saya selalu mengajarkan seperti itu. Seorang istri harus patuh pada suaminya, karena itu kewajiban."

 

"Lalu kenapa kamu belum menikah? Dengan pengetahuanmu tentang rumah tangga yang sebaik itu. Kamu cantik, juga cerdas. Nggak mungkin kan kamu tidak punya pacar?" 

 

"Pacar pernah, Pak. Tapi mungkin karena belum berjodoh. Jadi kami putus."

 

"Oooh begitu. Bagaimana dengan sekarang?"

 

"Maksud bapak?"

 

"Siapa pacar kamu?"

 

"Saya tidak sedang berpacaran, Pak." 

 

Adjie terkekeh senang mendengar jawaban Livia.

 

"Aku harap juga begitu. Selama kamu terikat kontrak dengan perusahaanku, kuharap kamu tida sedang memiliki hubunga dengan siapapun."

 

"Tapi saya tidak melihat ada peraturan seperti itu di surat kontrak kerja yang saya tandatangani, Pak," ujar Ana menyelidik. Dia benar-benar ingin memastikan bahwa suaminyaini sekarang telah jatuh dalam jeratannya.

 

"Itu gampang, bisa diatur. Aku akan membuatnya besok." Adjie pun lagi-lagi terkekeh. Ada binar bahagia di matanya saat meyakini bahwa Livia memang sedang sendiri. 

 

"Kita sampai," kata Adjie saat mobil berhenti di depan lobby sebuah hotel. 

 

Adjie mengajak Livia menikmati makan siang di roof top restaurant sebuah hotel ternama di kota itu. Sebuah pemborosan, pikir Ana. Hanya sekedar makan siang dengan sekretaris, suaminya itu bahkan menyewa ruangan khusus yang super mewah. Apa ini salah satu cara Adjie untuk mengesankannya? 

.

.

Satu jam kemudian di ruangan kerja staf khusus, suasana nampak tegang saat tiba-tiba seorang wanita cantik dengan sorot mata tak bersahabat masuk tanpa permisi. Semua staf berdiri dengan gugup dengan kepala menunduk.

 

"Dimana sekretaris pribadi direktur?" Suara Afika menggema ke segenap ruangan. 

 

"Sedang keluar bersama Pak adjie, Buk. Ada jadwal ketemu dengan Pak Donovan Prasetya." Tiba-tiba Linda bersuara. Dua sahabatnya yang berdiri tak jauh darinya saling lirik satu sama lain. Mereka keheranan bagaimana Linda bisa tahu jadwal direktur?

 

"Ooh, ya sudah. Silahkan lanjutkan pekerjaan kalian." Lalu wanita itu pun berlalu dengan langkah cepatnya meninggalkan ruangan.

 

"Gila kamu, Lin. Gimana bisa kamu tau kemana Livia dan Pak Adjie pergi?" tanya Sonya tak habis pikir.

 

"Tuh!" tunjuk Linda ke meja Ana. Dan terbahakkan dua sahabatnya. Ternyata ada catatan kecil Ana yang tak sengaja ditinggalkannya di atas meja tentang jadwal meeting sang direktur dengan seorang kliennya.

 

"Lagian kalau pun Livia pergi bersenang-senang dengan Pak Adjie pun aku nggak akan bocorkan sama si nenek lampir itu. Biarkan saja." Linda terkekeh riang.

 

"Dasar kamu, Lin." Sonya menoyor bahu sahabatnya.

 

"Kesel tau gak sih. Lihat aja mukanya sok berkuasa gitu. Pengen banget aku lihat dia nangis darah karena lelakinya direbut orang. Dasar nenek lampir," gerutu Linda.

 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 25

    Aku baru saja turun dari mobil yang membawaku pulang malam itu. Seperti biasa, sopir pribadiku, pak Hilman, langsung kusuruh membawa mobil itu pulang ke rumahnya."Besok jangan lupa ke sini pagi-pagi ya, Pak. Saya ada meeting lebih awal," ujarku mengingatkannya. Lelaki paruh baya itu pun mengangguk paham."Baik, Bu Ana. Siap," katanya patuh.Hari ini adalah tepat satu tahun setelah putusan hukuman 18 tahun penjara untuk mas Adjie dan Afika. Sebulan setelah sidang keputusan itu, mas Bondan pun seperti hilang ditelan bumi.Terakhir kami bertemu saat Joe berulang berulang tahun ke 7. Waktu itu dia datang dengan setelan celana abu dan kemeja linen warna putih yang membuatnya terlihat begitu gagah. Dia menghadiahi Joe sebuah jam tangan branded dengan harga fantastis.Berbulan-bulan kemudian Joe bahkan tak pernah m

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 24

    Beberapa hari setelah penangkapan mas Adjie dan Afika, mas Bondan membuktikan janjinya. Dia datang ke apartemen siang itu menemuiku dan anakku dengan membawa banyak kabar baik, tentang perusahaan dan juga tentang kabar terbaru kasus mas Adjie dan Afika."Aku sudah menunjuk pengacara untuk mengurus pemindahtanganan kekayaanmu dari suamimu, An. Juga masalah perceraian kalian.""Perceraian?" Aku mengerutkam dahi mendengar kata perceraian. Aku ingat, sebagai istri mas Adjie, statusku memang bukan janda, tapi meninggal."Iya, karena identitas kamu nantinya akan kembali ke identitasmu yang dulu. Bagaimanapun kamu tetap masih istri dari Adjie. Surat kematianmu waktu itu juga akan dihapuskan. Tapi kamu tenang saja, semua sudah ada yang mengurusnya. Aku sudah menunjuk beberapa orang untuk mengurus semuanya.""Terima kasih, Mas. Maaf aku selalu merepotkanmu."

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 23 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Bu, Pak Adjie dan Bu Afika dibawa polisi," suara wanita di seberang sana dengan nada tergesa. Bondan yang menerima panggilan telepon itu pun menghela nafas lega."Ini aku, Bondan. Sebentar lagi aku dan Ana akan ke sana, Bi," kata lelaki itu pada wanita di seberang telepon."Oh Pak Bondan, maaf pak saya kira bu Ana, eh maksud saya bu Livia," wanita itu mendadak gugup saat menyadari salah menyebutkan nama.Bondan pun terkekeh kecil mendengarnya."It's okay. Nggak apa-apa, Bi. Ana atau Livia sama saja," kata lelaki itu, masih dengan kekehannya yang khas."Jadi pak Bondan juga sudah tau kalau bu Livia itu ..." Murni tak segera melanjutkan kalimatnya."Tentu saja aku tau. Ya sudah, tunggu ya, kami segera datang.""Baik, terima kasih, Pak." 

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 22 (AUTHOR'S P.O.V)

    "Semua bukti sudah lengkap, Pak Bondan. Para tersangka juga sudah mengakui siapa dalang dibalik semua ini. Kita akan segera limpahkan ke pengadilan setelah kita memeriksa Pak Adjie dan Istrinya."Itu kalimat terakhir yang terus terngiang di telinga Livia. Bahkan sampai dia kembali ke apartemen lagi setelah menyelesaikan semua urusannya di kantor polisi.Merebahkan tubuh lelahnya di sofa usai menyelesaikan rutinitas mandi malamnya, Livia dikejutkan dengan ketukan di pintu apartemen. Dengan gerakan refleks, wanita itu bangkit dengan kewaspadaan tinggi. Nampaknya rasa takutnya dengan peristiwa yang baru saja dialaminya bersama bondan beberapa jam yang lalu masih begitu membekas dalam dirinya.Masih dengan sikap waspada, Livia mendekat ke arah pintu, mengintip sebentar dari layar kamera, dan segera bernafas lega saat dilihatnya wajah lelaki yang sangat dikenalnya itu ternyata yang

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 21 (AUTHOR'S P.O.V)

    Entah kenapa Livia merasa dirinya sedang diawasi malam itu. Di pusat perbelanjaan dimana dia berencana membeli beberapa potong pakaian, sedari tadi gerakannya terlihat tidak tenang. Ada beberapa orang yang seperti mengikutinya terus kemana pun dia melangkah.Berhenti sejenak di salah satu stand pakaian dalam, diliriknya arloji mungil di pergelangan tangannya. Tepat jam 9 malam. Dia menarik nafas sebentar sebelum akhirnya memutuskan untuk menghubungi seseorang di ponselnya."Mas Bondan dimana?" ucapnya lirih di telepon."Ada apa?" Suara berat Bondan dari seberang nampak sedikit khawatir."Bisa jemput aku di mall nggak? Aku agak takut, kayak ada yang ngikutin aku dari tadi, Mas," ucapnya lirih sambil menutup mulutnya yang menempel di ponselnya."Oke, kalau gitu kamu tetap di dalam mall saja, An. Jangan keluar dulu, aku dat

  • KEMBALINYA ISTRI YANG TERBUANG   PART 20 ( AUTHOR'S P.O.V )

    Dengan bantuan salah satu orang kepercayaannya, Adjie berhasil membuat kesepakatan dengan orang bayaran yang lumayan bernama besar di kota itu."Serahkan semuanya pada kami, anda tidak perlu khawatir, Pak Adjie. Semua perkembangan akan Kami laporkan sesegera mungkin pada anda," kata lelaki tinggi besar yang baru saja menerima sejumlah uang dengan nominal tak main-main dari Adjie itu."Oke, tapi jangan terlalu sering menghubungiku jika itu bukan kabar yang terlalu penting. Kamu tahu kan maksudku?" ujar Adjie."Tentu, Pak. Anda jangan ragukan kerja kami. Semuanya akan beres tanpa jejak," ujar lelaki itu dengan sombongnya."Oke kalau begitu aku tunggu kabar baik dari kalian secepatnya."Usai berkata seperti itu, Adjie pun segera meninggalkan tempat bertemunya dia dengan orang bayarannya itu. Kini dia bisa sedikit bernafas lega te

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status